Harga tandan buah segar (TBS) di Kabupaten Kotabaru dan beberapa daerah lainnya di Kalimantan Selatan terus naik hingga menjadi Rp3.050 per kilogram.
Pedagang tandan buah segar di Kotabaru, Helmi, Kamis menginformasikan harga TBS sebelumnya Rp2.900 per kilogram dan kemudian naik sekitar Rp150 menjadi Rp3.050 per kilogram.
"Alhamdulillah, beberapa bulan terakhir harga TBS terus merangkak naik, meski kenaikanya kurang dari Rp200 per kilogram," kata seorang petani kelapa sawit Abu Mukhbita.
Meski kondisi kebun sawit petani saat ini mengalami pengurangan buah karena kemarau, namun dengan harga yang terus naik membuat petani tetap bersemangat untuk memelihara kebunnya.
"Berbeda, ketika hasil TBS berkurang harga turun, banyak petani yang membiarkan buah sawitnya membusuk di pohon. Tetapi kali ini hal itu tidak lagi terjadi, karena harga TBS terus membaik," ujarnya.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalimantan Selatan, Eddy S Binti, dengan didampingi Sekretaris GAPKI Hero Setiawan, menjelaskan, naiknya harga TBS tidak terlepas dari andil naiknya harga turunan sawit.
"Naiknya harga TBS juga didorong adanya permintaan akan turunan sawit yang tinggi, sementara distribusinya yang kurang," katanya.
Bahkan, hingga Agustus target ekspor produk turunan kelapa sawit sudah terpenuhi, sementara permintaan masih terus tinggi.
Selain memenuhi permintaan luar negeri, kebutuhan crude palm oil (CPO) domestik juga tinggi, seiiring dengan semakin banyaknya industri biodiesel di Indonesia sebagai pengganti BBM yang bersumber dari hewani.
Sementara itu, produk turunan kelapa sawit yang dihasilkan dari buah tandan segar seperti, Refined Bleached Deodorized (RBD), RBD Palm Stearin, RBD Palm Oil, Palm Olein, Palm Kernel Oil,, bungkil sawit (Palm Kernel Expeller) dan cangkang kelapa sawit.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Pedagang tandan buah segar di Kotabaru, Helmi, Kamis menginformasikan harga TBS sebelumnya Rp2.900 per kilogram dan kemudian naik sekitar Rp150 menjadi Rp3.050 per kilogram.
"Alhamdulillah, beberapa bulan terakhir harga TBS terus merangkak naik, meski kenaikanya kurang dari Rp200 per kilogram," kata seorang petani kelapa sawit Abu Mukhbita.
Meski kondisi kebun sawit petani saat ini mengalami pengurangan buah karena kemarau, namun dengan harga yang terus naik membuat petani tetap bersemangat untuk memelihara kebunnya.
"Berbeda, ketika hasil TBS berkurang harga turun, banyak petani yang membiarkan buah sawitnya membusuk di pohon. Tetapi kali ini hal itu tidak lagi terjadi, karena harga TBS terus membaik," ujarnya.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalimantan Selatan, Eddy S Binti, dengan didampingi Sekretaris GAPKI Hero Setiawan, menjelaskan, naiknya harga TBS tidak terlepas dari andil naiknya harga turunan sawit.
"Naiknya harga TBS juga didorong adanya permintaan akan turunan sawit yang tinggi, sementara distribusinya yang kurang," katanya.
Bahkan, hingga Agustus target ekspor produk turunan kelapa sawit sudah terpenuhi, sementara permintaan masih terus tinggi.
Selain memenuhi permintaan luar negeri, kebutuhan crude palm oil (CPO) domestik juga tinggi, seiiring dengan semakin banyaknya industri biodiesel di Indonesia sebagai pengganti BBM yang bersumber dari hewani.
Sementara itu, produk turunan kelapa sawit yang dihasilkan dari buah tandan segar seperti, Refined Bleached Deodorized (RBD), RBD Palm Stearin, RBD Palm Oil, Palm Olein, Palm Kernel Oil,, bungkil sawit (Palm Kernel Expeller) dan cangkang kelapa sawit.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021