Komunitas pecinta lingkungan di Kalimantan Selatan yang tergabung dalam organisasi Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) foundation pada "Bekantan Day 28 Maret" mengajak masyarakat untuk peduli terhadap satwa yang menjadi ikon Kalsel yakni Bekantan (Nasalis larvatus).
"Harapan kami semua dengan diadakannya hari bekantan ini, agar menumbuhkan rasa memiliki dan peduli terhadap satwa ikon kebanggaan provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan primata endemik serta spesies kunci yang keberadaannya terancam punah," kata Ketua Sahabat Bekantan Indonesia, Amalia Rezeki, Sabtu.
Amalia yang juga peraih penghargaan Internasional dibidang lingkungan ASEAN Youth Eco Champion tahun lalu di Cambodia itu menambahkan, Hari bekantan adalah sebuah gerakan moral dibidang konservasi yang diprakarsainya bersama komunitas pecinta lingkungan di Kalsel.
Dipilihnya tanggal 28 Maret sebagai hari bekantan, karena pada tanggal itu bertepatan pada tanggal penetapan Bekantan sebagai maskot provinsi Kalimantan Selatan oleh DPRD Provinsi Kalimantan Selatan.
Dikatakan, perayaan Hari Bekantan Tahun ini tidak sesemarak tahun-tahun sebelumnya, dikarenakan wabah pandemi Corona Covid-19 yang membatasi ruang gerak masyarakat.
Sehingga beberapa agenda yang sudah direncanakan sebelumnya terpaksa dibatalkan, biasanya Hari Bekantan diisi dengan rangkaian kegiatan seperti, seminar ilmiah, aksi konservasi di alam serta pemberian penghargaan “Bekantan Awards“, kepada insan yang peduli terhadap lingkungan dan pelestarian bekantan.
Pertama kalinya pada 2018 yang menerima penghargaan Bekantan Awards adalah H. Sahbirin Noor Gubernur Kalsel.
Atas dedikasi beliau dalam pelestarian lingkungan dan bekantan dengan dikeluarkannya regulasi perlindungan dan pelestarian bekantan, SK pembentukan Tim Konservasi Bekantan dan Orangutan Kalsel No. 188 - Thn 2017, kemudian SK Pembentukan Tim Satgas Satwa Liar dan Pencetus Gerakan Revolusi Hijau di Kalimantan Selatan yang sangat diapresiasi oleh Presiden RI.
Dalam kondisi keprihatinan Internasional akibat pandemi Corona Covid-19, SBI tetap menggaungkan Bekantan Day melalui pesan pelestarian bekantan di dunia, dengan menggunakan media sosial.
"Kami bersyukur sejak 2 tahun lalu masyarakat peduli lingkungan dan pelestari satwa liar di dunia menyambut positif Bekantan Day, dengan mengirim pesan pelestarian bekantan," jelas Amalia Rezeki, dalam siaran pers.
Lebih lanjut Amalia Rezeki menyampaikan. Bekantan sebagai spesies kunci sangat tergantung pada hutan lahan basah, seperti hutan mangrove. Begitu juga sebaliknya, ekosistem yang terbangun didalamnya saling ketergantungan.
Tak terkecuali manusia yang turut mengisi dalam ekosistem tersebut.
"Ketika kita melestarikan bekantan, maka tidak hanya hutan yang terjaga dan spesies lain lestari, namun dalam jangka waktu panjang kita turut menyelamatkan planet bumi yang saat ini tengah menghadapi krisis perubahan iklim dan pemanasan global," tuturnya.
Seperti kita ketahui, hutan mangrove dapat menyimpan karbon 40% lebih besar daripada hutan tropis lainnya. Kerusakan dan kehilangan hutan mangrove akan memicu pelepasan gas-gas rumah kaca, seperti karbon dioksida dan metan. Dengan demikian melestarikan bekantan juga dapat menyelamatkan peradaban manusia.
Sementara itu, hari ini, 28 Maret 2020 bertepatan peringatan “ Hari Bekantan “ yang kelima.
Hari bekantan adalah sebuah gerakan moral dibidang konservasi yang diprakarsai Amalia Rezeki bersama komunitas pecinta lingkungan di Kalimantan Selatan.
Tepatnya pada waktu itu, 28 Maret 2015, pukul 10.00 Wita - dikawasan TWA Pulau Bakut - Barito Kuala dilakukan deklarasi Hari Bekantan, kemudian dilanjutkan giat konservasi berupa pelepas liaran sepasang bekantan ( Nasalis larvatus ) primata endemik Kalimantan yang juga merupakan satwa maskot kebanggaan Provinsi Kalimantan Selatan ( Kalsel ).
Kemudian dilanjutkan kegiatan rawat bumi dengan menanam pohon.
Acara yang dihadiri Hj Noormiliyani, yang pada waktu itu menjabat sebagai ketua DPRD Kalsel, H. Hasanudin Murad selaku Bupati Barito Kuala, Prof. Sutarto Hadi, Rektor Universitas Lambung Mangkurat.
