Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena penguncian di Shanghai diperlonggar dan produksi kondensat minyak dan gas Rusia turun ke posisi terendah 2020, serta OPEC memperingatkan tidak mungkin untuk menggantikan potensi kehilangan pasokan dari Rusia.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni melonjak 6,16 dolar AS atau 6,3 persen, menjadi menetap di 104,64 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Mei terangkat 6,31 dolar AS atau 6,7 persen, menjadi ditutup di 100,60 dolar AS per barel.
Pada Senin (11/4), kedua kontrak acuan minyak anjlok sekitar 4,0 persen.
Baca juga: Minyak jatuh di bawah 100 dolar
Shanghai mengatakan lebih dari 7.000 unit perumahan telah diklasifikasikan sebagai daerah berisiko rendah setelah melaporkan tidak ada infeksi baru selama 14 hari. Distrik telah mengumumkan kompleks mana yang dapat dibuka.
Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperingatkan tidak mungkin mengganti 7 juta barel per hari minyak Rusia dan ekspor cairan lainnya yang hilang jika terjadi sanksi atau tindakan sukarela.
Produksi kondensat minyak dan gas Rusia turun di bawah 10 juta barel per hari (bph) pada Senin (11/4) ke level terendah sejak Juli 2020, dua sumber yang mengetahui data mengatakan pada Selasa (12/4), karena sanksi dan kendala logistik menghambat perdagangan.
Sumber mengatakan produksi minyak rata-rata Rusia turun lebih dari 6,0 persen menjadi 10,32 juta barel per hari pada 1-11 April dari 11,01 juta pada Maret.
Uni Eropa belum mengembargo minyak Rusia, tetapi beberapa menteri luar negeri mengatakan opsi itu ada di atas meja.
"Pasar minyak masih rentan terhadap guncangan besar jika energi Rusia dikenai sanksi, dan risiko itu tetap ada di atas meja," tulis Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
OPEC pada Selasa (12/4) menurunkan perkiraan produksi cairan Rusia sebesar 530.000 barel per hari untuk 2022, tetapi juga memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia, mengutip dampak invasi Rusia ke Ukraina, melonjaknya harga minyak mentah dan kebangkitan pandemi di China.
Baca juga: Minyak merosot di tengah kekhawatiran pandemi
Indian Oil Corp (IOC), yang membeli Ural Rusia dalam tender sebelumnya, telah menghapus grade dari tender minyak mentah terbarunya. Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri India Narendra Modi pada Senin (11/4) bahwa membeli lebih banyak minyak dari Rusia bukanlah kepentingan India.
Negara-negara anggota IEA berencana untuk melepaskan 240 juta barel selama enam bulan ke depan mulai Mei dalam upaya untuk menenangkan pasar.
Sementara rilis akan mengurangi keketatan langsung, analis menyatakan itu tidak akan menyelesaikan defisit struktural, dan stok perlu diisi ulang.
Jajak pendapat awal Reuters menunjukkan persediaan minyak mentah AS kemungkinan telah meningkat sebesar 1,4 juta barel dalam seminggu hingga 8 April setelah menurun selama tiga minggu berturut-turut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni melonjak 6,16 dolar AS atau 6,3 persen, menjadi menetap di 104,64 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Mei terangkat 6,31 dolar AS atau 6,7 persen, menjadi ditutup di 100,60 dolar AS per barel.
Pada Senin (11/4), kedua kontrak acuan minyak anjlok sekitar 4,0 persen.
Baca juga: Minyak jatuh di bawah 100 dolar
Shanghai mengatakan lebih dari 7.000 unit perumahan telah diklasifikasikan sebagai daerah berisiko rendah setelah melaporkan tidak ada infeksi baru selama 14 hari. Distrik telah mengumumkan kompleks mana yang dapat dibuka.
Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperingatkan tidak mungkin mengganti 7 juta barel per hari minyak Rusia dan ekspor cairan lainnya yang hilang jika terjadi sanksi atau tindakan sukarela.
Produksi kondensat minyak dan gas Rusia turun di bawah 10 juta barel per hari (bph) pada Senin (11/4) ke level terendah sejak Juli 2020, dua sumber yang mengetahui data mengatakan pada Selasa (12/4), karena sanksi dan kendala logistik menghambat perdagangan.
Sumber mengatakan produksi minyak rata-rata Rusia turun lebih dari 6,0 persen menjadi 10,32 juta barel per hari pada 1-11 April dari 11,01 juta pada Maret.
Uni Eropa belum mengembargo minyak Rusia, tetapi beberapa menteri luar negeri mengatakan opsi itu ada di atas meja.
"Pasar minyak masih rentan terhadap guncangan besar jika energi Rusia dikenai sanksi, dan risiko itu tetap ada di atas meja," tulis Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
OPEC pada Selasa (12/4) menurunkan perkiraan produksi cairan Rusia sebesar 530.000 barel per hari untuk 2022, tetapi juga memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia, mengutip dampak invasi Rusia ke Ukraina, melonjaknya harga minyak mentah dan kebangkitan pandemi di China.
Baca juga: Minyak merosot di tengah kekhawatiran pandemi
Indian Oil Corp (IOC), yang membeli Ural Rusia dalam tender sebelumnya, telah menghapus grade dari tender minyak mentah terbarunya. Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri India Narendra Modi pada Senin (11/4) bahwa membeli lebih banyak minyak dari Rusia bukanlah kepentingan India.
Negara-negara anggota IEA berencana untuk melepaskan 240 juta barel selama enam bulan ke depan mulai Mei dalam upaya untuk menenangkan pasar.
Sementara rilis akan mengurangi keketatan langsung, analis menyatakan itu tidak akan menyelesaikan defisit struktural, dan stok perlu diisi ulang.
Jajak pendapat awal Reuters menunjukkan persediaan minyak mentah AS kemungkinan telah meningkat sebesar 1,4 juta barel dalam seminggu hingga 8 April setelah menurun selama tiga minggu berturut-turut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022