Sebelum luluh lantak dikarenakan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di tahun 2015, Ekowisata Bekantan Lokbuntar di huni oleh 250 lebih Bekantan.

Timbul Raharjo, officer Ekowisata Belantan Lokbuntar menceritakan setelah kejadian karhutla di tahun 2015 tersebut hewan-hewan penghuni kawasan tersebut hilang karena ketidak tersediaan makanan lagi.

"Saat ini pelan-pelan Bekantan tersebut mulai kembali dengan membaiknya kondisi Ekowisata Bekantan, dan saat ini terdata sekitar 15 ekor Bekantan yang tinggal di kawasan ini, " ujarnya, Selasa (12/5).

Dijelaskannya, saat kejadian di tahun 2015 tersebut, kawasan Lokbuntar belum menjadi kawasan ekowisata, masih lahan gambut atau rawa biasa.

"Pengembalian kawasan Lokbuntar ini juga sebagai upaya dari PT Antang Gunung Meratus dan Pemkab Tapin dalam menjaga dan melestarikan hewan khas Kalimantan Selatan tersebut," ujarnya lagi.

Setelah ditetapkan sebagai kawasan ekowisata, pihak perusahaan melarang aktifitas pertambangan di sekitar kawasan dengan total luas 90 hektare tersebut.

"Kami berharap dengan membaiknya dan makin tersedianya makanan bagi Bekantan di kawasan ini, bisa menjadi populasi yang ideal bagi hewan berhidung panjang tersebut," ujar Timbul lagi.

Untuk pengembangannya sendiri Ekowisata Bekantan Lokbuntar tersebut selain antara Pemerintah Kabupaten Tapin dan PT Antang Gunung Meratus, juga di bantu oleh beberapa pihak, di antaranya di Institut Pertanian Bogor.

Selain Bekantan, Kawasan Ekowisata Bekantan juga banyak dihuni oleh berbagai jenis satwa lainnya, dari jenis unggas, kadal, dan biawak.




 

Pewarta: Muhammad Husien Asyari

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020