Calon vaksin COVID-19 buatan Grup Farmasi Nasional China (Sinopharm) kemungkinan dihargai tidak lebih dari 1.000 yuan (sekitar Rp2,1 juta) per satu paket isi dua dosis, kata kepala Sinopharm, Liu Jingzhen sebagaimana dikutip koran Guangming Daily.
Sinopharm menargetkan calon vaksin buatannya dapat digunakan oleh publik pada akhir 2020. Sejauh ini, calon vaksin Sinopharm masih menjalani uji klinis III atau tahap akhir di Uni Emirat Arab guna mengetahui keampuhan dan efek samping vaksin sebelum mendapatkan persetujuan dari otoritas terkait.
"Vaksin tidak akan dijual dengan harga tinggi. Kemungkinan, untuk satu dosis vaksin, harganya sekitar ratusan yuan, dan untuk dua dosis vaksin kurang dari 1.000 yuan," kata Liu saat diwawancarai koran Guangming Daily, sebagaimana dipantau, Selasa.
Baca juga: Inggris meminta kelompok berisiko daftar uji coba vaksin COVID-19
Otoritas kesehatan dan perusahaan dari berbagai negara di dunia berlomba-lomba mengembangkan vaksin COVID-19. Setidaknya, lebih dari 200 vaksin potensial telah dikembangkan dan lebih dari 20 di antaranya telah memasuki tahapan uji klinis atau uji coba ke manusia.
Moderna Inc, perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, awal bulan ini mengatakan calon vaksinnya kemungkinan akan dihargai 32-37 dolar AS per dosis (sekitar Rp470.000-Rp540.000).
Pemerintah AS bulan lalu meneken perjanjian kerja sama pembelian calon vaksin buatan Pfizer bersama mitranya BioNTech SE. Lewat perjanjian itu, Pfizer, perusahaan multinasional AS, dan BioNTech SE, perusahaan Jerman, sepakat untuk menyediakan vaksin untuk 50 juta warga AS dengan harga 40 dolar AS (sekitar Rp590.000) per orang.
Baca juga: Presiden menyaksikan penyuntikan vaksin COVID-19 kepada 1.620 relawan
Saat diwawancarai Guangming, Liu tidak menyebutkan kemungkinan program asuransi pemerintah akan menanggung sebagian biaya vaksin untuk nasabah. Ia juga tidak menyebut kemungkinan vaksin COVID-19 akan masuk dalam program vaksinasi gratis pemerintah.
Dua galur vaksin yang dikembangkan dengan metode sejenis buatan China National Biotec Group (CNBG), salah satu unit usaha Sinopharm, telah memasuki tahap uji klinis. Total produksi vaksin buatan CNBG dari dua pabriknya di Wuhan dan Beijing diperkirakan dapat mencapai lebih dari dua juta dosis per tahun.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
Sinopharm menargetkan calon vaksin buatannya dapat digunakan oleh publik pada akhir 2020. Sejauh ini, calon vaksin Sinopharm masih menjalani uji klinis III atau tahap akhir di Uni Emirat Arab guna mengetahui keampuhan dan efek samping vaksin sebelum mendapatkan persetujuan dari otoritas terkait.
"Vaksin tidak akan dijual dengan harga tinggi. Kemungkinan, untuk satu dosis vaksin, harganya sekitar ratusan yuan, dan untuk dua dosis vaksin kurang dari 1.000 yuan," kata Liu saat diwawancarai koran Guangming Daily, sebagaimana dipantau, Selasa.
Baca juga: Inggris meminta kelompok berisiko daftar uji coba vaksin COVID-19
Otoritas kesehatan dan perusahaan dari berbagai negara di dunia berlomba-lomba mengembangkan vaksin COVID-19. Setidaknya, lebih dari 200 vaksin potensial telah dikembangkan dan lebih dari 20 di antaranya telah memasuki tahapan uji klinis atau uji coba ke manusia.
Moderna Inc, perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, awal bulan ini mengatakan calon vaksinnya kemungkinan akan dihargai 32-37 dolar AS per dosis (sekitar Rp470.000-Rp540.000).
Pemerintah AS bulan lalu meneken perjanjian kerja sama pembelian calon vaksin buatan Pfizer bersama mitranya BioNTech SE. Lewat perjanjian itu, Pfizer, perusahaan multinasional AS, dan BioNTech SE, perusahaan Jerman, sepakat untuk menyediakan vaksin untuk 50 juta warga AS dengan harga 40 dolar AS (sekitar Rp590.000) per orang.
Baca juga: Presiden menyaksikan penyuntikan vaksin COVID-19 kepada 1.620 relawan
Saat diwawancarai Guangming, Liu tidak menyebutkan kemungkinan program asuransi pemerintah akan menanggung sebagian biaya vaksin untuk nasabah. Ia juga tidak menyebut kemungkinan vaksin COVID-19 akan masuk dalam program vaksinasi gratis pemerintah.
Dua galur vaksin yang dikembangkan dengan metode sejenis buatan China National Biotec Group (CNBG), salah satu unit usaha Sinopharm, telah memasuki tahap uji klinis. Total produksi vaksin buatan CNBG dari dua pabriknya di Wuhan dan Beijing diperkirakan dapat mencapai lebih dari dua juta dosis per tahun.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020