Kalangan pelaku wisata di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ikut berduka dengan wafatnya Muhammad Arsyad bin Asri atau lebih akrab dipanggil "Kai Api" (81) pada Kamis dini hari di RSUD Anshari Saleh Banjarmasin.

Nama kai api (Kakek Api) sangat dikenal warga Kota Banjarmasin, karena semasa hidupnya sering memberikan hiburan atraksi api di objek wisata siring Sungai Martapura di Jalan Piere Tender.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin Ikhsan Al-Haq di Banjarmasin, Kamis, mengatakan Kai Api masuk ikon wisata Kota Banjarmasin, selain sebagai mantan atlet yang berjasa bagi daerah juga merupakan salah satu seniman pertunjukan jalanan yang terkemuka.

"Beliau adalah orang profesional di bidangnya serta memiliki kepribadian yang menarik, rendah hati, suka menolong dan humoris," kenang Ikhsan.

Sebelum meninggal, Kai Api dirawat di RSUD Anshari Saleh beberapa hari karena penyakit pneumonia dan diabetes. Karena di masa pandemi COVID-19 ini, jenazah Kai Api disholatkan sesuai protokol kesehatan.

Bagi pengunjung destinasi wisata siring Tendean, Kota Banjarmasin, yang jumlahnya enam ribuan orang setiap minggu, hampir dipastikan akan kenal dengan nama Kai Api. Sebab warga Banjarmasin yang nama sebenarnya Muhamad Arsyad ini sering mempertunjukkan kebolehannya bermain api di lokasi destinasi wisata paling ramai di kota seribu sungai tersebut.

Dengan aneka peralatan, bertelanjang dada, kepala berbalut kain hitam, berbutah (wadah tradisional Dayak) dan berkalong di lehernya dengan berbentuk tasbeh dengan biji-bijinya yang besar, Kai Api mempertontonkan kebolehannya memainkan api, baik di mulut, di lutut, ketiak, bahkan api menyala ia masukkan ke dalam celananya.

Seringkali pengunjung dibuatnya histeris ketika api yang menyala-nyala pada obor yang dimain-mainkannya itu dimasukan ke dalam celana, ternyata tak padam setelah obor kembali dikeluarkan dari celananya.

Akibat kebolehannya itulah, ia beberapa kali diajak pemkot setempat tampil di Jakarta, bahkan masuk acara televisi nasional Trans7 program "hitam putih."

Berkat program hitam putih itu pula kakek yang pernah menjadi atlet lari jarak jauh sekelas Asia tersebut diberangkatkan umrah.

Walau usianya tergolong renta tetapi badannya tetap atletis dan segar bugar, kemana-mana selalu tak berbaju cukup celana selutut, serta bersepeda ontel.

Ketika suatu saat yang lalu ditanya kenapa setua itu tetap sehat, ia menyebutkan harus mensyukuri nikmat, tak boleh stress, dan sering berolahraga, baik lari dan bersepeda. Selain itu, dalam atraksi seringkali ia terminum minyak tanah, dan mungkin itu yang membuat selalu sehat.

Bahkan ia selalu makan pisang yang sebelumnya selalu dicelupkan ke minyak tanah, yang menurutnya itu obat orang bahari agar jantung tetap sehat.

Dengan 10 anak, dan 29 cucu, Kai Api ini ingin terus berkarya selagi diberi umur oleh sang pecipta.

Selamat jalan Kai Api, moga khusnul khatimah...amin...
 

Pewarta: Sukarli

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020