Lukito Andy Widyarto yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalsel, Zulfa Asma Vikra, serta segenap komunitas dan pecinta alam se-Kalsel.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020
"Harapan kami semua dengan diadakannya hari bekantan ini, agar menumbuhkan rasa memiliki dan peduli terhadap satwa ikon kebanggaan provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan primata endemik serta spesies kunci yang keberadaannya terancam punah," kata Ketua Sahabat Bekantan Indonesia, Amalia Rezeki, Sabtu.
Amalia yang juga peraih penghargaan Internasional dibidang lingkungan ASEAN Youth Eco Champion tahun lalu di Cambodia itu menambahkan, Hari bekantan adalah sebuah gerakan moral dibidang konservasi yang diprakarsainya bersama komunitas pecinta lingkungan di Kalsel.
Dipilihnya tanggal 28 Maret sebagai hari bekantan, karena pada tanggal itu bertepatan pada tanggal penetapan Bekantan sebagai maskot provinsi Kalimantan Selatan oleh DPRD Provinsi Kalimantan Selatan.
Dikatakan, perayaan Hari Bekantan Tahun ini tidak sesemarak tahun-tahun sebelumnya, dikarenakan wabah pandemi Corona Covid-19 yang membatasi ruang gerak masyarakat.
Sehingga beberapa agenda yang sudah direncanakan sebelumnya terpaksa dibatalkan, biasanya Hari Bekantan diisi dengan rangkaian kegiatan seperti, seminar ilmiah, aksi konservasi di alam serta pemberian penghargaan “Bekantan Awards“, kepada insan yang peduli terhadap lingkungan dan pelestarian bekantan.
Pertama kalinya pada 2018 yang menerima penghargaan Bekantan Awards adalah H. Sahbirin Noor Gubernur Kalsel.
Atas dedikasi beliau dalam pelestarian lingkungan dan bekantan dengan dikeluarkannya regulasi perlindungan dan pelestarian bekantan, SK pembentukan Tim Konservasi Bekantan dan Orangutan Kalsel No. 188 - Thn 2017, kemudian SK Pembentukan Tim Satgas Satwa Liar dan Pencetus Gerakan Revolusi Hijau di Kalimantan Selatan yang sangat diapresiasi oleh Presiden RI.
Dalam kondisi keprihatinan Internasional akibat pandemi Corona Covid-19, SBI tetap menggaungkan Bekantan Day melalui pesan pelestarian bekantan di dunia, dengan menggunakan media sosial.
"Kami bersyukur sejak 2 tahun lalu masyarakat peduli lingkungan dan pelestari satwa liar di dunia menyambut positif Bekantan Day, dengan mengirim pesan pelestarian bekantan," jelas Amalia Rezeki, dalam siaran pers.
Lebih lanjut Amalia Rezeki menyampaikan. Bekantan sebagai spesies kunci sangat tergantung pada hutan lahan basah, seperti hutan mangrove. Begitu juga sebaliknya, ekosistem yang terbangun didalamnya saling ketergantungan.
Tak terkecuali manusia yang turut mengisi dalam ekosistem tersebut.
"Ketika kita melestarikan bekantan, maka tidak hanya hutan yang terjaga dan spesies lain lestari, namun dalam jangka waktu panjang kita turut menyelamatkan planet bumi yang saat ini tengah menghadapi krisis perubahan iklim dan pemanasan global," tuturnya.
Seperti kita ketahui, hutan mangrove dapat menyimpan karbon 40% lebih besar daripada hutan tropis lainnya. Kerusakan dan kehilangan hutan mangrove akan memicu pelepasan gas-gas rumah kaca, seperti karbon dioksida dan metan. Dengan demikian melestarikan bekantan juga dapat menyelamatkan peradaban manusia.
Sementara itu, hari ini, 28 Maret 2020 bertepatan peringatan “ Hari Bekantan “ yang kelima.
Hari bekantan adalah sebuah gerakan moral dibidang konservasi yang diprakarsai Amalia Rezeki bersama komunitas pecinta lingkungan di Kalimantan Selatan.
Tepatnya pada waktu itu, 28 Maret 2015, pukul 10.00 Wita - dikawasan TWA Pulau Bakut - Barito Kuala dilakukan deklarasi Hari Bekantan, kemudian dilanjutkan giat konservasi berupa pelepas liaran sepasang bekantan ( Nasalis larvatus ) primata endemik Kalimantan yang juga merupakan satwa maskot kebanggaan Provinsi Kalimantan Selatan ( Kalsel ).
Kemudian dilanjutkan kegiatan rawat bumi dengan menanam pohon.
Acara yang dihadiri Hj Noormiliyani, yang pada waktu itu menjabat sebagai ketua DPRD Kalsel, H. Hasanudin Murad selaku Bupati Barito Kuala, Prof. Sutarto Hadi, Rektor Universitas Lambung Mangkurat.
Lukito Andy Widyarto yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalsel, Zulfa Asma Vikra, serta segenap komunitas dan pecinta alam se-Kalsel.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020