Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, menargetkan program peremajaan sawit rakyat (PSR) mencapai lahan seluas 52.000 hektare dengan menyasar 24.806 petani pada 2024.
Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex di Sekayu, Sumsel, Senin, mengatakan sejak dilaksanakan pada 2017, program PSR telah terealisasi sekitar 20.000 hektare.
"Program PSR ini sangat berdampak positif bagi perekonomian Muba karena dapat mewujudkan kemandirian ekonomi, pemberdayaan masyarakat, penanggulangan kemiskinan, serta kelestarian atau keberlanjutan kelapa sawit," kata dia.
Ia mengatakan puluhan ribu lahan perkebunan sawit yang masuk dalam program PSR sejak 2017 kini dalam status siap panen yakni seluas 4.446 ha.
Untuk itu, Muba mendorong terwujudnya hilirisasi sawit agar dapat menyerap produksi dari petani rakyat tersebut.
Baca juga: Pekebun sawit Kalsel diharapkan manfaatkan jatah "replanting"
“Selain memproduksi TBS, kami juga mendorong petani memproduksi CPO dan IVO hingga bensin sawit," kata Dodi.
Sejauh ini, petani Muba sudah menghasilkan minyak sawit jenis industrial vegetable oil (IVO) sebagai produk turunan sawit.
IVO ini disuplai ke PT Pertamina (Persero) untuk memenuhi kebutuhan kilang RU III Plaju, Sumatera Selatan, sebagai bahan baku pembuatan biodiesel B30.
Musi Banyuasin bertekad merealisasikan hilirisasi komoditas ini karena hampir 80 persen penduduknya menggantungkan hidup pada sektor ini.
Berdasarkan data pemkab, luas perkebunan kelapa sawit rakyat 141.192 ha dan perusahaan 302.279 ha.
Baca juga: Pemerintah bantu replanting sawit warga
Sementara itu, secara nasional, program PSR pada 2021 ditargetkan pemerintah menyasar 180.000 hektare lahan dengan alokasi dana Rp5,567 triliun.
Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Pertanian dan BPDPKS bersama seluruh pemangku kepentingan industri sawit telah menyusun mekanisme peremajaan sawit rakyat yang lebih efektif dan efisien termasuk melalui pola kemitraan antara perusahaan dan petani kelapa sawit.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021
Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex di Sekayu, Sumsel, Senin, mengatakan sejak dilaksanakan pada 2017, program PSR telah terealisasi sekitar 20.000 hektare.
"Program PSR ini sangat berdampak positif bagi perekonomian Muba karena dapat mewujudkan kemandirian ekonomi, pemberdayaan masyarakat, penanggulangan kemiskinan, serta kelestarian atau keberlanjutan kelapa sawit," kata dia.
Ia mengatakan puluhan ribu lahan perkebunan sawit yang masuk dalam program PSR sejak 2017 kini dalam status siap panen yakni seluas 4.446 ha.
Untuk itu, Muba mendorong terwujudnya hilirisasi sawit agar dapat menyerap produksi dari petani rakyat tersebut.
Baca juga: Pekebun sawit Kalsel diharapkan manfaatkan jatah "replanting"
“Selain memproduksi TBS, kami juga mendorong petani memproduksi CPO dan IVO hingga bensin sawit," kata Dodi.
Sejauh ini, petani Muba sudah menghasilkan minyak sawit jenis industrial vegetable oil (IVO) sebagai produk turunan sawit.
IVO ini disuplai ke PT Pertamina (Persero) untuk memenuhi kebutuhan kilang RU III Plaju, Sumatera Selatan, sebagai bahan baku pembuatan biodiesel B30.
Musi Banyuasin bertekad merealisasikan hilirisasi komoditas ini karena hampir 80 persen penduduknya menggantungkan hidup pada sektor ini.
Berdasarkan data pemkab, luas perkebunan kelapa sawit rakyat 141.192 ha dan perusahaan 302.279 ha.
Baca juga: Pemerintah bantu replanting sawit warga
Sementara itu, secara nasional, program PSR pada 2021 ditargetkan pemerintah menyasar 180.000 hektare lahan dengan alokasi dana Rp5,567 triliun.
Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Pertanian dan BPDPKS bersama seluruh pemangku kepentingan industri sawit telah menyusun mekanisme peremajaan sawit rakyat yang lebih efektif dan efisien termasuk melalui pola kemitraan antara perusahaan dan petani kelapa sawit.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021