Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memperkirakan di tengah situasi pandemi COVID-19, nilai ekspor kelapa sawit nasional tahun ini tidak akan jauh berbeda dari tahun sebelumnya.
Ketua DMSI Derom Bangun, saat peringatan Hari Sawit Nasional di Jakarta, Rabu menyatakan pada 2019, industri kelapa sawit mampu memberikan nilai ekspor sekitar 20,5 miliar dolar AS dengan volume 29,11 juta ton.
Sementara itu ekspor minyak sawit pada tahun ini hingga September 2020 telah mencapai 14,6 juta ton senilai 13,82 miliar dolar AS.
"Tahun ini tinggal tiga bulan lagi, diperkirakan hingga akhir 2020 ekspor sawit mencapai 16-17 juta ton, tapi dengan nilai dolar yang bagus devisa yang dihasilkan bisa sama dengan 2019," ujarnya.
Derom menyatakandiakui atau tidak, industri kelapa sawit di Indonesia telah memiliki kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia delapan tahun terakhir.
"Industri sawit, baik perkebunan dan industri hilirnya, menyerap tenaga kerja yang sangat besar dan penyumbang devisa terbesar bagi negara," katanya.
Di tengah tantangan internal maupun eksternal yang masih menjadi persoalan seperti ketidakpastian berusaha akibat ego sektoral dan tantangan operasional dalam budidaya, industri sawit terus meningkat dengan melahirkan berbagai terobosan dan inovasi baik di bidang tradisional seperti refine and unmodified oil, energi, sampai dengan oleochemical.
Pada bidang usaha tradisional kelapa sawit yakni refining and unmodified oil, kebijakan Bea Keluar (BK) dan Tarif Bea Keluar dengan PMK No.11/2011 mendorong hilirisasi. Hal itu terlihat dari Kapasitas Refinari dari 46 juta ton pada 2011 menjadi 65 juta ton pada 2019.
Pada bidang Energi, lanjutnya, salah satu terobosan yang menjadi perhatian adalah Katalis Merah Putih, yakni perubah sawit menjadi biohidrokarbon dapat menjadi asupan Kilang Biohidrokarbon untuk menghasilkan Diesel Bio H dan juga Bensin Bio H.
Selain itu juga dikembangkannya produk minyak sawit spesifikasi baru yang disebut IVO atau Industrial Vegetable Oil, sementara, biodiesel yang mulai dikembangkan pada tahun 2006 dengan bauran B-5 juga mengalami peningkatan yang signifikan.
Saat ini, kapasitas biodiesel Indonesia telah sebanyak 11,5 kilo liter/tahun, dan masih akan terus bertambah sampai 2021 sebesar 600 KL per tahun akibat masih terus tumbuhnya investasi pada industri FAME.
Perkembangan industri oleochemical selama 8 tahun terakhir sangat pesat baik kapasitas maupun jumlah produsen industri oleochemical.
Pada 2011, hanya terdapat 5 perusahaan dengan kapasitas total sebesar 2,3 juta ton, kini naik lima kali lipat menjadi 11,3 juta ton dengan 21 perusahaan.
"Dengan fakta-fakta tersebut, industri sawit secara keseluruhan masih dapat diandalkan sebagai penopang perekonomian Indonesia. Industri ini juga mampu menjadi daya tarik bagi investor baik dalam maupun luar negeri," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Ketua DMSI Derom Bangun, saat peringatan Hari Sawit Nasional di Jakarta, Rabu menyatakan pada 2019, industri kelapa sawit mampu memberikan nilai ekspor sekitar 20,5 miliar dolar AS dengan volume 29,11 juta ton.
Sementara itu ekspor minyak sawit pada tahun ini hingga September 2020 telah mencapai 14,6 juta ton senilai 13,82 miliar dolar AS.
"Tahun ini tinggal tiga bulan lagi, diperkirakan hingga akhir 2020 ekspor sawit mencapai 16-17 juta ton, tapi dengan nilai dolar yang bagus devisa yang dihasilkan bisa sama dengan 2019," ujarnya.
Derom menyatakandiakui atau tidak, industri kelapa sawit di Indonesia telah memiliki kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia delapan tahun terakhir.
"Industri sawit, baik perkebunan dan industri hilirnya, menyerap tenaga kerja yang sangat besar dan penyumbang devisa terbesar bagi negara," katanya.
Di tengah tantangan internal maupun eksternal yang masih menjadi persoalan seperti ketidakpastian berusaha akibat ego sektoral dan tantangan operasional dalam budidaya, industri sawit terus meningkat dengan melahirkan berbagai terobosan dan inovasi baik di bidang tradisional seperti refine and unmodified oil, energi, sampai dengan oleochemical.
Pada bidang usaha tradisional kelapa sawit yakni refining and unmodified oil, kebijakan Bea Keluar (BK) dan Tarif Bea Keluar dengan PMK No.11/2011 mendorong hilirisasi. Hal itu terlihat dari Kapasitas Refinari dari 46 juta ton pada 2011 menjadi 65 juta ton pada 2019.
Pada bidang Energi, lanjutnya, salah satu terobosan yang menjadi perhatian adalah Katalis Merah Putih, yakni perubah sawit menjadi biohidrokarbon dapat menjadi asupan Kilang Biohidrokarbon untuk menghasilkan Diesel Bio H dan juga Bensin Bio H.
Selain itu juga dikembangkannya produk minyak sawit spesifikasi baru yang disebut IVO atau Industrial Vegetable Oil, sementara, biodiesel yang mulai dikembangkan pada tahun 2006 dengan bauran B-5 juga mengalami peningkatan yang signifikan.
Saat ini, kapasitas biodiesel Indonesia telah sebanyak 11,5 kilo liter/tahun, dan masih akan terus bertambah sampai 2021 sebesar 600 KL per tahun akibat masih terus tumbuhnya investasi pada industri FAME.
Perkembangan industri oleochemical selama 8 tahun terakhir sangat pesat baik kapasitas maupun jumlah produsen industri oleochemical.
Pada 2011, hanya terdapat 5 perusahaan dengan kapasitas total sebesar 2,3 juta ton, kini naik lima kali lipat menjadi 11,3 juta ton dengan 21 perusahaan.
"Dengan fakta-fakta tersebut, industri sawit secara keseluruhan masih dapat diandalkan sebagai penopang perekonomian Indonesia. Industri ini juga mampu menjadi daya tarik bagi investor baik dalam maupun luar negeri," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020