Paringin, (Antaranews Kalsel) - Masyarakat Peduli Sungai (Melingai) Sanggam Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, terbentuk setelah terinspirasi Melingai Kota Banjarmasin.


Organisasi masyarakat yang didominasi oleh kelompok Pemuda Desa Panggung/Inan, Kecamatan Paringin Selatan, Balangan ini tadinya hanya rutin membersihkan sungai kawasan persawahan Danau Enam, sehingga saluran-saluran air bisa berfungsi dengan baik.

Selain itu setelah saluran-saluran air di persawahan Danau Anam seperti di Tabat Penghalat berhasil dibersihkan anggota Melingai, bukan saja sistem perairann yang lebih lancar tetapipopulasi ikan juga terus meningkat pula, sehingga berkat kerja Melingai lokasi yang dibersihkan menjadi objek memancing masyarakat.

Setelah terus melakukan pembersihan sungai dan saluran di Kawasan Danau Anam, Melingai Sanggam tergerak hati untuk membersihkan tanaman air gulma, seperti kayapu di permukaan tabat basar yang selama ini menjadi pusat pengairan persawahan di wilayah tersebut.

Setelah sedikit demi sedikit kayapu dibersihkan ternyata danau Tabat Basar terlihat lebih indah, akhirnya diputuskan oleh Melingai setempat menjadikan lokasi tersebut yang belakangan disebut "Waterbat" (Air tabat) menjadi objek wisata.

Dengan tekad menjadikan objek wisata maka oleh Melingai tiap sabtu minggu lokasi itu dibersihkan dari gulma air, dan lokasinya pun  terus dibenahi hingga lokasi kian baik pula.

Apalagi setelah anggota Melingai membuatkan beberapa buah lanting atau rakit terbuat dari bambu ada yang besar dan ada yang lanting kecil.

Lanting besar dibuatkan tempat duduk dan beratap sehingga bisa dijadikan oleh pengunjung untuk ngobrol dengan puluhan orang sekaligus, untuk menikmati hidangan yang dibawa pengunjung ke lokasi tersebut.

Lanting besar itupula bisa dilayarkan ke sana kemari menikmati alam dan danau tersebut seraya mengkonsumsi hidangan yang dibawa oleh para pengunjung di atas lanting tersebut.

Selain lanting besar juga tersedia lanting kecil yang mampu membawa pengunjung hingga lima orang berlayar ke sana kemari menikmati lokasi yang berada di tengah hujan dan perkebunan karet rakyat itu.
 
Belum lagi puluhan ban dalam kendaraan atau ban truk yang dipompa dijadikan sarana  berenang pengunjung yang selalu  padat saat hari libur sabtu dan minggu, pengunjung pun bukan saja warga setempat tak sedikit yang datang dari berbagai penjuru seperti dari Kota Banjarmasin dan Kota Samarinda.
 
Oleh Melingai yang dibantu pemerintahan desa setempat lokasi tersebut akan  terus dibenahi hingga nantinya benar-benar mampu menjadi objek wisata, program kedepan diharapkan jalan ke arah itu akan memudahkan kendaraan bermotor, lapangan parkir, panggung hiburan, pembangunan tempat mandi dan cuci, kamar ganti pakai, dan aneka fasilutas wisata lainnya.

Sekarang lagi dibangun tempat selfie (swafoto) yang dibentuk sedemikian rupa hingga jika pengunjung datang ke Waterbat, maka tahu jika itu foto dibuat di lokasi tersebut.

Melingai Sanggam Balangan, dilengkapi dengan sekretariat dan puluhan anggota dan ketua serta struktur organisasinya, termasuk dilengkapi dengan akta notaris dalam pembentukannya dan sudah dilaporkan dan tercatat di instansi berwenang di Pemkab Balangan.

Sejarah Tabat Basar



Berrbicara Desa Inan, Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan (dulu Hulu Sungai Utara)
,pasti akan ingat di sana terdapat sebuah bendungan mini yang disebut warga setempat sebagai “tabat Basar.”

