Dosen Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan untuk meningkatkan kualitas dan jumlah produksi telur asin.

"Wilayah Kalimantan Selatan memiliki potensi atau peluang usaha yang dapat dikembangkan oleh masyarakat salah satunya olahan telur telur asin," kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat ULM Samsul di Batulicin Selasa.

Baca juga: 516 mahasiswa baru ULM terima KIP Kuliah

Dia mengatakan, melimpah nya jumlah produksi telur itik atau bebek di Kabupaten Banjar menjadi salah satu potensi berkembangnya produk manakan olahan yang dapat disaingkan dengan produk lain ke pasar secara luas," kata Samsul.

Selain itu, pasar konsumen telur asin di Kalimantan Selatan cukup besar karena telur asin menjadi salah satu makanan favorit warga lokal yang cocok untuk dikolaborasikan dengan menu makanan khas banjar.

Namun, sejauh ini masih banyak permasalahan yang ditemukan bagi pelaku usaha telur asin dalam memasarkan produk makanannya. Dimana cara pengemasan produk makananan dinilai sangat sederhana atau tradisional sehingga kurang menarik bagi calon pembeli.

Perubahan musim juga menjadi salah satu pokok permasalahan dalam jumlah produksi, dimana di musim tertentu pelaku usaha juga sulit mendapatkan bahan dukung sebagai media produksi telur yang dapat kualitas dan jumlah produksi telur asin.

"Permasalahan itu lah yang menjadi latar belakang kami untuk melakukan pembinaan pelaku UKM melalui program dosen wajib mengabdi," jelasnya.

Tim pengabdian masyarakat dari Universitas Lambung Mangkurat turut andil dalam pendampingan kepada pelaku UKM telur asin "emas" Martapura mulai dengan pembaharuan teknik pembuatan telur asin.

"Awalnya, media yang digunakan untuk mengasinkan telur para pelaku UKM menggunakan abus sekam padi, namun kini kami ganti menggunakan abu sawit," terang Samsul.

Menurut Samsul, abu sawit dapat digunakan sebagai alternatif pengganti abu sekam padi karena media tersebut dapat diperoleh sepanjang tahun tanpa menunggu musim. Sehingga proses produksi dapat terus berlanjut.

beda dengan abu sekam padi, pelaku usaha harus mengeluarkan biaya dalam perolehannya dan tidak tersedia setiap musim karena abu sekam padi hanya terdapat pada musim padi saja.

Baca juga: ULM sends students to teach migrant workers' children in Malaysia

Sedangkan abu sawit tersedia sepanjang musim dan dapat diperoleh secara cuma-cuma sehingga penggunaan abu sekam padi kurang begitu efisien. Penggunaan media abu sawit dapat menekan biaya produksi telur asin.

"Abu sawit dapat menjadi alternatif pengeraman telur asin karena tersedia sepanjang musim dan gratis, sehingga dapat menggantikan abu sekam secara makroskopik dan kandungan gizi," kata dia.

Adapun dari segi kemasan, UKM terkait menginginkan perubahan kemasan menjadi lebih berseni dan menarik minat konsumen telur asin. Oleh karena itu. Tim Pengabdian Masyarakat membantu pembuatan kemasan untuk UKM tersebut. Kegiatan ini mendapatkan apresiasi dari pemilik usaha karena berhasil memberikan beberapa pembaharuan.

Salah satu pelaku usaha telur asin Adnan, menyampaikan rasa terimakasih kepada TIM pengabdian ULM yang memberikan banyak masukan cara meningkatkan produksi telur asin.


"Kami ucapkan terimakasih atas pembinaan yang dilakukan oleh Dosen ULM. Dengan adanya kegiatan ini, proses produksi telur asin yang kami kelola dapat dilaksanakan lebih efisien," ucap Adnan.

Dia juga berharap, cara melakukan kemasan produk makanan yang diajarkan oleh para tim pengabdi dapat membantu peningkatan penjualan telur asin.

"Desain kemasan yang diajarkan sangat menarik dibandingkan dengan kemasan yang sebelumnya. Semoga jumlah penjualan kami semakin meningkat," harap Adnan.

Baca juga: Universitas Lambung Mangkurat menuju 100 guru besar

Pewarta: Sujud Mariono

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023