Bukan hanya kulit kayu manis saja yang selama ini menjadi mata pencarian warga masyarakat Pedalaman Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Provinsi Kalimantan Selatan, tetapi kini ada lagi mata dagangan baru bagi warga yaitu kulit kayu pohon Sintuk.

Ketika wartawan ANTARA Biro Kalsel, melakukan penjelajahan hutan ke arah Riam Marajang melalui jalan setapak, ketemu dengan beberapa warga menggunakan motor mengangkut semacam kulit kayu yang lebih besar atau lebih tebal ketimbang kayu manis.

Ketika ditanya warga tersebut menjawab bahwa yang mereka bawa bukan lah kayu manis yang selama ini andalan mata dagangan warga, tetapi melainkan jenis mata dagangan baru bagi mereka yakni kulit kayu sintuk.

Hanya saja menurut mereka, jenis kulit kayu sintuk ini tak semahal kulit kayu manis, jika kayu manis sekarang seharga Rp75 ribu per kilogram, tetapi kulit kayu sintuk hanya dibeli oleh pedagang pengumpul seharga Rp6 ribu per kilogram.

Tetapi kalau kayu manis itu hasil dari usaha perkebunan secara turun temurun sedangkan kulit kayu sintuk hanya mengambil dialam atau di hutan yang masih banyak terdapat kayu trersebut.

Biasanya kayu sintuk ditebang lalu diambil batangnya untuk kayu gergajian dan dijual warga, dan kulit kayunya hanya dibuang begitu saja, sekarang jika ada yang menebang kayu sintuk kulitnya diambil dan dikumpulkan dan dijual.

Satu pohon sintuk yang besar, menghasilkan kulit kayu yang banyak pula, makanya satu hari bekerja mengumpukan kulit kayu sintuk mungkin lebih banyak dapat rupiahnya ketimbang kayu manis, kata seorang pembawa kayu sintuk tersebut sambil tersenyum.

Ketika ditanya lagi, untuk apa kayu sintuk itu hasil akhirnya mereka sama sekali tidak tahu, konon juga untuk obat-obatan karena aroma kulit kayu tersebut seperti sedikit seperti getah gaharu bahkan ada sedikit aroma jamu jamuan.

"Coba cium baunya bau obat herbal kan" kata seorang meminta kepada penulis mencium kulit kayu tersebut, ternyata benar aromanya seperti bau obat herbal.

Konon pula oleh pedagang pengumpul setelah dibeli kulit kayu itu ada yang dibawa ke Banjarmasin, ada pula yang dibawa ke Pontianak, konon untuk mata dagangan ekspor.




 

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021