Mengapa lokasi ini begitu dikenal, bukan saja sebagai objek wisata, tetapi juga sebagai lokasi irigasi sederhana pedesaan, sekaligus sebagai berkembang biaknya, ikan sungai dan rawa.

Keunikan lain lagi, dari tabat basar, karena ini hasil karya nenek moyang warga Desa Inan, yang mampu berkarya menciptakan bendungan kecil yang berasal dari sungai setempat yang disebut kali maraup.

Sungai kali marapu yang berhulu ke wilayah Kecamatan Awayan ini, tadinya hanya sungai kecil yang mengalir sebagaimana sungai kecil lainnya.

Tetapi melalui buah karya tetuha masyarakat Panggung/Inan yang kala itu sekitar 30 tetuha kampung membuat bendungan sederhana yang berhasil menjadi lokasi irigasi pedesaan yang mampu  mengairi ratusan hektare persawahan setempat.

Bukan saja, ribuan ton padi sudah berhasil diproduksi dari hasil pengairan sederhana, tetapi sudah ribuan kwintal ikan dihasilkan dari hasil produksi tabat basar ini dikala tabat ini dikeringkan.

Suasana hiruk pikuk bagaikan pasar, seringkali mewarnai hari demi  hari bahkan berminggu-minggu warga bergerombol mencari ikan di tabat basar ini di kala tabat ini dibuka dan lokasi bendungan mengering hingga ikan terkumpul di lokasi itu.

Suasana ini terus berlangsung tahun per tahun, bahkan warga setempat mampu menyediakan makanan “wadi” (ikan yang dipermentasi) hasil dari tangkapan ikan di Tabat Basar ini, hingga bertahun-tahun pula.

Umpamanya saja, bila mencari ikan tahun ini, lalu ikan diwadi, wadinya itu mampu bertahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga hingga tahun berikutnya disaat kembali tabat basar dibuka untuk menangkap ikan, kata Mursidi warga Desa Inan, yang kini menetap di Kota Palangkaraya Kalteng.

Ikan yang dihasilkan dari lokasi ini, beraneka ragam ada ikan baung, bakut, lais, puyau, sapat, haruan, tauman, sapat siam, papuyu, patung, junjulung, saluang, sanggiringan, tauman, khung, mihau, kapar,pentet, walut, lampam, dan banyak lagi jenis ikan hidup di lokasi tersebut.

Menangkap ikan warga setempat biasanya dengan cara bakacal, melonta, merinji, mehauk, membandung atau mahancau, menangguk, mangaring, mamancah, maraba, menyarakap, dan banyak lagi cara lainnya.
Saat-saat mencari ikan itu, biasanya warga kosentrasi hanya mencari ikan dan meningglkan usaha rutin seperti menoreh gatah bahuma dan lainnya, agar mereka dapat mengumpukan ikan sebanyak-banyaknya baik untuk makan segar atau diwadi.

Hanya saja dalam mencari ikan, hasil penangkapan warga umum harus dibagi dengan ahli waris pendiri tabat basar ini, dengan sistem bagi dua dan untuk ahli waris tersebut kemudian dibagi lagi untuk keluarga keturunannya.

Kalau dulu pendiri tabat basar sekitar 30 orang kemudian karena beranak pinak maka sekarang ahli waris menjadi 70 orang, kata Mursidi.

Kendati hasil penangkapan dibagi dua tetapi masyarakat umum tetap bersemangat menangkap ikan di lokasi itu, karena hasilnya masih melimpah  ruah.

Tetapi seiring perjalanan waktu, lokai bendungan tabat yang disebut kali meraup  terjadi pendangkalan lantaran sidementasi, disamping diserang tanaman gulma, seperti ilung dan kayapu hingga sungai menyampit dan bendungan tertutup oleh gulma dan surut akibat lumpur.

Dan alhamdulilah sudah ada tindakan pengerukan oleh pemerintah Balangan, tetapi lokasi tersebut tetap diserang gulma terutama kayapu, sehingga permukaan danau tertutup kayapu hingga danau seakan kurang berfungsi, tetapi setelah adanya Melingai lokasi tersebut kini menjadi hidup kembali.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Hasan Zainuddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2017