Banjarmasin, (Antaranews Kalsel)-  Pada Kongres Sungai Indonesia III yang diadakan pada tanggal 1-4 Nov 2017 dikukuhkan juga srikandi sungai Indonesia Region Kal – Sel sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi terhadap kiprah wanita yang konsen terhadap kemajuan sungai, budaya dan masyarakatnya.


Salah satu srikandi sungai yang dikukuhkan adalah DR.Ira Mentayani, ST., MT yang lahir dan dibesarkan di lingkungan permukiman yang lekat dengan sungai menjadi titik balik kiprah dan karyanya. 

Kecintaan Ira terhadap sungai tergambar jelas dalam tesis dan disertasinya maupun rekam jejak riset dan keterlibatannya sebagai narasumber dan tenaga ahli pada program kementerian maupun pemda.
 
Profesinya sebagai dosen pada Prodi Arsitektur Unlam dan Kepala Pusat Studi Pembangunan permukiman Perkotaan, LPPM-ULM memberikannya ruang gerak untuk lebih peduli dan mencermati perkembangan kota sungai di masa yang akan datang. Beberapa ide dan gagasannya tertuang dalam desain-desain dan masterplan yang dikelolanya bersama Tim riset dan desain Fakultas Teknik Unlam.

Dia masih punya banyak mimpi dan harapan yang besar terhadap Banjarmasin sebagai kota sungai terindah. Banjarmasin harus mampu menjadi dirinya sendiri tegasnya. 

Banjarmasin kota dengan karakter sungai yang kuat, kota dengan memory collective yang melekat pada setiap orang yang datang bahwa inilah Banjarmasin, inilah kota dengan budaya kehidupan sungainya yang khas.

 Kota yang spesifik sebagai kota dengan deretan rumah lanting dan rumah tepian sungai dengan wajah dan teras utama serta akses langsung ke sungai, dengan jamban ekologis dan batang sebagai tempat mandi dan cuci serta aktivitas jual beli menggunakan transportasi sungai. 

Titian menjadi pembatas yang indah antara sungai dan daratan. Bangunan-bangunan publik yang membuka akses langsung ke sungai, titik-titik dermaga yang indah dan gairahkan arsitektur tepian sungai dengan adaptive re-use. 

Suatu saat saya dengan bangga membawa tamu berkelotok melewati jembatan ringkap kemudian membeli souvenir di gerai rumah lanting, mampir minum segelas kopi di café tepi sungai dan cemilan 41 macam wadai Banjar, sambil menikmati anak-anak mandi dan melompat ke sungai dari atas jembatan, dan sesekali terdengar obrolan ibu-ibu yang sedang menunggu kelotok dan jukung lewat untuk berbelanja.
 
Jangan sampai perkembangan kota kita makin maju dan kekinian, tapi minim karakter dan tidak punya identitas dirinya. 

Perkembangan sebuah kota dapat diibaratkan perkembangan tubuh manusia, menurut saya sekarang Banjarmasin sedang berada pada fase remaja yang cenderung labil dan masih mencari bentuk yang tepat untuk dijadikan jati dirinya, tapi percayalah akan ada fase dewasa dan menyadari bahwa hakekat diri sebenar-benarnya adalah harfiah kita ketika bermula dan berasal

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017