Waktu dulu jika siapapun bergambar (berfoto) di lokasi Pasar Wadai Ramadhan (Ramadhan Cake Fair) Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sudah bisa dipastikan hampir semua orang tahu kalau itu berada di Pasar Wadai Ramadhan (PWR) Banjarmasin.

Pasalnya, bangunan pasar PWR berarsitektur khas Banjar, seperti rumah adat Banjar "bubungan tinggi" atau "gajah baliku."

Begitu juga bahan yang digunakan untuk bangunan PWR terbuat dari bahan lokal yang khas seperti kayu hutan, kayu ulin, atap sirap, atap rumbia, dinding daun nipah, umbul-umbul dengan hiasan daun kelapa (nyiur).

Apalagi di lokasi PWR biasanya diberikan ukiran atau lukisan dengan ornamen budaya Banjar menambah kekentalan suasana budaya yang menceriminkan lokasi tersebut berada di tanah Banjar, kawasan paling selatan pulau terbesar tanah air ini.

"Saya masih ada foto Pasar Wadai Ramadhan yang dulu sangat eksotis, dan itu kenang-kenangan yang tak terlupakan," kata Husain Abdullah seorang warga Malaysia keturunan Banjar via sosial media.

"Apakah kondisi Pasar Wadai Ramadhan masih seperti yang dulu," tanyanya seraya berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin, dalam hal ini Dinas Pariwisata Budaya Pemuda dan Olahraga konsisten dengan tujuan awal berdirinya PWR tersebut.

Tujuan awal berdirinya PWR selain untuk menyediakan warga Muslim mencari penganan dan makanan untuk berbuka puasa juga sebagai pelestarian budaya khususnya kuliner suku Banjar, sekaligus sebagai atraksi wisata tahunan yang mengosong keunikan budaya nenek moyang setempat.

Salah seorang warga Kota Banjarmasin, Haji jainudin menyayangkan beberapa tahun belakangan kondisi PWR tidak seperti dulu lagi, seakan kehilangan keasliannya, dimana bangunan kios-kios yang tadinya kental budaya Banjar sekarang sudah berubah banyak, karena didominasi oleh tenda-tenda kain.

"Lihat saja pintu gerbang masuk ke Pasar Wadai Ramadhan yang sekarang tidak menggambarkan kekhasan budaya Banjar, kalau tidak ada tulisan Banjarmasin di pintu gerbang itu, maka bagi siapa yang mengambil foto tidak akan tahu kalau di situ Pasar Wadai Ramadhan," kata Haji jainudin.

Pintu gerbang PWR sekarang hanya kain putih yang dibentuk seperti pintu gerbang masuk lalu di atasnya bertuliskan "Pasar Wadai dan Banjarmasin Fair."

Kalau dulu pintu gerbang dibentuk sedemikian rupa dari bahan-bahan lokal dengan ukiran dan lukisan nuansa budaya Banjar yang kental.

Begitu juga bangunan kios-kiosnya yang sekarang sudah berbentuk modern, serta tenda-tenda kain yang sudah mengurangi kekhasan budaya tersebut.

Bahkan barang yang dijualpun beraneka ragam tidak lagi semata penganan dan makanan tetapi aneka barang dan kebutuhan hingga kendaraan bermotor.

"Padahal namanya pasar wadai, tapi banyak yang dijual di sana bukan dari wadai (penganan), ada mainan anak-anak, ada aneka tasbeh, batu permata, pakaian, barang elektronik, aneka tas, hingga kendaraan bermotor," kata Marjuki warga setempat menambahkan.

Khas dan Unik

Dalam pidato Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin saat membuka PWR Banjarmasin, Minggu (29/6) menyatakan bahwa PWR sebuah sarana pelestarian budaya sekaligus objek wisata tahunan.

Bahkan Gubernur Kalsel yang didampingi Wakil Wali Kota Banjarmasin Irwan Anshari masih yakin di lokasi itu dijual kue aneh-aneh dan unik karena tidak dijual di pasaran pada hari-hari biasa di wilayah Kota Banjarmasin, kecuali mencarinya hingga ke Cempaka Kota Martapura, Kabupaten Banjar.

Menurut gubernur kue-kue yang muncul di PWR saat bulan Ramadhan tersebut termasuk kue-kue khas atau kue tradisional suku Banjar yang sering digunakan saat-saat tertentu, seperti untuk selamatan atau kenduri.

Ia menggambarkan seperti kue tradisional khas Banjar yang disebut wadai 41 macam, karena itu bagi siapa saja ingin menikmati kue-kue khas tersebut silahkan datang di bulan Ramadhan ke PWR yang selalu berada di tepian Sungai Martapura atau Jalan Sudirman.

