Pemerintah Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan berhasil meminimalisir kasus demam berdarah dan menempati posisi terendah dengan 15 kasus pada 2022 dan 4 kasus per Juli 2023.
"Saat ini kasus DBD masih sangat sedikit dan tidak ada angka kematian," jelas Bupati Tabalong H Anang Syakhfiani di Tabalong, Jumat.
Baca juga: Banjarmasin lakukan pemberantasan sarang nyamuk DBD serentak
Dia mengatakan selain menempati posisi terendah di Provinsi Kalsel untuk kasus DBD Kabupaten Tabalong tercatat nomor empat secara nasional pada tahun 2022.
Upaya menekan kasus DBD ini berkat inovasi Sapu AJA DBD (Sapuluh menit Abatisasi Jajantik Aides Demam Berdarah Dengue) dan G1R1J (Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik).
Sebelumnya Anang menjadi narasumber pada rakor dan evaluasi pelaksanaan DAK Program P2P Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2023 yang berlangsung di Hotel Rattan Inn Banjarmasin, Kamis.
Dalam pemaparan, Anang menyampaikan soal strategi penanggulangan DBD di Kabupaten Tabalong yang dinyatakan berhasil tidak hanya di tingkat Provinsi namun secara nasional.
Baca juga: Kasus DBD meningkat, Dinkes Balangan imbau warga berperilaku hidup sehat
Rencananya Anang juga menjadi pembicara di kegiatan skala Asean yang akan berlangsung di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat.
"Pemberantasan DBD dipengaruhi faktor eksternal dan kondisi geografis daerah," jelas Anang.
Selain melalui perencanaan, kerja keras, komitmen bersama serta kolaborasi dan sinergitas.
“Tabalong menjadi perlintasan provinsi, baik bagi masyarakat yang akan ke Kalimantan Tengah juga Kalimantan Timur dan sebaliknya," tambah Anang.
Menurutnya daerah perlintasan ini menjadi rentan bagi penyebaran DBD yang dibawa dari luar kabupaten.
Baca juga: DPRD Banjarmasin: waspada munculnya penyakit perubahan musim
Hal ini menjadikan tantangan tersendiri bagi Pemkab Tabalong untuk melakukan berbagai upaya baik berupa peningkatan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas, upaya mitigasi, pembentukan tim, sosialisasi, penyelenggaraan lomba-lomba kebersihan dan kesehatan.
“Penanggulangan yang kami lakukan tak bisa sendiri, namun melalui komitmen bersama, kolaborasi dan sinergitas dengan banyak pihak," jelas Anang.
Baik itu dengan kalangan dewan, camat, lurah, kepala desa hingga dunia usaha serta organisasi sosial kemasyarakatan.
Baca juga: Waspada DBD di HSS, kasus meningkat menjadi 58
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
"Saat ini kasus DBD masih sangat sedikit dan tidak ada angka kematian," jelas Bupati Tabalong H Anang Syakhfiani di Tabalong, Jumat.
Baca juga: Banjarmasin lakukan pemberantasan sarang nyamuk DBD serentak
Dia mengatakan selain menempati posisi terendah di Provinsi Kalsel untuk kasus DBD Kabupaten Tabalong tercatat nomor empat secara nasional pada tahun 2022.
Upaya menekan kasus DBD ini berkat inovasi Sapu AJA DBD (Sapuluh menit Abatisasi Jajantik Aides Demam Berdarah Dengue) dan G1R1J (Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik).
Sebelumnya Anang menjadi narasumber pada rakor dan evaluasi pelaksanaan DAK Program P2P Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2023 yang berlangsung di Hotel Rattan Inn Banjarmasin, Kamis.
Dalam pemaparan, Anang menyampaikan soal strategi penanggulangan DBD di Kabupaten Tabalong yang dinyatakan berhasil tidak hanya di tingkat Provinsi namun secara nasional.
Baca juga: Kasus DBD meningkat, Dinkes Balangan imbau warga berperilaku hidup sehat
Rencananya Anang juga menjadi pembicara di kegiatan skala Asean yang akan berlangsung di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat.
"Pemberantasan DBD dipengaruhi faktor eksternal dan kondisi geografis daerah," jelas Anang.
Selain melalui perencanaan, kerja keras, komitmen bersama serta kolaborasi dan sinergitas.
“Tabalong menjadi perlintasan provinsi, baik bagi masyarakat yang akan ke Kalimantan Tengah juga Kalimantan Timur dan sebaliknya," tambah Anang.
Menurutnya daerah perlintasan ini menjadi rentan bagi penyebaran DBD yang dibawa dari luar kabupaten.
Baca juga: DPRD Banjarmasin: waspada munculnya penyakit perubahan musim
Hal ini menjadikan tantangan tersendiri bagi Pemkab Tabalong untuk melakukan berbagai upaya baik berupa peningkatan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas, upaya mitigasi, pembentukan tim, sosialisasi, penyelenggaraan lomba-lomba kebersihan dan kesehatan.
“Penanggulangan yang kami lakukan tak bisa sendiri, namun melalui komitmen bersama, kolaborasi dan sinergitas dengan banyak pihak," jelas Anang.
Baik itu dengan kalangan dewan, camat, lurah, kepala desa hingga dunia usaha serta organisasi sosial kemasyarakatan.
Baca juga: Waspada DBD di HSS, kasus meningkat menjadi 58
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023