Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) mengajak masyarakat di Kabupaten Tabalong untuk menangani lahan kritis dengan gerakan menanam pohon bambu sekaligus sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
PIC Program CSR dari YABN Aidah Fitriah di Tanjung, Selasa mengatakan untuk mengembangkan tanaman bambu tersebut, pihaknya telah bersinergi dengan Karang Taruna Dewa Ruchi kecamatan Tanta, Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan Tanta, dan Komunitas Lingkungan Pusaka Tabalong.
Selain itu, juga dengan masyarakat Desa Genta Si Hijau (Gerakan Tabalong Bersih & Hijau) serta dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong.
Menurut Aidah, melalui penanaman bambu ini, akan mampu mengurangi lahan kritis DAS akibat longsor di Kabupaten Tabalong.
Selain mampu mengatasi lahan kritis, bambu juga mempunyai nilai ekonomis tinggi, sebagai bahan baku berbagai kerajinan maupun kebutuhan lainnya.
Aidah mengungkapkan, awalnya mengajak masyarakat untuk menanam bambu, bukan hal yang mudah, karena adanya paradigma di masyarakat tentang bambu.
Sebagian masyarakat pedesaan di Kabupaten Tabalong, masih meyakini mitos tanaman yang dianggap tidak memiliki manfaat, namun malah memberikan unsur mistis.
Paradigma tersebut tergambarkan ketika tim YABN, pada 2019 memberikan sosialisasi ke masyarakat untuk melakukan penanaman bambu, tetapi tidak mendapatkan respon dari masyarakat.
"Kendati tidak mendapat respon, tim terus berupaya menjelaskan kepada masyarakat, bahwa bambu memiliki manfaat dalam hal konservasi air, tanah dan udara," katanya.
Bambu memiliki sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat, sangat rapat dan menyebar ke segala arah yang saling berhubungan secara horizontal dan vertikal, sehingga tanaman bambu tidak mudah putus, tahan terhadap terpaan angin kencang dan mampu berdiri kokoh untuk menahan erosi dan tanah longsor di sekitarnya.
Namun, tambah Aidah, penjelasan tersebut tidak cukup ampuh untuk merubah paradigma yang sudah terbentuk, akhirnya tim membuktikan dengan menanam sendiri bambu tersebut, sebagai contoh.
Kini sebanyak 5 ribu yang ditanam YABN sejak lima tahun terakhir, telah mampu mengubah pola pikir masyarakat tentang tanaman bambu. Masyarakat percaya, tanaman bambu khususnya bambu jenis betung hitam mampu mengurangi erosi dan longsor pada tanah di sekitarnya.
Rumpun bambu tersebut tampak berdiri dengan kokoh meskipun di lahan yang cukup curam.
Pemandangan berbeda nampak terlihat pada lahan yang tidak terdapat tanaman bambu telah terjadi erosi dan longsor karena tergerus aliran air sungai secara terus menerus.
Bambu memiliki kemampuan dalam menjaga ekosistem air dan mampu bertahan di lahan kering dan tumbuh di lahan curam pada ketinggian satu hingga 1.500 mdpl, sehingga dapat menjadi opsi tanaman penahan longsor.
"Bukti nyata tersebut, menjadi senjata yang sangat ampuh bagi tim YABN, mengajak lebih banyak lagi masyarakat untuk melakukan penanaman bambu, khususnya di wilayah bantaran sungai sebagai salah satu bentuk konservasi lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS)," katanya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
PIC Program CSR dari YABN Aidah Fitriah di Tanjung, Selasa mengatakan untuk mengembangkan tanaman bambu tersebut, pihaknya telah bersinergi dengan Karang Taruna Dewa Ruchi kecamatan Tanta, Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan Tanta, dan Komunitas Lingkungan Pusaka Tabalong.
Selain itu, juga dengan masyarakat Desa Genta Si Hijau (Gerakan Tabalong Bersih & Hijau) serta dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong.
Menurut Aidah, melalui penanaman bambu ini, akan mampu mengurangi lahan kritis DAS akibat longsor di Kabupaten Tabalong.
Selain mampu mengatasi lahan kritis, bambu juga mempunyai nilai ekonomis tinggi, sebagai bahan baku berbagai kerajinan maupun kebutuhan lainnya.
Aidah mengungkapkan, awalnya mengajak masyarakat untuk menanam bambu, bukan hal yang mudah, karena adanya paradigma di masyarakat tentang bambu.
Sebagian masyarakat pedesaan di Kabupaten Tabalong, masih meyakini mitos tanaman yang dianggap tidak memiliki manfaat, namun malah memberikan unsur mistis.
Paradigma tersebut tergambarkan ketika tim YABN, pada 2019 memberikan sosialisasi ke masyarakat untuk melakukan penanaman bambu, tetapi tidak mendapatkan respon dari masyarakat.
"Kendati tidak mendapat respon, tim terus berupaya menjelaskan kepada masyarakat, bahwa bambu memiliki manfaat dalam hal konservasi air, tanah dan udara," katanya.
Bambu memiliki sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat, sangat rapat dan menyebar ke segala arah yang saling berhubungan secara horizontal dan vertikal, sehingga tanaman bambu tidak mudah putus, tahan terhadap terpaan angin kencang dan mampu berdiri kokoh untuk menahan erosi dan tanah longsor di sekitarnya.
Namun, tambah Aidah, penjelasan tersebut tidak cukup ampuh untuk merubah paradigma yang sudah terbentuk, akhirnya tim membuktikan dengan menanam sendiri bambu tersebut, sebagai contoh.
Kini sebanyak 5 ribu yang ditanam YABN sejak lima tahun terakhir, telah mampu mengubah pola pikir masyarakat tentang tanaman bambu. Masyarakat percaya, tanaman bambu khususnya bambu jenis betung hitam mampu mengurangi erosi dan longsor pada tanah di sekitarnya.
Rumpun bambu tersebut tampak berdiri dengan kokoh meskipun di lahan yang cukup curam.
Pemandangan berbeda nampak terlihat pada lahan yang tidak terdapat tanaman bambu telah terjadi erosi dan longsor karena tergerus aliran air sungai secara terus menerus.
Bambu memiliki kemampuan dalam menjaga ekosistem air dan mampu bertahan di lahan kering dan tumbuh di lahan curam pada ketinggian satu hingga 1.500 mdpl, sehingga dapat menjadi opsi tanaman penahan longsor.
"Bukti nyata tersebut, menjadi senjata yang sangat ampuh bagi tim YABN, mengajak lebih banyak lagi masyarakat untuk melakukan penanaman bambu, khususnya di wilayah bantaran sungai sebagai salah satu bentuk konservasi lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS)," katanya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020