Mantan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat (FKIP ULM d/h Unlam) Banjarmasin Prof H Rustam Effendi "menyibak" atau membuka tentang bahasa daerah Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel).
Manyibak bahasa Banjar saat "baricau" (perbincangan bebas) dengan Prof Rizali Hadi atau sesama Guru Besar pada Unlam/perguruan tinggi negeri tertua di Kalimantan bersama H Hasan Zainuddin atau yang akrab dengan sapaan Paman Anum, Rabu, 16 Januari lalu.
Baca juga: Alumni Fakultas Keguruan ULM bicarakan "penyelewengan bahasa"
Guru Besar Bahasa Indonesia Unlam Rustam Effendi sependapat dengan Paman Anum, bahwa pada saatnya budaya Banjar yang merupakan kearifan lokal setempat akan hilang seiring punahnya bahasa Banjar.
Oleh karenanya, menurut Paman Anum yang beberapa kali melanglang buana di penjuru Indonesia hingga Negeri Jiran Malaysia menemui kulaan bubuhan Banjar (KBB) itu, perlu upaya pelestarian bahasa daerah Banjar.
Sementara Rustam Effendi menerangkan asal usul bahasa Banjar dari rumpun bahasa Austronesia berasal dari Taiwan yang berproses ratusan tahun lalu atau lebih menjadi bahasa Melayu purba dan seterusnya.
Sebagai contoh kata "batak" (dalam bhs Banjar) = tarik (bhs Indonesia) berasal dari Melayu purba, ungkap Rustam yang sudah memasuki pensiun, namun masih aktif memberi kuliah pada FKIP Unlam itu.
Contoh lain kata "talu" (tiga) bukan berasal dari bahasa Jawa, tapi juga Melayu purba. "Bahkan bahasa Jawa dan Sunda pada dasarnya berasal dari Melayu purba, katanya.
Baca juga: Bahasa Banjar Kalsel terancam punah tanpa pelestarian
Secara khusus Prof Rustam menerangkan tentang bahasa Banjar yang pada dasarnya terdiri dari Bahasa Banjar Kuala dan Hulu atau daerah hulu sungai Kalsel.
Daerah hulu sungai atau "Banua Anam" Kalsel meliputi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Kabupaten Tabalong.
Ia mengungkapkan, Bahasa Banjar Kuala mengenal lima vokal "a", "i", "e", "o" dan "u". Sedangkan Bahasa Banjar Hulu hanya mengenal a, i dan u.
"Oleh karenanya pula terjadi perbedaan pengucapan antara Banjar Kuala dan Hulu " ujar Rustam kelahiran Limpasu atau pinggiran Pegunungan Meratus wilayah HST tersebut.
Begitu pula sebutan terjadi perbedaan terhadap satu objek yang sama, seperti anjing ada yang menyebut "duyu", "kuyuk", "kutang" dan "hadupan/hidupan," demikian Rustam Effendi.
"Memang ramai membicarakan bahasa daerah Banjar, Prof Rustam dan Rizali serta Paman Anum.
Baca juga: Tim PBSI FKIP ULM latih siswa penulisan cerita bertema lahan basah
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024
Manyibak bahasa Banjar saat "baricau" (perbincangan bebas) dengan Prof Rizali Hadi atau sesama Guru Besar pada Unlam/perguruan tinggi negeri tertua di Kalimantan bersama H Hasan Zainuddin atau yang akrab dengan sapaan Paman Anum, Rabu, 16 Januari lalu.
Baca juga: Alumni Fakultas Keguruan ULM bicarakan "penyelewengan bahasa"
Guru Besar Bahasa Indonesia Unlam Rustam Effendi sependapat dengan Paman Anum, bahwa pada saatnya budaya Banjar yang merupakan kearifan lokal setempat akan hilang seiring punahnya bahasa Banjar.
Oleh karenanya, menurut Paman Anum yang beberapa kali melanglang buana di penjuru Indonesia hingga Negeri Jiran Malaysia menemui kulaan bubuhan Banjar (KBB) itu, perlu upaya pelestarian bahasa daerah Banjar.
Sementara Rustam Effendi menerangkan asal usul bahasa Banjar dari rumpun bahasa Austronesia berasal dari Taiwan yang berproses ratusan tahun lalu atau lebih menjadi bahasa Melayu purba dan seterusnya.
Sebagai contoh kata "batak" (dalam bhs Banjar) = tarik (bhs Indonesia) berasal dari Melayu purba, ungkap Rustam yang sudah memasuki pensiun, namun masih aktif memberi kuliah pada FKIP Unlam itu.
Contoh lain kata "talu" (tiga) bukan berasal dari bahasa Jawa, tapi juga Melayu purba. "Bahkan bahasa Jawa dan Sunda pada dasarnya berasal dari Melayu purba, katanya.
Baca juga: Bahasa Banjar Kalsel terancam punah tanpa pelestarian
Secara khusus Prof Rustam menerangkan tentang bahasa Banjar yang pada dasarnya terdiri dari Bahasa Banjar Kuala dan Hulu atau daerah hulu sungai Kalsel.
Daerah hulu sungai atau "Banua Anam" Kalsel meliputi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Kabupaten Tabalong.
Ia mengungkapkan, Bahasa Banjar Kuala mengenal lima vokal "a", "i", "e", "o" dan "u". Sedangkan Bahasa Banjar Hulu hanya mengenal a, i dan u.
"Oleh karenanya pula terjadi perbedaan pengucapan antara Banjar Kuala dan Hulu " ujar Rustam kelahiran Limpasu atau pinggiran Pegunungan Meratus wilayah HST tersebut.
Begitu pula sebutan terjadi perbedaan terhadap satu objek yang sama, seperti anjing ada yang menyebut "duyu", "kuyuk", "kutang" dan "hadupan/hidupan," demikian Rustam Effendi.
"Memang ramai membicarakan bahasa daerah Banjar, Prof Rustam dan Rizali serta Paman Anum.
Baca juga: Tim PBSI FKIP ULM latih siswa penulisan cerita bertema lahan basah
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2024