Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (Pemkab HST), Kalimantan Selatan (Kalsel) memberikan akses seluas-luasnya bagi kelompok wanita tani (KWT) memperluas wawasan dan pengetahuan dalam memanfaatkan lahan di pekarangan rumah sebagai nilai tambah hasil kebun untuk kebutuhan rumah tangga.
“Salah satu upaya kami, memfasilitasi KWT ikut studi tiru ke Kabupaten Sleman (Yogyakarta). Di sana mereka belajar bagaimana caranya memanfaatkan lahan pekarangan agar menghasilkan nilai ekonomi,” kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) HST Budi Satrya Tanjung di Barabai, Hulu Sungai Tengah, Kamis.
Baca juga: Pemkab HST: Pemusnahan arsip tidak serta merta menghapus sejarah
Dia menyebutkan dalam kegiatan studi tiru itu, sebanyak lima KWT difasilitasi dan didampingi oleh Bidang Pengelolaan, Pemasaran, dan Penyuluhan Distan HST.
“Kami memilih Kabupaten Sleman sebagai lokasi studi tiru karena KWT di daerah ini cukup bagus dalam memanfaatkan lahan pekarangan sebagai nilai tambah ekonomi keluarga,” ujarnya.
Budi mengatakan pihaknya mempelajari berbagai hal dari Kabupaten Sleman, karena secara umum kapasitas KWT difasilitasi Kabupaten HST masih perlu belajar dari daerah lain agar ke depan dapat lebih mandiri, tentunya tidak terlepas dari perhatian pemerintah daerah.
Ia berharap kepada KWT yang difasilitasi dapat membuka wawasan lebih luas dalam memanfaatkan momentum ini untuk belajar dan mengikuti capaian positif KWT di Kabupaten Sleman, dan tentunya tetap memanfaatkan sumber daya lokal yang ada di Kabupaten HST.
Baca juga: Pemkab HST upayakan miliki memori kolektif bangsa sebagai koleksi daerah
Selain pelaksanaan studi tiru, kata Budi, pihaknya juga memfasilitasi KWT yang memiliki keahlian baik melalui sarana dan prasarana seperti alat pertanian, hingga pelatihan-pelatihan lainnya.
Menurut dia, sudah ada beberapa KWT yang pernah difasilitasi karena memiliki keahlian khusus, yakni keahlian hidroponik, pembuatan telur asin lokal, dan masih banyak keahlian lainnya.
“Ada beberapa inovasi KWT yang cukup menonjol, seperti kacang asin dan telur asin. Hasil karya mereka diperdagangkan untuk kebutuhan masyarakat lokal agar penduduk setempat saling menguntungkan satu sama lain,” ujar Budi.
Baca juga: Pemkab HST gandeng SKPD gencarkan perpustakaan berbasis inklusi
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024
“Salah satu upaya kami, memfasilitasi KWT ikut studi tiru ke Kabupaten Sleman (Yogyakarta). Di sana mereka belajar bagaimana caranya memanfaatkan lahan pekarangan agar menghasilkan nilai ekonomi,” kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) HST Budi Satrya Tanjung di Barabai, Hulu Sungai Tengah, Kamis.
Baca juga: Pemkab HST: Pemusnahan arsip tidak serta merta menghapus sejarah
Dia menyebutkan dalam kegiatan studi tiru itu, sebanyak lima KWT difasilitasi dan didampingi oleh Bidang Pengelolaan, Pemasaran, dan Penyuluhan Distan HST.
“Kami memilih Kabupaten Sleman sebagai lokasi studi tiru karena KWT di daerah ini cukup bagus dalam memanfaatkan lahan pekarangan sebagai nilai tambah ekonomi keluarga,” ujarnya.
Budi mengatakan pihaknya mempelajari berbagai hal dari Kabupaten Sleman, karena secara umum kapasitas KWT difasilitasi Kabupaten HST masih perlu belajar dari daerah lain agar ke depan dapat lebih mandiri, tentunya tidak terlepas dari perhatian pemerintah daerah.
Ia berharap kepada KWT yang difasilitasi dapat membuka wawasan lebih luas dalam memanfaatkan momentum ini untuk belajar dan mengikuti capaian positif KWT di Kabupaten Sleman, dan tentunya tetap memanfaatkan sumber daya lokal yang ada di Kabupaten HST.
Baca juga: Pemkab HST upayakan miliki memori kolektif bangsa sebagai koleksi daerah
Selain pelaksanaan studi tiru, kata Budi, pihaknya juga memfasilitasi KWT yang memiliki keahlian baik melalui sarana dan prasarana seperti alat pertanian, hingga pelatihan-pelatihan lainnya.
Menurut dia, sudah ada beberapa KWT yang pernah difasilitasi karena memiliki keahlian khusus, yakni keahlian hidroponik, pembuatan telur asin lokal, dan masih banyak keahlian lainnya.
“Ada beberapa inovasi KWT yang cukup menonjol, seperti kacang asin dan telur asin. Hasil karya mereka diperdagangkan untuk kebutuhan masyarakat lokal agar penduduk setempat saling menguntungkan satu sama lain,” ujar Budi.
Baca juga: Pemkab HST gandeng SKPD gencarkan perpustakaan berbasis inklusi
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024