Mengutip Hadits Rasulullah Muhammad Saw riwayat Baihaqi, Ustadz Haji Ghazali Mukeri dalam tausiyahnya menyatakan, diam merupakan sikap yang bijak dari seseorang.

*Memang Hadits tersebut lemah. Tapi dikaitkan dengan ceritera Lukmanul Hakim sebagaimana dalam Al Qur'an, Hadist itu menjadi kuat," ujar Ustadz Ghazali dalam tausiyahnya di Masjid Assa'adah Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin, sesudah Shalat Subuh Ahad.

Masih mengutip kandungan Al Qur'an dan Hadits Rasulullah Saw, Ustadz Ghazali mengatakan, bahwa diam tersebut bukan asal diam atau untuk semua hal harus diam, tapi diam itu mengandung makna yang mendalam.

Sebagai contoh dalam yang bermanfaat atau kemanfaatannya besar terhadap kemaslahatan orang banyak, maka untuk itu jangan diam atau harus bicara 

Contoh lain dalam pengajian tidak mungkin diam, tetapi harus bicara misalnya sang guru menerangkan dan pendengar bertanya kalau tidak mengerti materinya.

"Kan tidak mungkin dalam suatu pengajian semua diam," katanya.

Menurut alumnus Universitas Al Azhar Kairo Mesir yang bergelar "Lc" itu, bijak tersebut yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.

"Orang bijak itu mendahulukan akalatsu iilmu sebelum melakukan perbuatan, dan orang berilmu tentu akan bijak. Kata-kata tentang bijak ada 119 dalam Al Qur'an," ujarnya.

Ustadz Haji Ghazali Mukeri saat tausiyah di Masjid Assa'adah Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin, sesudah Shalat Subuh Ahad (28/1/24). (ANTARA/Syamsuddin Hasan)
 

Mengenai masalah diam, pengasuh salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) di Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar atau km7 Banjarmasin itu menambahkan, hal tersebut pada dasarnya ada dua.

"Diam itu memang karena dilarang/terlarang misalnya kalau bicara bisa menimbulkan bala bencana, dan tidak ada/kurang manfaat terutama buat kemaslahatan," demikian Ghazali Mukeri.

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024