Bulog Regional Kalimantan Selatan mengaku saat ini pihaknya cukup kesulitan untuk bisa menyerap beras lokal dari para petani di tahun 2023 ini.
Menurut Kepala Bulog Regional Kalsel Taufan Akib di Banjarmasin, Rabu, ada dua hal yang membuat pihaknya hanya mampu menyerap beras lokal kurang lebih sebesar 100 Ton hingga pertengahan tahun 2023.
Pertama, karena banyak petani lokal yang gagal panen, menyebabkan harga beras lokal mengalami kenaikan yang signifikan. Akibatnya saat kita ingin beli ke petani harganya tidak masuk.
"Kami bisa beli jika dijual dengan harga maksimal Rp9.950 per kilo,” ungkapnya.
Lalu persoalan kedua, Bulog Regional Kalsel tidak dapat melakukan penyerapan berlebihan kepada beras lokal. Karena mereka tidak lagi mendapatkan pasar yang pasti seiring dengan dialihkannya subsidi beras ke uang tunai oleh pemerintah bagi masyarakat yang masuk dalam kategori Program Keluarga Harapan (PKH).
“Kalau dulu kita serap terus karena memang ada pasarnya, yaitu dibeli oleh pemerintah untuk masyarakat yang masuk program PKH. Sekarang tidak lagi, jadi kita tidak bisa asal serap karena bisa membuat biaya penyimpanan di gudang kita membengkak dan membuat rugi,” ujarnya.
Terus dikatakannya, walau tidak bisa menyerap beras lokal, dipastikan stok beras di gudang masih mencapai di atas 1.000 Ton yang merupakan gabungan beras cadangan pemerintah daerah dan beras komersil untuk dijual bebas ke masyarakat.
“Walau tidak banyak menyerap beras lokal, kami masih bisa menjalankan diri sebagai stok cadangan untuk menjamin ketersediaan pasokan beras jika terjadi kejadian luar biasa yang tidak bisa kita prediksi,” tambahnya.
Sebelumnya, dari pantauan di Pasar Tradisional di Kota Banjarmasin, yakni Pasar Sentral Antasari, harga beras lokal terpantau masih cukup tinggi di pasaran bila dibandingkan sebelum momen Ramadhan lalu.
Untuk beras lokal jenis Siam, kini di bandrol seharga Rp15.000 – Rp20.000 per kilo tergantung kualitas. Padahal sebelumnya hanya mencapai Rp10.000 per kilo. Lalu untuk beras Mayang dari sebelumnya hanya Rp15.000 per kilo, kini sudah mencapai Rp22.000 – Rp23.000 per kilo tergantung kualitas.
Selanjutnya, jenis beras unus kini sudah dijual dengan harga Rp20.000 per kilo, padahal sebelumnya hanya mencapai Rp12.000 per kilo.
“Kan petani masih banyak yang gagal panen karena cuaca pancaroba ini, jadinya stoknya terbatas namun permintaan tetap tinggi. Makanya harganya terus naik di pasaran sampai sekarang tidak ada penurunan,” kata salah satu pedagang sembako di Pasar Sentral Antasari Adi N-Talu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
Menurut Kepala Bulog Regional Kalsel Taufan Akib di Banjarmasin, Rabu, ada dua hal yang membuat pihaknya hanya mampu menyerap beras lokal kurang lebih sebesar 100 Ton hingga pertengahan tahun 2023.
Pertama, karena banyak petani lokal yang gagal panen, menyebabkan harga beras lokal mengalami kenaikan yang signifikan. Akibatnya saat kita ingin beli ke petani harganya tidak masuk.
"Kami bisa beli jika dijual dengan harga maksimal Rp9.950 per kilo,” ungkapnya.
Lalu persoalan kedua, Bulog Regional Kalsel tidak dapat melakukan penyerapan berlebihan kepada beras lokal. Karena mereka tidak lagi mendapatkan pasar yang pasti seiring dengan dialihkannya subsidi beras ke uang tunai oleh pemerintah bagi masyarakat yang masuk dalam kategori Program Keluarga Harapan (PKH).
“Kalau dulu kita serap terus karena memang ada pasarnya, yaitu dibeli oleh pemerintah untuk masyarakat yang masuk program PKH. Sekarang tidak lagi, jadi kita tidak bisa asal serap karena bisa membuat biaya penyimpanan di gudang kita membengkak dan membuat rugi,” ujarnya.
Terus dikatakannya, walau tidak bisa menyerap beras lokal, dipastikan stok beras di gudang masih mencapai di atas 1.000 Ton yang merupakan gabungan beras cadangan pemerintah daerah dan beras komersil untuk dijual bebas ke masyarakat.
“Walau tidak banyak menyerap beras lokal, kami masih bisa menjalankan diri sebagai stok cadangan untuk menjamin ketersediaan pasokan beras jika terjadi kejadian luar biasa yang tidak bisa kita prediksi,” tambahnya.
Sebelumnya, dari pantauan di Pasar Tradisional di Kota Banjarmasin, yakni Pasar Sentral Antasari, harga beras lokal terpantau masih cukup tinggi di pasaran bila dibandingkan sebelum momen Ramadhan lalu.
Untuk beras lokal jenis Siam, kini di bandrol seharga Rp15.000 – Rp20.000 per kilo tergantung kualitas. Padahal sebelumnya hanya mencapai Rp10.000 per kilo. Lalu untuk beras Mayang dari sebelumnya hanya Rp15.000 per kilo, kini sudah mencapai Rp22.000 – Rp23.000 per kilo tergantung kualitas.
Selanjutnya, jenis beras unus kini sudah dijual dengan harga Rp20.000 per kilo, padahal sebelumnya hanya mencapai Rp12.000 per kilo.
“Kan petani masih banyak yang gagal panen karena cuaca pancaroba ini, jadinya stoknya terbatas namun permintaan tetap tinggi. Makanya harganya terus naik di pasaran sampai sekarang tidak ada penurunan,” kata salah satu pedagang sembako di Pasar Sentral Antasari Adi N-Talu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023