Sore itu ia tampak sibuk membawa produk yang dibungkus dalam plastik. Menemui pembeli yang menunggu di luar stan Pekan Raya Tabalong 2023.
Ia tampak rapi, satu yang menarik penampilannya, ia mengenakan sepatu yang berbeda dari banyak orang.
Baca juga: Rosehan: UMKM Tabalong Kalsel berkembang cepat
Sepatu rajut, hasil karyanya sendiri. Dengan ragam warna senada warna baju yang ia kenakan.
Ia adalah Estri Kuswarini, pelaku UMKM Rajutan Estri yang memulai produksi dari tempat tinggalnya di Komplek Pertamina Murung Pudak.
Berangkat dari kerja keras, ia kemudian serius terjun ke dalam usaha rajutan yang sudah dirintis sejak tahun 2017.
Kerja keras Estri menjadi berkah baginya. Berbekal hasil menyimak sang Ibu saat mengajari orang, Estri perlahan belajar merajut secara autodidak.
Benang demi benang ia siratkan, hingga mewujud kreasi ragam barang indah dan bernilai jual.
Baca juga: Pemkab Tabalong promosikan UMKM dan budaya lokal lewat Pekan Raya
Tas, peci, dompet, topi, hingga sepatu berhasil ia ciptakan dari tangannya. Estri tak ingin mandek berinovasi. Ia ingin terus menampilkan hasil karya yang berbeda setiap tahunnya.
“Kalau tas rajut sudah banyak yang menganggap biasa, saya bikin yang lain lagi tas rajutnya. Tetap tas rajut, tetapi yang ada etniknya seperti Etnik Kalimantan atau yang ada (pernak-pernik) tameng,” ujar Estri di Stand PT Adaro Indonesia, Pekan Raya Tabalong 2023 di Tanjung Expo Center, Jumat (8/12)
Selain itu, ia juga melakukan inovasi pada topi rajutannya yang diberi nama Topi Nusantara.
Topi tersebut memiliki gambar yang terdiri dari pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke.
Kemudian, ada tas rajut Sasirangan, yang ia kombinasikan dengan kain tradisional khas Kalimantan Selatan. Sasirangan berasal dari kata sirang, dalam bahasa Banjar berarti menjelujur atau teknik menjahit dengan tangan.
Hal ini jadi paduan serasi dengan rajutan milik Estri yang juga digarap dengan tangan.
Baca juga: Pemkab Tabalong promosikan UMKM dan budaya lokal lewat Pekan Raya
Kerja keras Estri merupakan sebuah perjalanan panjang. Sebelum menyebrang ke Kalimantan, dahulu ia sempat kerja pabrik di Bandung, Jawa Barat. Estri tak kenal kata lelah.
Ketimbang hanya duduk termenung selepas pulang kerja, jemarinya sibuk menari, menyambung benang demi benang yang ia miliki.
Hasil dari rajutan itu, ia jual ke teman-temannya. Memang yang namanya rejeki sudah ada yang mengatur. Berkat kerja kerasnya itu, ia menerima borongan pesanan dari pabrik.
Baginya memiliki suami yang selalu mendukung, juga menjadi berkah tersendiri.
Ketika akhirnya pindah ke Kalimantan dan Estri kewalahan dengan banyaknya pesanan, sang suami sigap membantu pekerjaan Estri selepas bekerja. Lengkap dan serasi, mungkin dua kata yang cocok menggambarkan Estri dan suami.
Baca juga: Kalsel kemarin, penetapan APBD perubahan hingga temu alumni prakerja
“Suami support dari belakang. Sangat mendukung. Pas saya punya orderan sepatu banyak juga minta tolong sama suami. Itukan sepatu harus dilubang, harus disol, jadi saya minta tolong suami. Padahal suami juga kerja, pulangnya agak malam juga,” cerita Estri.
Estri merupakan salah satu binaan Adaro Spectapreneur.
Sebelum bergabung, ia bercerita sempat kesulitan memenuhi alat dan bahan, karena kurangnya modal. Adanya bantuan hasil dari binaan Adaro, membuat Estri punya banyak benang di rumah.
“Kalau punya banyak benang, orang yang mau pesan bisa pilih benangnya,” tuturnya.
Seperti mencari ikan, Estri kini hanya perlu menjaring lebih banyak pelanggan.
Selain dibantu pemasaran melalui pameran, ketika merajut Estri juga menyempatkan otak-atik ponsel.
Mencoba peruntungan gaet pelanggan baru melalui internet. Whatsapp, Facebook, Instagram, dan E-commerce, jadi ladang segar bagi Estri menemukan pelanggan. Namun, tak semua berhasil.
Baca juga: Kacang rasa sate UMKM binaan Adaro makin berkembang
Beda saluran, beda juga cara pendekatan yang dilakukan. Facebook jadi saluran yang paling dimaksimalkan Estri, terutama karena adanya fitur grup.
Ia bergabung ke dalam grup rajut Indonesia, demi upaya memasarkan juga untuk melihat perkembangan motif rajut yang sedang ramai diminati. Estri begitu menghargai karya orang lain.
Apabila ada motif yang menarik perhatian, Estri tak sungkan meminta izin untuk membuat motif serupa.
Meski menghadapi banyak kendala, api semangat Estri tak pernah padam untuk melanjutkan usaha rajutnya. Menjadi pengusaha bagi Estri berarti latihan putar otak.
“Sudah berani bergerak harus berani tanggung risiko,” tuturnya.
