Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Tofan Mahdi, menyampaikan masa depan industri minyak sawit Indonesia berada di tangan generasi muda, anak-anak milenial hingga generasi Z.

Ia mengatakan, perlu penguatan strategi kampanye positif di kalangan anak-anak muda. Jika tidak, mungkin saja di masa mendatang sektor kelapa sawit akan ditinggalkan.

"Mati bukan karena kehilangan permintaan, tetapi karena kita bisa kehilangan generasi yang melanjutkan tongkat estafet menjaga keberlanjutan industri strategis nasional ini," katanya, mengutip pers release GAPKI kepada ANTARA, Minggu (13/11) kemarin.

Dijelaskan dia, dengan pergeseran teknologi komunikasi digital yang massif, rasanya tantangan komunikasi di industri sawit bisa dihadapi dengan ringan jika semakin banyak generasi muda terlibat, dan berperan aktif dalam banyak bidang di industri sawit.

Di bidang teknis, sudah ada banyak muda yang masuk dan bekerja di industri sawit. Tetapi dalam bidang komunikasi, kampanye positif, dan advokasi kebijakan, sehingga perlu lebih banyak anak-anak muda terlibat di dalamnya.

Baca juga: Perusahaan kelapa sawit se- Kalsel dukung pembudidaya ternak sapi

"Ada tiga tantangan besar yang dihadapi industri minyak sawit, yaitu tantangan kebijakan, keberlanjutan, dan fluktuasi harga. Dari tiga tantangan tersebut, tantangan kebijakan adalah yang terberat," katanya yang juga pernah menjadi PR Terbaik Indonesia 2016 versi Majalah PR Indonesia. 

Menurut dia, fluktuasi harga CPO, sebagai sektor usaha bidang komoditas, maka saat ini pelaku usaha dalam posisi tidak bisa melakukan apapun.

Fluktuasi harga komoditas sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran di pasar, disamping tantangan kedua terkait keberlanjutan, di mana komitmen sektor kelapa sawit terhadap tata kelola yang berkelanjutan (sustainable palm oil) adalah mutlak. 

“Terkait komitmen keberlanjutan ini, ibarat pesawat terbang yang baru lepas landas, kita sudah sampai pada titik yang tidak bisa kembali atau point of no return. Diwajibkan atau tidak, diminta Eropa atau tidak, komitmen keberlanjutan adalah mutlak,” kata mantan Wakil Pemimpin Redaksi Jawa Pos ini.

Selain itu, ada lagi tantangan ketiga menyangkut kebijakan, belajar dari pengalaman yang terjadi pada semester pertama tahun 2022 pihaknya berharap seluruh pemangku kepentingan dalam mata rantai industri sawit tetap kompak.

Baca juga: Sinergi GAPKI dan Disbunnak Kalsel untuk tangani PMK

Para pemangku kepentingan agar juga bisa konsisten, mendukung munculnya kebijakan yang pro terhadap industri sawit yang berkelanjutan.

“Teman-teman pelaku usaha dan petani sawit harus makin kompak, dalam advokasi kebijakan apapun terkait sawit,” kata pria asal Pasuruan berusia 48 tahun ini, yang juga menjabat Senior Vice President (SVP) of Communication, Public Affair, and Investor Relation PT Astra Agro Lestari Tbk. 

Selain dilibatkan dalam kampanye positif sawit, generasi muda juga harus mulai terlibat dalam advkasi kebijakan terkait industri minyak sawit nasional. 

Diakui memang anak muda mungkin kalah dalam pengalaman, tetapi perspektif mereka akan lebih objektif dalam melihat tantangan di industri sawit, baik tantangan itu yang berasal dari luar negeri ataupun dalam negeri.

"Kita mengapresiasi program kampanye positif sawit yang melibatkan generasi muda, seperti yang dilakukan asosiasi pelaku usaha seperti GAPKI, asosiasi petani sawit, maupun pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS)," katanya.

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022