Pengamat Politik dan Kebijakan Publik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Dr Taufik Arbain MSi mengatakan persaingan kompetitif terjadi antara paslon Aditya-Wartono dengan Martinus-Jaya di Pilwali Banjarbaru.

"Saya memprediksi yang akan berkompetitif dalam perolehan angka elektabilitas Pilwali Banjarbaru justru antara Paslon Aditya-Wartono dengan Martinus-Jaya," kata Taufik di Banjarmasin, Selasa.

Menurut dia, pilkada di Kota Banjarbaru berlangsung relatif seru, karena catatan survei sepanjang proses pilkada dilaksanakan terjadi fluktuatif perolehan suara yang dimiliki oleh semua paslon, baik paslon Gusti Iskardar-Iwan, paslon Aditya Wartono maupun paslon Martinus-Darmawan Jaya.

Yang menarik adalah paslon 01 Gusti Iskandar-Iwan sebagai kompetitor pendatang baru relatif cepat dalam mendorong elektabilitasnya. 

Hal ini nampak bahwa mesin partai mereka bekerja, loyalis Iwan didapilnya juga masih setia. Posisi calon 01 diprediksi banyak pihak membayang-bayangi paslon 02 dan 03.

Meski begitu, Doktor Manajemen dan Kebijakan Publik jebolan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) ini melihat paslon Aditya-Wartono dengan Martinus-Jaya masih yang paling berpeluang unggul.

Mengapa? Memang posisi tawar Martinur-Jaya tak sekuat Nadjmi Adhani  yang ketika disurvei berada di kisaran angka 55- 65%.  

Sementara saat itu posisi elektabilitas Aditya-Iwan sudah berada di angka 37% lebih. 

Ketika pasangan calon menjadi tiga, justru pemilih loyalis Nadjmi terbelah dan terdegradasi ke paslon Gt Iskandar-Iwan, dan Aditya Wartono. 

Demikian juga menyeberangnya Iwan ke GT Iskandar terhadap posisi Aditya.  Namun demikian, terdegradasinya elektabilitas pasangan Martinus Jaya, ketimbang masa alm Nadjmi justru sangat masif dari waktu ke waktu. 

Jadi semakin masif dan kencang gerakan Gusti Iskandar-Iwan, justru yang kurang diuntungkan adalah pasangan Martinus-Jaya.  

"Namun demikian gerakan 01 kesulitan melampaui angka elektabilitas milik 02 maupun 03 itu sendiri. Sehingga yang berebut tiket kemenangan Banjarbaru adalah 02 dan 03," ungkap Taufik yang juga Direktur Lembaga Survei Banua Meter Irdepos Kalsel ini.

Pertanyaannya, seberapa mampukah tim  sukses Aditya mampu mempengaruhi pemilih pada kerja kerja sebelum masa tenang, agar tingkat kemantapan bertahan di atas 70%, dan mendapat supporting dari terdegradasinya suara kompetitor lain? 

Demikian juga seberapa mampu Martinus Jaya mempertahankan basis suaranya dan kemantapan pemilihnya sehingga tidak terdegradasi yang perbedaannya hanya berada pada angka margin error dengan pihak kompetitor lain.

Kemudian apakah adanya wakil dari Kalangan Jawa memberikan kontribusi terhadap penambahan suara? Taufik menegaskan berdasarkan analisis surveinya, untuk kasus Banjarbaru tidak terlalu signifikan, sebab masyarakat Banjarbaru adalah masyarakat terbuka yang melihat aspek professional, berpengalaman, merakyat, dermawan dan kekuatan jaringan.

Justru dia memprediksi suara Jawa memiliki persentase yang relatif sama ada di semua calon, meskipun sedikit lebih tinggi pada paslon Aditya-Wartono.

"Terlebih semua paslon menempatkan kalangan Jawa menjadi tim sukses pemenangan," pungkas dosen Fisip ULM yang berpengalaman dalam setiap survei pilkada dan pemilu di Banua ini.

Pewarta: Firman

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020