Mahpi Aulia (22) menjadi salah satu mahasiswa angkatan pertama penerima beasiswa Indonesia Bright Future Leaders (IBFL) yang dilaksanakan Adaro sejak 2018. Empat tahun kuliah kini Mahpi telah menyelesaikan studinya di Fakultas Kejuruan Ilmu Pendidikan jurusan matematika di ULM Banjarmasin, Juni 2022.
Dari beasiswa Adaro putra pasangan Syahrudin dan Nurhayati ini bebas biaya kuliah sejak awal kuliah hingga lulus kini bekerja di Yayasan Adaro Bangun Negeri.
Awalnya putra pasangan Syahrudin dan Nurhayati ini mengikuti seleksi menjadi karyawan di YABN pada Maret 2022 dan berhasil lulus bersama beberapa rekannya di FKIP ULM.
"Alhamdulillah bisa langsung bekerja di Yayasan Adaro di divisi nyalakan sejahtera," ungkap Mahpi.
Sebagai anak desa, Mahpi tak mengira bisa meraih gelar sarjana dan dapat membantu ibunya yang hanya penjual sayur masak di Desa Mahe Seberang Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.
Dulunya keinginan alumni SMA Negeri.1 Tanjung untuk melanjutkan kuliah ke ULM tak mendapat restu ibunya yang berstatus janda sejak Maphie berusia 12 tahun.
Tak punya uang cukup menjadi alasan ibu Mahpi menolak keinginan putra bungsunya itu merantau ke Kota Banjarmasin. Namun hal itu tak menyurutkan tekadnya dan malah memilih ikut berjualan makanan di desanya untuk modal kuliah.
"Kuliah di ULM sebenarnya modal nekat karena dapat penolakan dari ibu yang hanya pedagang kecil," ungkapnya
Akhirnya dari hasil berjualan sayur dan lauk masak selama tiga bulan Mahpi bisa mengumpulkan uang sekitar Rp3 juta dan menjadi bekalnya pergi ke Kota Banjarmasin.
Beruntungnya selama di kota 'Seribu Sungai' pria yang gemar menyanyi dan memasak ini banyak dibantu para seniornya sesama alumni SMA Negeri 1 Tanjung yang juga kuliah di ULM.
Di tahun 2018 setelah mendapatkan kost sekitar kampus FKIP ULM ia pun menggunakan sisa dana hasil berjualan di kampung membeli keperluan memasak dan perlengkapan membuat aneka kue.
Mahpi mencoba berjualan kue risoles dan dadar gulung gunting di lingkungan kampus maupun melalui instagram dengan harapan bisa menambah pemasukan.
"Saat itu uang kuliah per semester Rp950 ribu dan untuk biaya hidup saya berinisiatif cari usaha sampingan dengan menjual kue," ungkapnya.
Tak puas hanya menjual kue Mahpi yang pernah mengikuti OSN Kimia Tingkat Kabupaten Tabalong pada 2017 juga menjadi guru les privat untuk mata pelajaran matematika bagi kalangan pelajar hingga Bintara Polri dan AKPOL yang ingin naik pangkat.
Talenta Mahpi di bidang matematika memang sudah menonjol sejak di bangku SMA maupun di kalangan kampus hingga ia dipercaya menjadi Duta Pendidikan Matematika 2018.
"Meski sudah mendapat beasiswa dari Adaro sejak awal semester namun saya harus bekerja agar bisa membantu ibu di Tabalong," kata Mahpi.
Dalam satu bulan Mahpi memberi les matematika hingga 10 orang dan uang hasil les ia kirim ke ibunya tiap bulan.
Dari uang les ungkapnya ia bisa mendapatkan sekitar Rp2 juta per bulan dan uang saku dari beasiswa Adaro Rp1 juta per bulan digunakannya untuk biaya hidup dan lain- lain. Berkat kegigihan dan kemandiriannya selama kuliah akhirnya Mahpi bisa menikmati hasil jerih payahnya dan berhasil bekerja di YABN.
Mahpi yang dulunya bercita-cita menjadi guru mengaku penyesuaian di bulan pertama saat bergabung pada tim bina desa YABN, cukup berat.
Karena tugasnya di Divisi Nyalakan Sejahtera lebih banyak monitoring dan evaluasi program bina desa di beberapa kabupaten yang berada dalam wilayah operasional Adaro merupakan hal baru.
Ia pun berharap perjuangannya selama kuliah dengan keterbatasan dukungan dana dari keluarga bisa menjadi inspirasi bagi lulusan SMA di 'Bumi Saraba Kawa' untuk tidak mudah putus asa.
