Sebuah upacara perkawinan yang dinilai unik berlangsung di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, di mana kedua mempelai di arak keliling di pusat kota menggunakan sepeda ontel.
Hasil pemantauan, Senin, kedua mempelai Sandra dan Kurniawan setelah upacara pernikanan yang berlangsung di ruang induk mesjid Sabilal Muhtadin, kemudian oleh sebuah komunitas Sepeda Antik Banjarmasin (Saban) di boyong ke jalan raya lalu diarak bersama sama menggunakan sepeda tua.
Arak arakan yang menyita masyarakat perhatian, khsusnya pengguna jalan tersebut adalah setelah dimesjid raya kemudian masuk ke Jalan R Soeprapto atau jalan lojoi kemudian terus ke rumah mempelai laki=laki Jalan Spetoyo di gang Imam Bonjol.
Dalam perjalanan arak arakan sekitar tiga kilometer tersebut, mempelai yang menggunakan gaun penganten warna putih tersebut terus memperoleh lambaian tangan masyarakat, dan dibalas dengan lambaian tangan pula oleh kedua mempelai.
Kedua mempelai tersebut naik pada sepeda ontel yang sudah dimodifikasi oleh komunitas Saban yakni menggunakan ban tiga.
Sepeda pertama penumpang mempelai perempuan tempat duduknya di depan, sementara pengendara sepeda duduk di belakang, bak sebuah beca kecil.
Sementara sepeda kedua penumpang mempelai laki laki pengendara sepeda duduk di depan sementara mempelainya berada di belakang.
Yang menarik pula mempelai laki laki tidak duduk justru selalu berdiri seraya melambai lambai kan tangan ke pengguna jalan dan masyartakat yang mengelu elukannya.
Iring iringan mempelai ini diikuti sekitar 40 orang komunitas sepeda antik yang selalu bernyanyi bersama sama atau serentak hingga iring iringan terkesan meriah.
Berdasarkan keterangan, inisiatif arak arakan pakai ontel tersebut justru muncul dari ibunda mempelai perempuan, yakni Bunda Acil Ilung yang dikenal sebagai anggota aktif komunitas Saban Banjarmasin.
Acil Ilung sendiri ketika ditanya menyebutkan ide itu muncul untuk menyemarakkan perkawinan putri ketiganya itu, dengan melibatkan komunitas Saban. Komunitas Saban ini sendiri beranggotakan sekitar 200 orang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023
Hasil pemantauan, Senin, kedua mempelai Sandra dan Kurniawan setelah upacara pernikanan yang berlangsung di ruang induk mesjid Sabilal Muhtadin, kemudian oleh sebuah komunitas Sepeda Antik Banjarmasin (Saban) di boyong ke jalan raya lalu diarak bersama sama menggunakan sepeda tua.
Arak arakan yang menyita masyarakat perhatian, khsusnya pengguna jalan tersebut adalah setelah dimesjid raya kemudian masuk ke Jalan R Soeprapto atau jalan lojoi kemudian terus ke rumah mempelai laki=laki Jalan Spetoyo di gang Imam Bonjol.
Dalam perjalanan arak arakan sekitar tiga kilometer tersebut, mempelai yang menggunakan gaun penganten warna putih tersebut terus memperoleh lambaian tangan masyarakat, dan dibalas dengan lambaian tangan pula oleh kedua mempelai.
Kedua mempelai tersebut naik pada sepeda ontel yang sudah dimodifikasi oleh komunitas Saban yakni menggunakan ban tiga.
Sepeda pertama penumpang mempelai perempuan tempat duduknya di depan, sementara pengendara sepeda duduk di belakang, bak sebuah beca kecil.
Sementara sepeda kedua penumpang mempelai laki laki pengendara sepeda duduk di depan sementara mempelainya berada di belakang.
Yang menarik pula mempelai laki laki tidak duduk justru selalu berdiri seraya melambai lambai kan tangan ke pengguna jalan dan masyartakat yang mengelu elukannya.
Iring iringan mempelai ini diikuti sekitar 40 orang komunitas sepeda antik yang selalu bernyanyi bersama sama atau serentak hingga iring iringan terkesan meriah.
Berdasarkan keterangan, inisiatif arak arakan pakai ontel tersebut justru muncul dari ibunda mempelai perempuan, yakni Bunda Acil Ilung yang dikenal sebagai anggota aktif komunitas Saban Banjarmasin.
Acil Ilung sendiri ketika ditanya menyebutkan ide itu muncul untuk menyemarakkan perkawinan putri ketiganya itu, dengan melibatkan komunitas Saban. Komunitas Saban ini sendiri beranggotakan sekitar 200 orang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2023