Di antara ribuan petani buah naga, terdapat salah satu petani yang mengembangkan buah naga secara organik. Salah satunya Sugito, petani Desa Kambitin Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan yang juga merupakan petani binaan Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN).

Bergabung sejak 2018 dalam kelompok tani Griya Organik binaan YABN, sugito terus berkomitmen untuk mengembangkan pertanian organik.

 Berbekal ilmu yang didapatkan dari YABN dan juga skill budidaya buah naga, Sugito mencoba membudidayakan buah naga secara organik di lahan kebunnya.

 Ia tak takut bersaing dengan produk buah naga berukuran besar yang dibudidayakan secara konvensional.

 Konvensional dimaksud adalah selama budidaya menggunakan pestisida guna mengatasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan juga penggunaaan hormon memperbesar buah.

 Semangat dan ketekunan Sugito menggeluti budidaya buah naga organik mulai menunjukkan hasilnya.

Ukuran berat rata - rata buah naga organik yang telah dipanen berkisar satu kilogram per buahnya.

Untuk ukuran standar buah naga kelas A adalah dari 600 gram ke atas. Itu artinya kualitas buah naga yang dihasilkannya termasuk kualitas mutu terbaik.

 “ Kualitas buah ini tergantung cara perawatan yang dilakukan, seperti pemberian pupuk organik, penyiraman dan juga perlakukan ketika muncul bunganya," ungkap Sugito.

 Lebih lanjut Ia mengatakan, saat keluar bunga, tanaman diberikan pupuk, melakukan pemangkasan, seleksi bunga untuk memperoleh ukuran kuntum bunga yang besar.

Jika ada buah yang kerdil, harus dipotong agar berganti dengan bunga yang baru.

Jangan sampai sulur terlalu panjang sampai mendekati tanah.

Sebab jika curah hujan tinggi, buah bisa terkena cipratan air tanah yang bisa menimbulkan serangan jamur.

Tak hanya dari segi ukuran beratnya saja, dari segi daya simpannya juga lebih lama.

Pada suhu ruang, buahnya bisa tetap bagus disimpan selama kurang lebih 15 hari.

Selain itu dari segi rasanya juga memilki rasa yang lebih manis.

Salah satu pengunjung Husaini, mengatakan buah naga yang biasa ia makan biasanya dominan memiliki rasa hambar.
 
Foto Antaranews.Kalsel/ist (Istimewa)
Namun, menurutnya berbeda ketika memakan buah naga organik milik Sugito.

“ Rasanya lebih manis, tapi ada juga sedikit asemnya, lebih lembut dan kenyal," jelasnya.

Dan yang juga tak kalah hebatnya, sejak Maret 2020 yang merupakan panen pertama, hingga saat ini kebun buah naganya selalu panen, tak pernah berhenti.

“Mulai awal panen sekitar Maret hingga sekarang tidak  pernah putus panennya, selalu ada saja buahnya dan ini alami tidak ada tambahan apapun di kebun," tutur Sugito.

Selama kurang lebih sembilan bulan, terdapat hasil panen kurang lebih 500 kilogram dari 300 pohon yang di panen dengan harga rata-rata 15 ribu perkilogramnya.

 Sugito terus mengembangkan kebun buah naganya dan saat ini sudah terdapat kurang lebih 1.000 pohon buah naga yang ditanam secara bertahap.

 Semoga cerita Sugito ini bisa menginspirasi petani lainnya.

Pewarta: Herlina Lasmianti

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020