Harga minyak menetap lebih dari satu persen lebih rendah pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), jatuh untuk pekan ketiga berturut-turut, karena pasar menyeimbangkan kekhawatiran pasokan terhadap kekhawatiran ekonomi baru di Amerika Serikat (AS) dan China.


Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli tergelincir 81 sen atau 1,1 persen menjadi ditutup di 74,17 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni kehilangan 83 sen atau 1,2 persen, menjadi menetap di 70,04 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Kedua harga acuan tersebut menetap sekitar 1,5 persen lebih rendah dari minggu ke minggu.

Dolar AS bertahan pada kenaikan moderat terhadap euro pada Jumat (12/5), dan menuju kenaikan mingguan terbesar sejak Februari, karena ketidakpastian seputar plafon utang AS dan kebijakan moneter mendorong peralihan ke mata uang safe havens.

Greenback yang lebih kuat membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

"Kurangnya kepercayaan pada ekonomi diterjemahkan menjadi mundur ke dolar yang lebih aman, dan juga menyebabkan pesimisme tentang permintaan minyak," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.

Kekhawatiran memuncak bahwa Amerika Serikat -konsumen minyak terbesar di dunia - akan memasuki resesi, dengan pembicaraan tentang plafon utang pemerintah AS ditunda dan kekhawatiran meningkat atas bank regional lain yang dilanda krisis.

Federal Reserve AS mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi tetap tinggi, Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan pada Jumat (12/5), menambahkan bahwa data bulan ini belum meyakinkannya bahwa tekanan harga sedang surut.

Sementara itu, data harga konsumen China untuk April naik pada kecepatan yang lebih lambat daripada Maret, meleset dari ekspektasi, sementara deflasi gerbang pabrik yang kian mendalam memfokuskan kembali keraguan tentang pemulihannya dari pembatasan COVID yang membatasi pertumbuhan permintaan minyak.

Jumlah rig minyak dan gas alam AS turun minggu ini ke level terendah dalam hampir setahun, karena rig gas merosot paling banyak dalam seminggu sejak Februari 2016, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam laporannya pada Jumat (12/5).

Rig minyak AS turun dua menjadi 586 minggu ini, terendah sejak Juni 2022, sementara rig gas anjlok 16 menjadi 141, terendah April tahun lalu.

Pasar menarik beberapa dukungan dari perkiraan munculnya defisit pasokan untuk paruh kedua tahun ini, bahkan ketika menteri perminyakan Irak Hayan Abdel-Ghani mengatakan kepada Reuters pada Jumat (12/5) bahwa dia tidak memperkirakan OPEC+ untuk memutuskan pengurangan produksi lebih lanjut ketika pertemuan berikutnya di Wina pada 4 Juni.

Sebuah laporan OPEC pada Kamis (11/5) mengatakan kelompok produsen itu memperkirakan permintaan Juli-Desember untuk minyak mentahnya sendiri menjadi 90.000 barel per hari lebih tinggi dari yang diproyeksikan sebelumnya.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertahankan perkiraan permintaan minyak globalnya untuk tahun 2023 tidak berubah pada Kamis (11/5), memperkirakan risiko ekonomi akan diimbangi oleh pertumbuhan permintaan China yang lebih tinggi.

Pasar juga menarik dukungan setelah menteri energi AS Jennifer Granholm memberi isyarat bahwa negara itu dapat membeli kembali minyak untuk Cadangan Minyak Strategis (SPR) setelah menyelesaikan penjualan mandat kongres bulan depan.

Baca juga: Minyak jatuh terseret data ekonomi AS dan China yang lemah
Baca juga: Minyak jatuh satu dolar lebih per barel
 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman




 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023