Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, Kalimantan perlu melakukan pembenahan strategi perekonomian sehingga mampu mengejar pertumbuhan tanpa tergantung dengan kekayaan sumber daya alam.

Menurut Mirza, saat memberikan sambutan pada acara serah terima jabatan Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah Kalimantan Selatan di Banjarmasin, Senin, beberapa daerah yang selama ini mengandalkan pertumbuhan ekonomi dari sektor pertambangan seperti Sumatera mengalami perlambatan pertumbuhan perekonomian.

Hal tersebut terjadi, karena ekspor batu bara, karet dan CPO terus mengalami penurunan seiring dengan anjloknya harga berbagai komoditas tersebut di pasaran internasional.

"Bali yang selama ini pertumbuhan ekonominya mengandalkan sektor pariwisata dan kreatifitas, berjalan cukup stabil dan tidak terpengaruh dengan krisis, berkaca dari hal tersebut, berarti Kalimantan juga harus mulai membenahi strategi perekonomiannya, jangan hanya mengandalkan sektor pertambangan," katanya.

Pada serah terima jabatan tersebut, Mokhammad Dadi Aryadi yang sebelumnya menjadi Kepala Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Selatan menyerahkan estafet kepemimpinan kepada Harymurthy Gunawan.

Dihadapan Wakil Gubernur Rudy Resnawan dan seluruh undangan yang menghadiri serah terima jabatan tersebut, Mirza juga menyampaikan, bahwa pengendalian inflasi juga sangat penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

Saat ini, kata dia, beberapa negara tetangga terus melakukan pembenahan makro ekonomi, seperti Singapura yang kendati negaranya kecil, tetapi telah mengalami kemajuan yang luar biasa, begitu juga Philipina, melalui pembenahan makro ekonomi yang terus menerus, kini negara tersebut telah mampu mengendalikan inflasi secara permanen.

"Inflasi di Philipina kini mampu dikendalikan, sehingga menjadi rendah permanen, karena inflasinya rendah, maka suku bunga juga menjadi rendah permanen," katanya.

Menurut dia, tidak mungkin suku bungan rendah, bila inflasi tinggi, karena suku bunga bank tidak mungkin lebih rendah dari inflasi.

Saat ini, inflasi di Indonesia masih sangat berfluktuasi, bahkan cenderung mengalami kenaikan yang cukup siginfikan, hal tersebut antara lain disebabkan karena ketersediaan barang yang kurang, distribusi yang terhambat dan jalur transportasi yang belum mendukung.

Persoalan tersebut, kata dia, menjadi salah satu pemicu inflasi yang cukup besar, selain karena faktor dari luar seperti ekspor dan impor.

"Mengatasi hal tersebut, kerjasama dari seluruh pihak, baik pemerintah dan instansi terkait serta masyarakat, sangat penting untuk terus dijalin, Bank Indonesia, juga siap setiap waktu untuk diajak berdiskusi oleh pemerintah daerah," katanya.

Menurut dia, peran tim pengendalian inflasi daerah (TPID) sangat besar bagi upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan suku bunga bank, karena dengan inflasi yang cukup terkendali dan stabil, maka suku bunga bank juga bisa rendah.

Wakil Gubernur Kalsel Rudy Resnawan mengungkapkan, peran Bank Indonesia saat ini cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi Kalsel, terutama peran untuk terwujudkan TPID di daerah.

"Kami sering melakukan diskusi dengan bapak Dadi selaku pimpinan Bank Indonesia wilayah Kalsel, terkait pertumbuhan ekonomi di Kalsel termasuk upaya untuk mengatasi berbagai persoalan, dan hal tersebut sangat membantu," katanya.

Rudy berharap, hubungan tersebut bisa terus terjalin dengan baik, bersama dengan pimpinan yang baru, sehingga pertumbuhan ekonomi Kalsel bisa terus mengalami peningkatan.***2***



(T.U004/B/H005/H005) 15-12-2014 20:36:49

Pewarta: Imam Hanafi

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014