Penjualan pupuk organik Simpai Alam, di Desa Mandala, Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan(HSS), tidak terpengaruh dengan kondisi pandemi COVID-19, bahkan meningkat dengan adanya permintaan pasokan baik dari lokal maupun dari luar daerah.

Walaupun diketahui penggunaan pupuk kimia dalam budaya tanaman juga sangat diminati dalam usaha meningkatkan produktivitas tanaman pupuk kimia dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman secara cepat, dan dalam jumlah yang tidak banyak.

"Akan tetapi penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus tanpa diimbangi dengan pupuk organik, dapat menyebabkan kadar bahan organik tanah menurun, struktur tanah rusak dan mengakibatkan pencemaran lingkungan," kata pemilik usaha pupuk organisasi Simpai Alam, Jarkasi, beberapa waktu lalu.

Dijelaskan dia, jika hal ini terus berlanjut akan menurunkan kualitas tanah dan kesehatan lingkungan, karena itu selain menggunakan pupuk kimia sebaiknya juga menggunakan pupuk organik dalam meningkatkan atau mempertahankan kesuburan tanah.
 
Usaha pupuk organik Simpai Alam, Mandala, Telaga Langsat (Fathurrahman/Diskominfo HSS/Antarakalsel)


Baca juga: Sepat kering Muning Baru HSS tembus pasar luar negeri

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup seperti pelapukan sisa-sisa tanaman hewan dan manusia, pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi tanah.

Pupuk jenis ini mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen, limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian dan limbah kota.

"Pembuatan pupuk organik memiliki beberapa tahapan mulai dari pencarian bahan, diantaranya kotoran sapi dan kelewar, arang sekam, dedak giling, kapur dan mikroorganisme lokal buatan sendiri, atau juga bisa disebut sebagai pupuk organik cair, bahan dicampur merata, didiamkan, diaduk lalu dijemur dan terakhir digiling" katanya.

Menurut dia, usaha pupuk organik ini digeluti saat dirinya mencoba membuat pupuk organik sendiri karena sambil belajar berkebun sendiri di tahun 1996, lalu ada beberapa teman yang ingin membeli maka berinisiatif membuat sedikit dulu serta dijual di sekitar tempat tinggal saja. Mulai berkembang tahun 2007 dengan produksi lebih besar hingga saat ini.
 
Pemilik usaha pupuk organik Simpai Alam, Jarkasi (Fathurrahman/Diskominfo HSS/Antarakalsel)


Baca juga: Hawa, pengusaha muda HSS pemilik rumah produksi Sasirangan Nur Borneo

Ia bersyukur, permintaan pupuk organik tinggi bahkan merasa tidak cukup bahan bakunya, dan tidak terpengaruh pandemi atau tidak ada bedanya, apalagi hikmah di pandemi untuk bertanam bunga, saat trend menanam bunga lagi booming dalam sehari paling tidak menjual 20 sak pupuk organik untuk secara partaian maupun eceran.

Ada pembeli yang langsung datang mengambil ataupun dengan pola penjualan secara online dengan pengantara, pihaknya tidak merasa akan kehabisan stok karena memang pengolahannya telah dilakukan secara berkelanjutan.

"Diawal-awal mencari sendiri bahan bakunya seperti kotoran sapi di Kalumpang, Asam Cangkok, sekarang sudah diantarkan oleh rekanan setiap minggu satu truk atau empat kali seminggu dengan pick up, kalau kotoran kelelawar dari Batung, Pasting HST bahkan dari Uya," katanya.

Dalam sekali tahapan produksi dalam membuat satu hingga 1,5 ton, dan untuk pemasaran produk usaha ini juga mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) HSS melalui Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Dispera KPLH HSS untuk pengadaan pupuk organik.
 
Pembeli yang langsung datang ke tempat Usaha pupuk organik Simpai Alam (Fathurrahman/Diskominfo HSS/Antarakalsel)


Baca juga: Dari ikut orang lalu berwirausaha mandiri, cutting stiker Zaini makin berkembang

Selain itu dengan kerjasama sama toko-toko pertanian lokal dan di luar daerah, di HSS sendiri ada sekitar enam buah toko pertanian yang jadi langgan, di luar daerah di Buntok dan Puruk Cahu, Kalimantan Tengah, di mana dalam satu bulan dikirim ratat-rata dikirim 12 ton.

Diketahui, Jarkasi merupakan sosok ulet, inspiratif dan berprestasi, pernah menjadi juara satu lomba inovasi teknologi tepat guna tingkat Kabupaten HSS, sekaligus juara satu provinsi Kalsel yang dilaksanakan pada 25 April 2018 lalu.

Pada lomba teknologi tepat guna tersebut, ia menampilkan pengolahan pupuk organik yang mana pengolahan pupuk yang dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan alami, yang mudah diperoleh, antara lain nasi, akar bambu kecil, rebung, gula aren, air cucian beras, dan air Kelapa.

Pewarta: Fathurrahman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2021