Barabai, (Antaranews Kalsel) - Kota Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) kaya akan wisata kulinernya, seperti apam Barabai, kue lam, marning (berbahan dari ubi kayu), hingga kacang jaruk.
Kacang jaruk, demikian warga Hulu Sungai menyebut jajanan berbahan dasar kacang yang dimasak dengan cara disangrai menggunakan pasir ini, sudah menjadi ikon kuliner khas HST. Cita rasanya lebih khas, sehingga ritel modern seperti hypermarket, lotte mart dan giant extra pun tertarik memasarkannya.
Hj Sriyati atau biasa disebut Hj Ati, salah satu perajin produksi kacang jaruk, yang berhasil menembus pasar besar tersebut. Produksi kacang jaruk dimulai sejak tahun 2011, namun yang dikemas dengan rapi seperti sekarang ini sejak tahun 2014.
"Alhamdulillah, kacang jaruk milik kami yang bermerk Hj Ati berhasil menembus pasar grosiran modern seperti lotte mart, hingga bandara syamsudinnor," katanya saat ditemui dikediamannya, kamis (13/10)
Ia menceritakan, sejak tahun 2011, ditengah harga karet yang terus anjlok, Ati bersama suaminya H Rahmadi mulai berpindah usaha, dari pengumpul karet menjadi perajin kacang jaruk. Namun saat itu, kacang jaruk buatannya tidak beda dengan buatan perajin lainnya.
Pemasarannya pun sebatas pasar lokal seperti warung dan kios-kios di HST. Di tahun 2013, dia mengikuti pelatihan mengolah produk makanan hasil pertanian yang difasilitasi Dinas Pertanian.
"Sejak saat itu, wawasan kami bertambah untuk mengembangkan usaha kacang jaruk. Apalagi HST sudah punya brand untuk cemilan ini," tuturnya.
Sejak serius memperbaiki kualitas produknya, usahanya mulai berkembang. Tiap hari ia dan suami memproduksi kacang jaruk sebanyak 75 kilogram.
Namun jika musim hujan, terpaksa berhenti produksi, karena tidak bisa menjemur kacang tanahnya. Sejak memiliki oven, Ati pun bisa memproduksi tiap hari.
Oven digunakan jika hujan saja, bila panas, lebih memilih menjemur dibawah sinar matahari. Kemudian kacang disangrai, lalu di sortir hingga menghasilkan kacang jaruk pilihan terbaik.
"Di tahun 2014, kami mulai mengemas sendiri menggunakan plastic khusus dan mesin press. Dan proses pengemasan ini dibina oleh Dinas Perdagangan dan koperasi pemrov Kalsel. Dan sejak itulah, Perindakop membantu promosi dan pemasaran," jelasnya.
Diantara promosi dan pemasaran melalui pameran pembangunan tingkat nasional, seperti di Batam. Selain itu, ia juga pernah diajak kerjasama oleh pengusaha dari Malaysia.
Ati juga diminta untuk menjadi pemasok kacang jaruk, namun dengan syarat brand produknya harus diganti menjadi produk Malaysia.
"Saya dan Disperindakop tentu saja menolak. Apalagi, produk kami sudah punya hak paten," tuturnya.
Soal harga, Ati tidak membedakan menjual kepasar atau minimarket. Untuk satu bungkus 250 gram Rp 15 ribu. Dan hingga kini, dibantu oleh enam tenaga kerja.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016
Kacang jaruk, demikian warga Hulu Sungai menyebut jajanan berbahan dasar kacang yang dimasak dengan cara disangrai menggunakan pasir ini, sudah menjadi ikon kuliner khas HST. Cita rasanya lebih khas, sehingga ritel modern seperti hypermarket, lotte mart dan giant extra pun tertarik memasarkannya.
Hj Sriyati atau biasa disebut Hj Ati, salah satu perajin produksi kacang jaruk, yang berhasil menembus pasar besar tersebut. Produksi kacang jaruk dimulai sejak tahun 2011, namun yang dikemas dengan rapi seperti sekarang ini sejak tahun 2014.
"Alhamdulillah, kacang jaruk milik kami yang bermerk Hj Ati berhasil menembus pasar grosiran modern seperti lotte mart, hingga bandara syamsudinnor," katanya saat ditemui dikediamannya, kamis (13/10)
Ia menceritakan, sejak tahun 2011, ditengah harga karet yang terus anjlok, Ati bersama suaminya H Rahmadi mulai berpindah usaha, dari pengumpul karet menjadi perajin kacang jaruk. Namun saat itu, kacang jaruk buatannya tidak beda dengan buatan perajin lainnya.
Pemasarannya pun sebatas pasar lokal seperti warung dan kios-kios di HST. Di tahun 2013, dia mengikuti pelatihan mengolah produk makanan hasil pertanian yang difasilitasi Dinas Pertanian.
"Sejak saat itu, wawasan kami bertambah untuk mengembangkan usaha kacang jaruk. Apalagi HST sudah punya brand untuk cemilan ini," tuturnya.
Sejak serius memperbaiki kualitas produknya, usahanya mulai berkembang. Tiap hari ia dan suami memproduksi kacang jaruk sebanyak 75 kilogram.
Namun jika musim hujan, terpaksa berhenti produksi, karena tidak bisa menjemur kacang tanahnya. Sejak memiliki oven, Ati pun bisa memproduksi tiap hari.
Oven digunakan jika hujan saja, bila panas, lebih memilih menjemur dibawah sinar matahari. Kemudian kacang disangrai, lalu di sortir hingga menghasilkan kacang jaruk pilihan terbaik.
"Di tahun 2014, kami mulai mengemas sendiri menggunakan plastic khusus dan mesin press. Dan proses pengemasan ini dibina oleh Dinas Perdagangan dan koperasi pemrov Kalsel. Dan sejak itulah, Perindakop membantu promosi dan pemasaran," jelasnya.
Diantara promosi dan pemasaran melalui pameran pembangunan tingkat nasional, seperti di Batam. Selain itu, ia juga pernah diajak kerjasama oleh pengusaha dari Malaysia.
Ati juga diminta untuk menjadi pemasok kacang jaruk, namun dengan syarat brand produknya harus diganti menjadi produk Malaysia.
"Saya dan Disperindakop tentu saja menolak. Apalagi, produk kami sudah punya hak paten," tuturnya.
Soal harga, Ati tidak membedakan menjual kepasar atau minimarket. Untuk satu bungkus 250 gram Rp 15 ribu. Dan hingga kini, dibantu oleh enam tenaga kerja.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2016