Di dalam gudang berukuran sedang dua mahasiswa Institut Pertanian Bogor Rizky dan Duta Dhyas Utama menyiapkan sejumlah bahan campuran pembuatan pellet pakan ayam.
Ada Pollard (limbah penggilingan gandum), dedak, tepung maggot hingga mineral campuran lainnya di dalam baskom plastik terpisah.
Baca juga: Budidaya ikan bioflok di Desa Kambitin Tabalong terhenti
Bertempat di Desa Murung Ilung Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan mahasiswa IPB yang tergabung dalam program One Village One CEO (OVOC) ini mempraktikkan cara pembuatan pakan ayam dengan menggunakan campuran maggot atau ulat.
Sejumlah warga Desa Murung Ilung yang memiliki usaha ternak ayam hingga pengelola bank sampah desa sekitar mengikuti proses pengolahan pellet yang dilakukan tim IPB hingga adonan (peller) siap dimasukkan ke mesin pencetakan.
"Perbandingannya 4 kilogram dedak, 4 kilogram pollard dan 7 kilogram tepung maggot ditambah mineral lainnya menghasilkan sekitar 15 kilogram pellet," jelas Rizky.
Praktik pengolahan pellet ini bagian dari program Adaro Bina Insan Sejahtera PT Adaro Energy Indonesia melalui PT Balangan Coal bersama tim IPB dalam kegiatan pengembangan budidaya maggot di Desa Murung Ilung.
Tim IPB sendiri melalui program unggulan ekosistem bisnis desa OVOC, mendatangkan tenaga ahli dari PT Biomagg Sinergi Internasional dari Depok, Jawa Barat Raflie Yushan R untuk memberikan keterampilan pengembangan budidaya maggot hingga pengolahan hasil maggot menjadi pellet bagi warga setempat.
Raflie mengatakan budidaya maggot harus didukung ketersediaan sampah dengan membentuk mitra sumber sampah.
"Maggot menjadi salah satu pakan alternatif untuk unggas maupun ikan dan budidayanya harus didukung ketersediaan sampah organik," jelas Raflie.
Baca juga: DPRD Kalsel pelajari budidaya udang galah "SiJawa" DIY
Ia bersama tim mahasiswa IPB pun membantu mencari mitra sumber sampah untuk pasokan sampah organik mulai dari rumah sakit dan rumah makan di Kabupaten Balangan.
Karena produksi sampah organik dari warga belum mencukupi bagi budidaya maggot dan pasokan sampah organik yang dibutuhkan dalam satu hari mencapai 150 kilogram.
Ahmad Fadilah salah satu peternak ayam yang juga pengelola bank sampah di sekitar wilayah operasional PT Balangan Coal mengaku tertarik mencoba budidaya maggot sebagai pakan alternatif unggas.
"Pelatihan yang dilakukan tim IPB menjadi tambahan wawasan saya untuk mencoba budidaya maggot dengan memanfaatkan sampah organik," jelas Fadillah.
Sebagai peternak ia mengakui harga pakan ayam saat ini makin mahal jadi perlu pakan alternatif untuk menekan pengeluaran.
Ia pun mencoba mengajak warga sekitar untuk memilah sampah organik agar bisa dimanfaatkan dalam budidaya maggot nantinya.
Perwakilan PT Balangan Coal Muhammad Lutfi menyebutkan perusahaan melalui tanggungjawab sosialnya mendukung program pengembangan budidaya maggot di Desa Murung Ilung berupa bantuan mesin penggiling sampah dan mesin pembuatan pellet.
"Budidaya maggot di Desa Murung Ilung yang menjadi binaan Balangan Coal menjadi satu upaya pemanfaatan sampah organik," jelas Lutfi.
Ia pun berharap unit usaha ini bisa mengembangkan ekonomi desa dengan adanya pendampingan dari tim IPB.(Adv)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
Ada Pollard (limbah penggilingan gandum), dedak, tepung maggot hingga mineral campuran lainnya di dalam baskom plastik terpisah.
Baca juga: Budidaya ikan bioflok di Desa Kambitin Tabalong terhenti
Bertempat di Desa Murung Ilung Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan mahasiswa IPB yang tergabung dalam program One Village One CEO (OVOC) ini mempraktikkan cara pembuatan pakan ayam dengan menggunakan campuran maggot atau ulat.
Sejumlah warga Desa Murung Ilung yang memiliki usaha ternak ayam hingga pengelola bank sampah desa sekitar mengikuti proses pengolahan pellet yang dilakukan tim IPB hingga adonan (peller) siap dimasukkan ke mesin pencetakan.
"Perbandingannya 4 kilogram dedak, 4 kilogram pollard dan 7 kilogram tepung maggot ditambah mineral lainnya menghasilkan sekitar 15 kilogram pellet," jelas Rizky.
Praktik pengolahan pellet ini bagian dari program Adaro Bina Insan Sejahtera PT Adaro Energy Indonesia melalui PT Balangan Coal bersama tim IPB dalam kegiatan pengembangan budidaya maggot di Desa Murung Ilung.
Tim IPB sendiri melalui program unggulan ekosistem bisnis desa OVOC, mendatangkan tenaga ahli dari PT Biomagg Sinergi Internasional dari Depok, Jawa Barat Raflie Yushan R untuk memberikan keterampilan pengembangan budidaya maggot hingga pengolahan hasil maggot menjadi pellet bagi warga setempat.
Raflie mengatakan budidaya maggot harus didukung ketersediaan sampah dengan membentuk mitra sumber sampah.
"Maggot menjadi salah satu pakan alternatif untuk unggas maupun ikan dan budidayanya harus didukung ketersediaan sampah organik," jelas Raflie.
Baca juga: DPRD Kalsel pelajari budidaya udang galah "SiJawa" DIY
Ia bersama tim mahasiswa IPB pun membantu mencari mitra sumber sampah untuk pasokan sampah organik mulai dari rumah sakit dan rumah makan di Kabupaten Balangan.
Karena produksi sampah organik dari warga belum mencukupi bagi budidaya maggot dan pasokan sampah organik yang dibutuhkan dalam satu hari mencapai 150 kilogram.
Ahmad Fadilah salah satu peternak ayam yang juga pengelola bank sampah di sekitar wilayah operasional PT Balangan Coal mengaku tertarik mencoba budidaya maggot sebagai pakan alternatif unggas.
"Pelatihan yang dilakukan tim IPB menjadi tambahan wawasan saya untuk mencoba budidaya maggot dengan memanfaatkan sampah organik," jelas Fadillah.
Sebagai peternak ia mengakui harga pakan ayam saat ini makin mahal jadi perlu pakan alternatif untuk menekan pengeluaran.
Ia pun mencoba mengajak warga sekitar untuk memilah sampah organik agar bisa dimanfaatkan dalam budidaya maggot nantinya.
Perwakilan PT Balangan Coal Muhammad Lutfi menyebutkan perusahaan melalui tanggungjawab sosialnya mendukung program pengembangan budidaya maggot di Desa Murung Ilung berupa bantuan mesin penggiling sampah dan mesin pembuatan pellet.
"Budidaya maggot di Desa Murung Ilung yang menjadi binaan Balangan Coal menjadi satu upaya pemanfaatan sampah organik," jelas Lutfi.
Ia pun berharap unit usaha ini bisa mengembangkan ekonomi desa dengan adanya pendampingan dari tim IPB.(Adv)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023