Ketua Asosiasi Petani Hidroponik Organik Tanaman Pangan dan Hortikultura (Aphothik) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Wadiah berpendapat, prospek tanaman hidroponik khususnya sayuran sangat menjanjikan untuk menjadi suatu usaha buat menambah penghasilan keluarga.

"Oleh sebab itu, tidak salah kita mengisi waktu dan pekarangan atau lahan kosong dengan melakukan tanaman hidroponik seperti jenis sayuran," ujarnya di Banjarbaru (35 kilometer dari Banjarmasin) melalui WA-nya menjawab Antara Kalsel, malam Rabu.

Mengenai pangsa pasar, menurut alumnus Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (ULM d/h Unlam) Banjarmasin yang berkampus di Banjarbaru itu, hal tersebut tampaknya tidak masalah.

"Pangsa pasar untuk produk tanaman hidroponik seperti jenis sayuran masih terbuka lebar," ujar perempuan yang juga mantan aktivis mahasiswa di "Kota Idaman" Banjarbaru itu.

"Apalagi dengan menjamurnya usaha fastfood seperti kebab, spring roll dan lain-lain, rata-rata pembudidaya hidroponik sudah mempunyai langganan sendiri-sendiri, dan ada saat- tertentu mereka kebanjiran order (pesanan), lanjutnya.

Sementara pasokan/stok mereka tidak mencukupi, sehingga terjalin kerja sama pembudidaya sayuran hidroponik, saling mensuplai untuk memenuhi permintaan konsumen, tambah Wahdiah yang juga seorang pegawai negeri sipil (PNS).

Mengenai kendala usaha tanaman hidroponik tersebut, dia mengungkapkan, selama ini yang petani hidroponik alami adanya hama/penyakit menyerang tanaman sayur, umumnya pada tanaman sawi sendok/packcoy dan selada.

"Sawi biasanya diserang ulat plutella yang terkenal rakus memakan daun, sehingga dalam waktu singkt bisa menghancurkan hamparan tanaman sawi di instalasi hidroponik, dan untuk selada yang sering menyerang adalah jamur/fungi," ujarnya.

Ia menambahkan,  sebagai petani hidroponik mengharapkan adanya regulasi dari pemerintah, yang tertuang dalam suatu payung hukum, misalnya berupa Peraturan Daerah (Perda) tentang Petani Hidroponik, sehingga pegiat hidroponik merasa mendapat dukungan pemerintah. 

Pasalnya, menurut dia, "urban farming" (pergerakan pertanian) dengan memanfaatkan pekarangan sempit, baik skala rumah tangga mupun bisnis bisa lebih menggurita.

"Dengan keadaan begitu pemenuhan gizi keluarga melalui ketersediaan sayur sehat dapat terpenuhi, dan kontribusi pegiat hidroponik dalam membantu pemerintah dalam hal ketersediaan pangan yang bergizi, beragam, sehat, dan aman bisa terwujud," lanjutnya.
Ketua Asosiasi Petani Hidroponik Organik Tanaman Pangan dan Hortikultura (Aphothik) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Wahdiah yang juga seorang sarjana pertanian sedang melihat-lihat tanamannya. (Istimewa)

Ia menerangkan, Assosiasi Petani Hidroponik, Organik, Tanaman Pangan dan Hortikuktura dengan singkatan Aphothik, baru terbentuk Agustus 2020, saat ini masih pembenahan administrasi untuk keanggotaan dan menunggu pengesahan dari Kemenkumham, melalui notaris.

"Latar belakang pembentukan organisasi tersebut guna lebih memudahkan dalam melakukan pembinaan atau bimbingan dan penyuluhan kepada petani hidroponik, karena berbadan hukum sehingga diakui pula keberadaannya," demikian Wahdiah.

Pewarta: Syamsuddin Hasan

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020