Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Prof Fauzan, menggarisbawahi bahwa berpikir kritis (critical thinking) adalah keterampilan yang wajib dimiliki setiap mahasiswa.
"Indonesia akan memasuki puncak bonus demografi pada tahun 2035, dengan 68–70 persen penduduk berada dalam usia produktif. Ini adalah peluang besar yang hanya bisa dimanfaatkan jika generasi muda dipersiapkan dengan keterampilan abad 21," katanya di Banjarmasin, dilaporkan Senin.
Baca juga: LLDIKTI XI bahas isu kesejahteraan dosen di 3T saat RDPU Komisi X DPR RI
Hal itu disampaikan Wamen dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BEM Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) se-Indonesia yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Ahad.
Ia menjelaskan, di tengah era banjir informasi dan disrupsi digital, kemampuan untuk menyaring informasi, menganalisis masalah dari berbagai perspektif, serta merumuskan solusi yang logis dan tepat adalah inti dari kecerdasan modern.
“Berpikir kritis bukan hanya soal menghafal teori, tapi tentang mampu mempertanyakan, menguji, dan menciptakan solusi atas berbagai tantangan. Tanpa kemampuan ini, lulusan perguruan tinggi hanya akan menjadi eksekutor, bukan pemimpin perubahan,” ujar Wamen Fauzan.
Ia juga menyoroti pentingnya membaca fenomena sosial, memahami dinamika global, serta mampu mengaitkan ilmu dengan konteks lokal sebagai bentuk kecerdasan sosial dan intelektual mahasiswa.
Baca juga: UNISM Banjarmasin tampilkan karya mahasiswa pada Festival Kampus Berdampak
Wamen Fauzan menekankan bahwa penguatan penguasaan teknologi harus menjadi agenda utama di semua program studi. Ia menyayangkan posisi Indonesia saat ini yang masih berada di level pengguna (konsumen teknologi), bukan produsen.
“Saat ini kita masih menjadi pasar terbesar produk teknologi asing. Jika kita tidak mampu membekali diri dengan keterampilan teknologi, maka kita hanya akan menjadi target pasar, bukan pemain utama dalam industri masa depan,” jelasnya.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XI, Muhammad Akbar, turut hadir mendampingi dan memberikan apresiasi terhadap semangat kolaborasi mahasiswa dalam forum nasional tersebut.
“Menurut saya, saat ini adalah waktu yang sangat tepat dan strategis untuk menyiapkan diri Saudara untuk menyambut 2045. Kita sedang menulis sejarah menuju Indonesia Emas. Saya juga berharap saudara memulai investasi untuk kepentingan diri Saudara, mendesign diri menjadi seorang pemimpin,” tegas Wamen Fauzan.
Baca juga: UNISM gelar Festival Kampus Berdampak inisiatif Ditjen Dikti
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2025
"Indonesia akan memasuki puncak bonus demografi pada tahun 2035, dengan 68–70 persen penduduk berada dalam usia produktif. Ini adalah peluang besar yang hanya bisa dimanfaatkan jika generasi muda dipersiapkan dengan keterampilan abad 21," katanya di Banjarmasin, dilaporkan Senin.
Baca juga: LLDIKTI XI bahas isu kesejahteraan dosen di 3T saat RDPU Komisi X DPR RI
Hal itu disampaikan Wamen dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BEM Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) se-Indonesia yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Ahad.
Ia menjelaskan, di tengah era banjir informasi dan disrupsi digital, kemampuan untuk menyaring informasi, menganalisis masalah dari berbagai perspektif, serta merumuskan solusi yang logis dan tepat adalah inti dari kecerdasan modern.
“Berpikir kritis bukan hanya soal menghafal teori, tapi tentang mampu mempertanyakan, menguji, dan menciptakan solusi atas berbagai tantangan. Tanpa kemampuan ini, lulusan perguruan tinggi hanya akan menjadi eksekutor, bukan pemimpin perubahan,” ujar Wamen Fauzan.
Ia juga menyoroti pentingnya membaca fenomena sosial, memahami dinamika global, serta mampu mengaitkan ilmu dengan konteks lokal sebagai bentuk kecerdasan sosial dan intelektual mahasiswa.
Baca juga: UNISM Banjarmasin tampilkan karya mahasiswa pada Festival Kampus Berdampak
Wamen Fauzan menekankan bahwa penguatan penguasaan teknologi harus menjadi agenda utama di semua program studi. Ia menyayangkan posisi Indonesia saat ini yang masih berada di level pengguna (konsumen teknologi), bukan produsen.
“Saat ini kita masih menjadi pasar terbesar produk teknologi asing. Jika kita tidak mampu membekali diri dengan keterampilan teknologi, maka kita hanya akan menjadi target pasar, bukan pemain utama dalam industri masa depan,” jelasnya.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XI, Muhammad Akbar, turut hadir mendampingi dan memberikan apresiasi terhadap semangat kolaborasi mahasiswa dalam forum nasional tersebut.
“Menurut saya, saat ini adalah waktu yang sangat tepat dan strategis untuk menyiapkan diri Saudara untuk menyambut 2045. Kita sedang menulis sejarah menuju Indonesia Emas. Saya juga berharap saudara memulai investasi untuk kepentingan diri Saudara, mendesign diri menjadi seorang pemimpin,” tegas Wamen Fauzan.
Baca juga: UNISM gelar Festival Kampus Berdampak inisiatif Ditjen Dikti
Editor : Imam Hanafi
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2025