Tim Kedaireka Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat (ULM), mengenalkan teknologi biokonversi limbah kelapa sawit menjadi pakan ikan bagi masyarakat sekitar areal perkebunan PT. Kharisma Inti Usaha (KIU) di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.

"Teknologi yang dikembangkan biokonversi limbah hasil pengolahan minyak mentah kelapa sawit (solid) decanter melalui budidaya black soldier fly larvae (BSFL) atau yang dikenal dengan maggot," kata Ketua Tim Kedaireka Fakultas Pertanian ULM Alan Dwi Wibowo di Rantau, Kamis.

Dipaparkannya, limbah solid decanter berperan sebagai substrat dalam pengembangbiakan maggot. Selanjutnya maggot diolah menjadi tepung dan dicampur dengan nutrisi lain untuk diolah menjadi pakan ikan.

Sisa dari pengembangbiakan maggot juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. 

Alan menyebut program pemanfaatan limbah merupakan implementasi dari konsep ekonomi sirkular yang mendorong untuk terwujudnya ekonomi hijau di kawasan perkebunan kelapa sawit. 
 
Diharapkan masyarakat akan mendapatkan potensi ekonomi baru dari limbah yang dihasilkan dari aktivitas industri kelapa sawit. Dengan tumbuhnya aktivitas ekonomi baru di tengah masyarakat maka menghasilkan siklus ekonomi baru yang saling memberikan manfaat. 

Sementara Dwiana Satoto, perwakilan manajemen PT KIU, menyatakan program itu bertujuan meningkatkan kesejahteraan karyawan dan masyarakat di sekitar perusahaan.

Manajer Pabrik PT KIU Sugiyanto menambahkan gagasan tersebut juga selaras dengan upaya perusahaan untuk merealisasikan konsep zero-waste (tanpa limbah) dalam proses pengolahan minyak kelapa sawit kasar (crude palm oil /CPO). 

"Potensi solid decanter yang dapat dimanfaatkan sebagai substrat maggot saat ini berada di tingkat 4 persen dari bobot tandan buah segar (TBS) yang diolah di pabrik," jelasnya.

Gelaran pelatihan pemanfaatan limbah solid decanter kelapa sawit untuk pengembangan pakan ikan dan pupuk organik berbasis budidaya maggot yang turut 
didukung oleh Politeknik Hasnur dan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia itupun diapresiasi Supian Noor perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin yang berharap dapat direplikasi oleh perusahaan sawit lainnya dalam mereduksi timbunan limbah akibat aktivitas industri. 

Senada disampaikan Bambang dari Dinas Perikanan Kabupaten Tapin yang menyebut program tersebut menjadi solusi tingginya  harga pakan ikan hingga banyaknya keluhan dari pembudidaya perikanan air tawar.

"Tentu ini menjadi jalan keluar yang dapat membantu memenuhi kebutuhan pakan ikan di Tapin dengan biaya murah bahkan bisa diberikan perusahaan secara gratis," katanya.
Pelatihan pemanfaatan limbah solid decanter kelapa sawit untuk pengembangan pakan ikan dan pupuk organik berbasis budidaya maggot oleh ULM. (ANTARA/Firman)


Diketahui Kedaireka menjadi terobosan yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai tempat bertemunya perguruan tinggi dan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk berkolaborasi menciptakan beragam inovasi.

Melalui platform Kedaireka dan program pendanaan matching fund telah tercipta berbagai kolaborasi di dalamnya, yang menggandeng sinergi pentahelix dari pemerintah, masyarakat, perguruan tinggi, industri, dan media.

Pewarta: Firman

Editor : Mahdani


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022