Baca juga: Bupati Tabalong minta UMKM lokal tingkatkan kualitas produk
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
Ia tampak rapi, satu yang menarik penampilannya, ia mengenakan sepatu yang berbeda dari banyak orang.
Baca juga: Rosehan: UMKM Tabalong Kalsel berkembang cepat
Sepatu rajut, hasil karyanya sendiri. Dengan ragam warna senada warna baju yang ia kenakan.
Ia adalah Estri Kuswarini, pelaku UMKM Rajutan Estri yang memulai produksi dari tempat tinggalnya di Komplek Pertamina Murung Pudak.
Berangkat dari kerja keras, ia kemudian serius terjun ke dalam usaha rajutan yang sudah dirintis sejak tahun 2017.
Kerja keras Estri menjadi berkah baginya. Berbekal hasil menyimak sang Ibu saat mengajari orang, Estri perlahan belajar merajut secara autodidak.
Benang demi benang ia siratkan, hingga mewujud kreasi ragam barang indah dan bernilai jual.
Baca juga: Pemkab Tabalong promosikan UMKM dan budaya lokal lewat Pekan Raya
Tas, peci, dompet, topi, hingga sepatu berhasil ia ciptakan dari tangannya. Estri tak ingin mandek berinovasi. Ia ingin terus menampilkan hasil karya yang berbeda setiap tahunnya.
“Kalau tas rajut sudah banyak yang menganggap biasa, saya bikin yang lain lagi tas rajutnya. Tetap tas rajut, tetapi yang ada etniknya seperti Etnik Kalimantan atau yang ada (pernak-pernik) tameng,” ujar Estri di Stand PT Adaro Indonesia, Pekan Raya Tabalong 2023 di Tanjung Expo Center, Jumat (8/12)
Selain itu, ia juga melakukan inovasi pada topi rajutannya yang diberi nama Topi Nusantara.
Topi tersebut memiliki gambar yang terdiri dari pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke.
Kemudian, ada tas rajut Sasirangan, yang ia kombinasikan dengan kain tradisional khas Kalimantan Selatan. Sasirangan berasal dari kata sirang, dalam bahasa Banjar berarti menjelujur atau teknik menjahit dengan tangan.
Hal ini jadi paduan serasi dengan rajutan milik Estri yang juga digarap dengan tangan.
Baca juga: Pemkab Tabalong promosikan UMKM dan budaya lokal lewat Pekan Raya
Kerja keras Estri merupakan sebuah perjalanan panjang. Sebelum menyebrang ke Kalimantan, dahulu ia sempat kerja pabrik di Bandung, Jawa Barat. Estri tak kenal kata lelah.
Ketimbang hanya duduk termenung selepas pulang kerja, jemarinya sibuk menari, menyambung benang demi benang yang ia miliki.
Hasil dari rajutan itu, ia jual ke teman-temannya. Memang yang namanya rejeki sudah ada yang mengatur. Berkat kerja kerasnya itu, ia menerima borongan pesanan dari pabrik.
Baginya memiliki suami yang selalu mendukung, juga menjadi berkah tersendiri.
Ketika akhirnya pindah ke Kalimantan dan Estri kewalahan dengan banyaknya pesanan, sang suami sigap membantu pekerjaan Estri selepas bekerja. Lengkap dan serasi, mungkin dua kata yang cocok menggambarkan Estri dan suami.
Baca juga: Kalsel kemarin, penetapan APBD perubahan hingga temu alumni prakerja
“Suami support dari belakang. Sangat mendukung. Pas saya punya orderan sepatu banyak juga minta tolong sama suami. Itukan sepatu harus dilubang, harus disol, jadi saya minta tolong suami. Padahal suami juga kerja, pulangnya agak malam juga,” cerita Estri.
Estri merupakan salah satu binaan Adaro Spectapreneur.
Sebelum bergabung, ia bercerita sempat kesulitan memenuhi alat dan bahan, karena kurangnya modal. Adanya bantuan hasil dari binaan Adaro, membuat Estri punya banyak benang di rumah.
“Kalau punya banyak benang, orang yang mau pesan bisa pilih benangnya,” tuturnya.
Seperti mencari ikan, Estri kini hanya perlu menjaring lebih banyak pelanggan.
Selain dibantu pemasaran melalui pameran, ketika merajut Estri juga menyempatkan otak-atik ponsel.
Mencoba peruntungan gaet pelanggan baru melalui internet. Whatsapp, Facebook, Instagram, dan E-commerce, jadi ladang segar bagi Estri menemukan pelanggan. Namun, tak semua berhasil.
Baca juga: Kacang rasa sate UMKM binaan Adaro makin berkembang
Beda saluran, beda juga cara pendekatan yang dilakukan. Facebook jadi saluran yang paling dimaksimalkan Estri, terutama karena adanya fitur grup.
Ia bergabung ke dalam grup rajut Indonesia, demi upaya memasarkan juga untuk melihat perkembangan motif rajut yang sedang ramai diminati. Estri begitu menghargai karya orang lain.
Apabila ada motif yang menarik perhatian, Estri tak sungkan meminta izin untuk membuat motif serupa.
Meski menghadapi banyak kendala, api semangat Estri tak pernah padam untuk melanjutkan usaha rajutnya. Menjadi pengusaha bagi Estri berarti latihan putar otak.
“Sudah berani bergerak harus berani tanggung risiko,” tuturnya.
Baca juga: Bupati Tabalong minta UMKM lokal tingkatkan kualitas produk
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023