Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D mengatakan
pertumbuhan kasus COVID-19 pada setengah bulan pertama Desember ini sudah sangat mengkhawatirkan.
"Ledakan kasus yang sudah kita perkirakan sebelumnya betul-betul terjadi di akhir tahun," kata dia di Banjarmasin, Selasa.
Tetapi sayangnya, kata Muttaqin, pemerintah masih bergeming dengan strategi lama dalam penanganan pandemi.
Dia memaparkan, ledakan perkembangan kasus harian pada Kamis (17/12) semakin besar. Tercatat kasus baru sudah menyentuh angka 7.354 orang yang terkonfirmasi terinfeksi virus corona, sehingga secara kumulatif jumlah kasus menjadi 643.508 kasus.
Dengan lonjakan tersebut maka selama periode 1-17 Desember sudah terdapat 104.625 kasus baru. Ledakan tersebut sudah setara dengan 81 persen kasus positif yang terjadi selama 30 hari bulan November.
Sementara itu kecepatan pertumbuhan kasus baru positif COVID-19 juga semakin tinggi. Jika pada bulan Oktober dan November rata-rata kasus baru tumbuh sebanyak 3.970 dan 4.293 kasus per hari, maka pada 17 hari pertama bulan Desember kasus baru sudah tumbuh pada level 6.154 per hari. Ini berarti rata-rata pertumbuhan kasus harian di bulan Desember sudah lebih dari 1,4 kali lipat pertumbuhan kasus di bulan November.
Dalam periode mingguan, pertumbuhan rata-rata kasus harian juga mengalami peningkatkan yang semakin mengkhawatirkan. Pada satu minggu terakhir (11-17 Desember) pertumbuhan rata-rata kasus positif adalah 6.377 per hari. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari kondisi satu minggu sebelumnya (4-10 Desember) dengan jumlah 5.865 kasus per hari.
Pertumbuhan pasien sembuh lebih rendah
Pertumbuhan rata-rata kesembuhan harian pada 1-17 Desember ini lebih tinggi dari kondisi bulan November. Di mana pada periode ini pasien Covid-19 yang mendapatkan kesembuhan rata-rata 4.498 orang per hari sedangkan pada bulan November sebanyak 3.757 per hari.
Hanya saja capaian pertumbuhan pasien COVID-19 yang sembuh tersebut lebih rendah dengan pertumbuhan kasus baru. Perbandingan pertumbuhan rata-rata kasus konfirmasi positif harian dengan kesembuhan adalah 1,4 kali lipat. Kondisi ini jauh lebih buruk dibanding bulan Oktober dan November dengan perbandingan 1 (relatif sama) dan 1,1 kali lipat.
Semakin lebar jarak antara pertumbuhan kasus positif harian dengan jumlah kesembuhan berakibat semakin tingginya angka BOR atau Bed Occupancy Rate di rumah sakit rujukan baik untuk ruang ICU maupun isolasi.
"Hal ini sangat mengkhawatirkan karena rumah sakit akan mengalami kesulitan dalam menangani pasien. Akibatnya adalah angka kematian berpotensi lebih tinggi," kata Muttaqin.
Pertumbuhan kasus kematian semakin tinggi
Jumlah kematian karena COVID-19 yang tercatat di Indonesia sudah mendekati angka 20 ribu kasus. Hingga 17 Desember, jumlah kematian paling tinggi terdapat di provinsi Jawa Timur, yaitu sebanyak 5.055 kasus. Kemudian Jakarta 3.014 kasus, Jawa Tengah 2.728 kasus, dan Kalimantan Timur 658 kasus.
Dalam rentang waktu 1-17 Desember, terdapat 2.445 kasus kematian baru. Jumlah ini sudah mencapai 77 persen kasus kematian di bulan November.
Sementara itu, pertumbuhan kasus kematian telah berada di level 144 kasus per hari. Pertumbuhan ini lebih tinggi 1,4 kali lipat dibandingkan kasus kematian bulan November, dan 1,5 kali lipat dibandingkan bulan Oktober.
Permasalahan lainnya adalah tren pertumbuhan kasus kematian mengalami lonjakan. Pada satu minggu terakhir (11-17 Desember) rata-rata kasus kematian sebanyak 151 per hari. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata jumlah kasus kematian satu minggu sebelumnya (4-10 Desember) yang mencapai 140 kasus per hari.
Mendesaknya pengendalian mobilitas penduduk
Penangan pandemi tidak cukup hanya dengan upaya edukasi penerapan protokol kesehatan dan peningkatan 3T. Sebab dalam kondisi pandemi COVID-19 belum terkendali apalagi di tengah ledakan kasus, maka strategi pengendalian mobilitas penduduk sangat penting untuk dilakukan.
Ada banyak publikasi hasil penelitian yang menyebutkan bahwa mobilitas penduduk merupakan “motor penggerak” pertumbuhan dan penularan virus corona. Hal ini diakui sendiri oleh Satgas COVID-19 pusat beberapa waktu lalu.
Sangat penting bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah segera melakukan pengendalian mobilitas penduduk. Hal ini untuk mencegah ledakan yang jauh lebih besar lagi dengan korban meninggal yang lebih banyak sebagaimana sudah disebutkan di atas indikator-indikatornya.
Di sisi lain, ledakan COVID-19 saat ini sudah diperkirakan sebelumnya. Para ahli juga sudah memberikan masukan kepada pemerintah. Tetapi sayangnya pemerintah masih menempuh jalan pelonggaran untuk kepentingan ekonomi.
Pemerintah lebih berpikir untung rugi secara finansial dibandingkan keselamatan rakyat. Jika masukan-masukan tersebut diambil, maka pemerintah dapat menyiapkan strategi pengendalian mobilitas penduduk secara lebih baik dan tidak menimbulkan “shock” yang berat.
"Akibat strategi ini, pertumbuhan kasus menjadi semakin tinggi dengan korban dan biaya yang lebih besar yang harus ditanggung oleh masyarakat. Sedangkan perekonomian juga tidak dapat pulih dan tetap berjalan dengan cara tertatih-tatih," paparnya.
Karena itu sebelum terlambat lebih jauh lagi, pemerintah perlu segera melakukan pengendalian mobilitas penduduk untuk mematahkan pertumbuhan COVID-19.
Langkah ini harus disertai dengan paket-paket bantuan sosial dan ekonomi untuk meredam dampak pengendalian tersebut. Jika tidak dilakukan, maka harus bersiap menghadapi ledakan kasus COVID-19 yang lebih besar menuju 10 ribu kasus per hari dengan kondisi kesehatan masyarakat yang lebih buruk.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020