Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Selatan Syarifuddin mengatakan hutan hujan di Gunung Rorokoan Kecamatan Loksado masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KPSN) dan berpotensi menjadi salah satu ekowisata baru.
"Kalau memang banyak potensi potensi yang bisa dikembangkan di situ (Gunung Rorokoan), sangat baik jadi menambah pilihan wisata," ujarnya dikonfirmasi Antara di Banjarmasin, Senin.
Wisata Gunung Rorokoan yang baru dibuka masyarakat ini, kata Syarifuddin, tak menutup kemungkinan jadi sasaran perhatian pemerintah daerah hingga pusat.
"Karena itu kawasan KSPN maka masuk dalam perhatian nasional," ujarnya.
Baca juga: BIODIVERSITY DAY - Kalsel gelorakan isu karst untuk ekosistem Geopark Meratus
Pengembangan wilayah KSPN Loksado ini, kata Syarifuddin, terus dilakukan oleh pemerintah daerah dan pusat, tujuannya menguatkan sektor pariwisata menjadi sumber ekonomi masyarakat.
Keindahan dan keunikan alam Loksado ini, bisa dibayangkan dari cerita "Ekspedisi Meratus 2023" yang dilakukan oleh komunitas jurnalis pencinta lingkungan Pena Hijau Indonesia, bersama mahasiswa dan masyarakat adat pada 26-27 Agustus tadi.
Ketua Pena Hijau Indonesia Denny S. Ainan mengatakan Gunung Rorokoan yang menyimpan hutan hujan ini memiliki potensi besar sebagai ekowisata di Kecamatan Loksado.
"Jadi tak hanya Gunung Halau-Halau yang terkenal itu yang memiliki hutan hujan, di Gunung Rorokoan pun juga," ujarnya.
Lebih lanjut, Denny mengatakan Gunung Rorokoan ini layak menjadi pilihan para pendaki Nusantara sebagai salah satu tujuan petualangan di Kalimantan Selatan.
"Secara umum, kita lihat ekosistem hutan di Gunung Rorokoan ini masih bagus," ujarnya.
Penilaian Denny itu mengacu pada temuan pacet/lintah, tanaman kantong semar, ular, burung enggang, elang, pohon raksasa hingga hamparan lumut di sepanjang jalur menuju puncak Gunung Rorokoan setinggi 1284 MDPL.
"Adanya temuan selama dua hari di sana itu, bisa dijadikan sebagai parameter lingkungan. Ya, artinya masih bagus di Gunung Rorokoan ini," ujarnya.
Sedangkan di puncak, kata Denny, pendaki akan disuguhkan pemandangan alam yang syahdu, yakni hamparan Pegunungan Meratus Kalimantan Selatan.
Letak geografis Gunung Rorokoan ini, kata Denny, sangat menguntungkan karena berada di wilayah wisata Loksado yang sudah terkenal di tingkat nasional bahkan internasional.
"Di Loksado, wisata ini bisa di jadikan sebagai wisata khusus. Saya rasa, turis-turis yang datang ke Loksado pasti bakal menyukai petualangan di sana," ungkapnya.
Menuju Gunung Rorokoan ini, harus merogoh kocek Rp300 ribu/hari untuk jasa guide dan parkir kendaraan roda dua Rp5.000 di Dusun Manakili, Desa Loklahung.
Terkait Ekspedisi Meratus, ungkap Denny, adalah upaya jurnalis dan masyarakat dalam mendokumentasikan potensi kawasan Pegunungan Meratus Kalsel.
"Ekspedisi Meratus ini sudah berjalan sejak 2019. Kami menargetkan akan banyak mendapat hasil liputan berupa karya tulis, foto dan video tentang lingkungan sekaligus potensi ekonomi dan wisata dari ekspedisi ini," tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
"Kalau memang banyak potensi potensi yang bisa dikembangkan di situ (Gunung Rorokoan), sangat baik jadi menambah pilihan wisata," ujarnya dikonfirmasi Antara di Banjarmasin, Senin.
Wisata Gunung Rorokoan yang baru dibuka masyarakat ini, kata Syarifuddin, tak menutup kemungkinan jadi sasaran perhatian pemerintah daerah hingga pusat.
"Karena itu kawasan KSPN maka masuk dalam perhatian nasional," ujarnya.
Baca juga: BIODIVERSITY DAY - Kalsel gelorakan isu karst untuk ekosistem Geopark Meratus
Pengembangan wilayah KSPN Loksado ini, kata Syarifuddin, terus dilakukan oleh pemerintah daerah dan pusat, tujuannya menguatkan sektor pariwisata menjadi sumber ekonomi masyarakat.
Keindahan dan keunikan alam Loksado ini, bisa dibayangkan dari cerita "Ekspedisi Meratus 2023" yang dilakukan oleh komunitas jurnalis pencinta lingkungan Pena Hijau Indonesia, bersama mahasiswa dan masyarakat adat pada 26-27 Agustus tadi.
Ketua Pena Hijau Indonesia Denny S. Ainan mengatakan Gunung Rorokoan yang menyimpan hutan hujan ini memiliki potensi besar sebagai ekowisata di Kecamatan Loksado.
"Jadi tak hanya Gunung Halau-Halau yang terkenal itu yang memiliki hutan hujan, di Gunung Rorokoan pun juga," ujarnya.
Lebih lanjut, Denny mengatakan Gunung Rorokoan ini layak menjadi pilihan para pendaki Nusantara sebagai salah satu tujuan petualangan di Kalimantan Selatan.
"Secara umum, kita lihat ekosistem hutan di Gunung Rorokoan ini masih bagus," ujarnya.
Penilaian Denny itu mengacu pada temuan pacet/lintah, tanaman kantong semar, ular, burung enggang, elang, pohon raksasa hingga hamparan lumut di sepanjang jalur menuju puncak Gunung Rorokoan setinggi 1284 MDPL.
"Adanya temuan selama dua hari di sana itu, bisa dijadikan sebagai parameter lingkungan. Ya, artinya masih bagus di Gunung Rorokoan ini," ujarnya.
Sedangkan di puncak, kata Denny, pendaki akan disuguhkan pemandangan alam yang syahdu, yakni hamparan Pegunungan Meratus Kalimantan Selatan.
Letak geografis Gunung Rorokoan ini, kata Denny, sangat menguntungkan karena berada di wilayah wisata Loksado yang sudah terkenal di tingkat nasional bahkan internasional.
"Di Loksado, wisata ini bisa di jadikan sebagai wisata khusus. Saya rasa, turis-turis yang datang ke Loksado pasti bakal menyukai petualangan di sana," ungkapnya.
Menuju Gunung Rorokoan ini, harus merogoh kocek Rp300 ribu/hari untuk jasa guide dan parkir kendaraan roda dua Rp5.000 di Dusun Manakili, Desa Loklahung.
Terkait Ekspedisi Meratus, ungkap Denny, adalah upaya jurnalis dan masyarakat dalam mendokumentasikan potensi kawasan Pegunungan Meratus Kalsel.
"Ekspedisi Meratus ini sudah berjalan sejak 2019. Kami menargetkan akan banyak mendapat hasil liputan berupa karya tulis, foto dan video tentang lingkungan sekaligus potensi ekonomi dan wisata dari ekspedisi ini," tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023