"Saya sendiri sudah sembilan kali membuka Pasar Wadai Ramadhan Banjarmasin ini, dan selalu rame dikunjungi termasuk pendatang atau wisatawan mancanegara," kata Rudy Ariffin yang dua kali menjabat Gubernur Kalsel tersebut.

Apa yang dikatakan Gubernur Kalsel tersebut ternyata agak beda dibandingkan kenyataan yang ada, dimana untuk mencari kue tradisional yang aneh-aneh dan unik hampir tidak dijumpai lagi.

Berdasarkan catatan, wadai 41 macam wadai suku Banjar yang bisa dinikmati terutama untuk berbuka puasa diantaranya apa yang disebut wadai cincin, wajik, cucur, cingkaruk, kayu apu, sasunduk lawang, kakoleh, putri selat, kalepon buntut, laksa, apam balambar (apem basah), apam putih, dan pais sagu.

Kemudian, wadai putri bekunjang, bingka tapai, aloha, bingka kentang, amparan tatak, intalu (telur) keruang, apam habang (apem merah), jaring baras (beras), gagauk, rangai, kararaban, gagati, wadai sari, petah, kulit langsat, bubur baayak, kakicak.

Wadai (kue) karingnya dulu ada yang disebut walatih, sasagun, wadai satu, wadai sagu, ginjil, garigit, talipuk, ilat sapi, dan lainnya sekarangpun tersisih oleh kue kering modern seperti ciki-cikian atau kue kering buatan pabrik besar seperti produksi Garuda Food dan Indo Food.

Begitu juga masakan dan penganan tampak makanan modern cukup mendominasi, lihat saja ada makanan Kebab dari Turki, Roti Maryam dari Arab Saudi, ayam goreng ala Kentucky Fried Chicken (KFC), pizza hut, dan aneka makanan modern lainnya.

Walau makanan tradisional khas Banjar masih tersedia, seperti garih balamak, gangan waluh, gangan kaladi, tumis tarung, papuyu baubar, haruan baubar, gangan kecap, cacapan asam, iwak bapais, gangan balamak, gangan asam kapala patin, pucuk gumbili bajarang, dan lainnya.

Sementara Wakil Wali Kota Banjarmasin, Irwan Anshari melaporkan Ramadhan Cake Fair yang sudah dibudayakan sejak tahun 1985 tersebut tetap bertujuan untuk pelestarian budaya, sekaligus sebagai atraksi wisata.

Hanya saja pada tahun ini agak berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya, karena dalam tahun ini melibatkan dunia usaha dan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bukan saja dari Banjarmasin tetapi dari berbagai daerah di Kalsel, bahkan UKM dari beberapa kota Pulau Jawa dan Sumatera.

Bahkan dalam tahun ini beberapa stand untuk perusahaan kendaraan bermotor yang mempromosikan produk terbaru mereka.

"Jumlah stand sebanyak 184 unit, 140 unit diantaranya untuk pedagang penganan atau kue dan masakan, 17 unit untuk UKM nasional dari berbagai daerah di tanah air, selebihnya untuk perusahaan kendaraan bermotor yang mempromosikan produk terbaru mereka," kata Irwan Anshari.

Sebelumnya Kepala Bidang Promosi Wisata Dinas Pariwisata Budaya Olahraga dan Pemuda Banjarmasin, Mujiat mengakui untuk tahun ini terjadi perubahan sesuai dengan tuntutan jaman, dan bukan hanya Ramadhan Cake Fair tetapi juga ada Ramadhan Fair karena digunakan untuk berbagai perdagangan barang ekonomi diluar makanan.

Menurut dia, lokasinya pun dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga lokasi kuliner sebagai pelestarian budaya suku Khas Banjar terpisah dibandingkan dengan lokasi pemasaran produk UKM dari luar Kalsel dan lokasi promosi berbagai perusahaan kendaraan bermotor.

Belum lagi adanya lapak-lapak atau lokasi khusus untuk berjualan aneka barang mainan anak-anak, dan barang dagangan lainnya, seperti tempat jualan tasbih, baju koko, songkok, dan aneka busana muslim, termasuk pula di dalamnya pusat penjualan batu permata, dan souvenir lainnya.

"Kita berharap tahun ini lebih meriah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, karena keterlibatan pihak perusahaan besar dan UKM di luar Kalsel," kata Mujiat seraya menyebutkan bangunan lokasi itu ada yang hanya terbuat dari bahan lokal seperti kayu tetapi ada pula berupa tenda-tenda besar.

Pewarta: Hasan Zainuddin

Editor : Asmuni Kadri


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2014