Ketua DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) Dr (HC) H Supian HK SH MH mengapresiasi rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di provinsinya.
"Pembangunan PLTB menunjukkan satu kemajuan teknologi dalam memanfaatkan sumber daya energi baru terbarukan (EBT)," ujarnya menjawab Antara Kalsel di Banjarmasin, Jumat (11/3/22).
"Pasalnya dengan memanfaatkan tenaga bayu atau angin tak akan habis. Berbeda dengan pemanfaatan batu bara misalnya, pada suatu saat pasti habis," lanjut anggota DPRD Kalsel dua periode itu.
Berbicara mengenai EBT, menurut wakil rakyat asal daerah pemilihan (Dapil) Kalsel V/Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Kabupaten Tabalong itu, di provinsinya yang terdiri atas 13 kabupaten/kota cukup potensial.
"Walau Kalsel hanya dengan luas wilayah lebih kurang 3,7 juta hektare atau provinsi terkecil dari empat provinsi lainnya di Kalimantan, tapi juga memiliki EBT cukup potensial, namun belum termanfaatkan maksimal tegas laki-laki kelahiran Rantau Bujur HSU Tahun 1957 itu.
Sebagai contoh potensi air, baru ada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ir Pangeran Mohammad Noor pada waduk Riam Kanan, Kabupaten Banjar.
PLTA Ir P Moh Noor dengan kapasitas terpasang 3 X 10 megawatt (MW) merupakan hibah Pemerintah Jepang yang pembangunannya penghujung Tahun 1960-an.
Begitu pula Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kalsel baru dalam bentuk panel-panel kecil, belum dalam satu areal luas atau pembangkit berkapasitas skala besar seperti halnya di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sedangkan pemanfaatan tenaga bayu seperti untuk PLTB dan keperluan lainnya sebagaimana kincir angin di Negeri Belanda yang fungsi atau kegunaannya juga belum. "Kecuali baru merencanakan pembangunan PLTB," kata politikus senior Partai Golkar tersebut.
Oleh sebab itu, laki-laki berkumis tipis dan murah senyum, serta selalu dekat dengan insan pers tersebut mengharapkan, agar pembangunan PLTB di Kalsel segera terealisasi.
"Kendati menurut informasi dari manajemen PT PLN (Persero) Wilayah Kalselteng kita sudah surplus daya, tapi tidak salahnya mempunyai cadangan lebih banyak lagi," lanjut laki-laki berkumis tipis serta murah senyum dan akrab dengan kalangan insan pers itu.
"Apalagi nanti dikaitkan dengan keberadaan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur (Kaltim) yang merupakan daerah tetangga, tentunya ke depan banyak pembangunan yang membutuhkan daya listrik," demikian Supian HK.
Sementara itu, informasi dari Dinas Penanam Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kalsel di provinsinya kini sedang dalam proses pinjam pakai kawasan hutan untuk pembangunan PLTB dengan kapasitas terpasang 2 X 50 MW
Pembangunan PLTB tersebut dari pihak swasta murni di Kabupaten Tanah Laut (Tala) dengan perkiraan investasi mencapai Rp2 triliun.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022
"Pembangunan PLTB menunjukkan satu kemajuan teknologi dalam memanfaatkan sumber daya energi baru terbarukan (EBT)," ujarnya menjawab Antara Kalsel di Banjarmasin, Jumat (11/3/22).
"Pasalnya dengan memanfaatkan tenaga bayu atau angin tak akan habis. Berbeda dengan pemanfaatan batu bara misalnya, pada suatu saat pasti habis," lanjut anggota DPRD Kalsel dua periode itu.
Berbicara mengenai EBT, menurut wakil rakyat asal daerah pemilihan (Dapil) Kalsel V/Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Kabupaten Tabalong itu, di provinsinya yang terdiri atas 13 kabupaten/kota cukup potensial.
"Walau Kalsel hanya dengan luas wilayah lebih kurang 3,7 juta hektare atau provinsi terkecil dari empat provinsi lainnya di Kalimantan, tapi juga memiliki EBT cukup potensial, namun belum termanfaatkan maksimal tegas laki-laki kelahiran Rantau Bujur HSU Tahun 1957 itu.
Sebagai contoh potensi air, baru ada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ir Pangeran Mohammad Noor pada waduk Riam Kanan, Kabupaten Banjar.
PLTA Ir P Moh Noor dengan kapasitas terpasang 3 X 10 megawatt (MW) merupakan hibah Pemerintah Jepang yang pembangunannya penghujung Tahun 1960-an.
Begitu pula Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kalsel baru dalam bentuk panel-panel kecil, belum dalam satu areal luas atau pembangkit berkapasitas skala besar seperti halnya di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sedangkan pemanfaatan tenaga bayu seperti untuk PLTB dan keperluan lainnya sebagaimana kincir angin di Negeri Belanda yang fungsi atau kegunaannya juga belum. "Kecuali baru merencanakan pembangunan PLTB," kata politikus senior Partai Golkar tersebut.
Oleh sebab itu, laki-laki berkumis tipis dan murah senyum, serta selalu dekat dengan insan pers tersebut mengharapkan, agar pembangunan PLTB di Kalsel segera terealisasi.
"Kendati menurut informasi dari manajemen PT PLN (Persero) Wilayah Kalselteng kita sudah surplus daya, tapi tidak salahnya mempunyai cadangan lebih banyak lagi," lanjut laki-laki berkumis tipis serta murah senyum dan akrab dengan kalangan insan pers itu.
"Apalagi nanti dikaitkan dengan keberadaan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur (Kaltim) yang merupakan daerah tetangga, tentunya ke depan banyak pembangunan yang membutuhkan daya listrik," demikian Supian HK.
Sementara itu, informasi dari Dinas Penanam Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kalsel di provinsinya kini sedang dalam proses pinjam pakai kawasan hutan untuk pembangunan PLTB dengan kapasitas terpasang 2 X 50 MW
Pembangunan PLTB tersebut dari pihak swasta murni di Kabupaten Tanah Laut (Tala) dengan perkiraan investasi mencapai Rp2 triliun.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2022