"Terpenting ada kemauan dan keyakinan maka apa yang kita targetkan bisa tercapai," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
Dari beasiswa Adaro putra pasangan Syahrudin dan Nurhayati ini bebas biaya kuliah sejak awal kuliah hingga lulus kini bekerja di Yayasan Adaro Bangun Negeri.
Awalnya putra pasangan Syahrudin dan Nurhayati ini mengikuti seleksi menjadi karyawan di YABN pada Maret 2022 dan berhasil lulus bersama beberapa rekannya di FKIP ULM.
"Alhamdulillah bisa langsung bekerja di Yayasan Adaro di divisi nyalakan sejahtera," ungkap Mahpi.
Sebagai anak desa, Mahpi tak mengira bisa meraih gelar sarjana dan dapat membantu ibunya yang hanya penjual sayur masak di Desa Mahe Seberang Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.
Dulunya keinginan alumni SMA Negeri.1 Tanjung untuk melanjutkan kuliah ke ULM tak mendapat restu ibunya yang berstatus janda sejak Maphie berusia 12 tahun.
Tak punya uang cukup menjadi alasan ibu Mahpi menolak keinginan putra bungsunya itu merantau ke Kota Banjarmasin. Namun hal itu tak menyurutkan tekadnya dan malah memilih ikut berjualan makanan di desanya untuk modal kuliah.
"Kuliah di ULM sebenarnya modal nekat karena dapat penolakan dari ibu yang hanya pedagang kecil," ungkapnya
Akhirnya dari hasil berjualan sayur dan lauk masak selama tiga bulan Mahpi bisa mengumpulkan uang sekitar Rp3 juta dan menjadi bekalnya pergi ke Kota Banjarmasin.
Beruntungnya selama di kota 'Seribu Sungai' pria yang gemar menyanyi dan memasak ini banyak dibantu para seniornya sesama alumni SMA Negeri 1 Tanjung yang juga kuliah di ULM.
Di tahun 2018 setelah mendapatkan kost sekitar kampus FKIP ULM ia pun menggunakan sisa dana hasil berjualan di kampung membeli keperluan memasak dan perlengkapan membuat aneka kue.
Mahpi mencoba berjualan kue risoles dan dadar gulung gunting di lingkungan kampus maupun melalui instagram dengan harapan bisa menambah pemasukan.
"Saat itu uang kuliah per semester Rp950 ribu dan untuk biaya hidup saya berinisiatif cari usaha sampingan dengan menjual kue," ungkapnya.
Tak puas hanya menjual kue Mahpi yang pernah mengikuti OSN Kimia Tingkat Kabupaten Tabalong pada 2017 juga menjadi guru les privat untuk mata pelajaran matematika bagi kalangan pelajar hingga Bintara Polri dan AKPOL yang ingin naik pangkat.
Talenta Mahpi di bidang matematika memang sudah menonjol sejak di bangku SMA maupun di kalangan kampus hingga ia dipercaya menjadi Duta Pendidikan Matematika 2018.
"Meski sudah mendapat beasiswa dari Adaro sejak awal semester namun saya harus bekerja agar bisa membantu ibu di Tabalong," kata Mahpi.
Dalam satu bulan Mahpi memberi les matematika hingga 10 orang dan uang hasil les ia kirim ke ibunya tiap bulan.
Dari uang les ungkapnya ia bisa mendapatkan sekitar Rp2 juta per bulan dan uang saku dari beasiswa Adaro Rp1 juta per bulan digunakannya untuk biaya hidup dan lain- lain. Berkat kegigihan dan kemandiriannya selama kuliah akhirnya Mahpi bisa menikmati hasil jerih payahnya dan berhasil bekerja di YABN.
Mahpi yang dulunya bercita-cita menjadi guru mengaku penyesuaian di bulan pertama saat bergabung pada tim bina desa YABN, cukup berat.
Karena tugasnya di Divisi Nyalakan Sejahtera lebih banyak monitoring dan evaluasi program bina desa di beberapa kabupaten yang berada dalam wilayah operasional Adaro merupakan hal baru.
Ia pun berharap perjuangannya selama kuliah dengan keterbatasan dukungan dana dari keluarga bisa menjadi inspirasi bagi lulusan SMA di 'Bumi Saraba Kawa' untuk tidak mudah putus asa.
"Terpenting ada kemauan dan keyakinan maka apa yang kita targetkan bisa tercapai," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022