Perajin anyaman purun dan ilung di Kabupaten Hulu Sungai Utara terbilang 'nekat' memenuhi pesanan alat sedotan minuman non plastik berbahan purun dari perusahaan Belanda sebanyak 200.000 buah per bulan, padahal alat potong yang digunakan hanya silet.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Ahmad Redhani Effendi di Amuntai, Kamis mengatakan,  pihaknya menunggu bantuan mesin pemotong batang purun untuk membantu perajin.

"Perajin memotong batang purun untuk dijadikan sedotan satu persatu menggunakan silet agar tidak pecah, padahal pesanan dari Belanda mencapai 200 ribu buah perbulan," ujar Redhani.

Redhani mengatakan, pesanan dari Belanda melalui pihak ketiga di Bali, bahkan sejak lama Kelompok Usaha Bersama (KUB) kembang Ilung di Desa Banyu Hirang Kecamatan Amuntai Selatan ini.sudah mengirim produk kerajinan setengah jadi ke Bali .
 
Sedotan dari batang purun buatan perajin KUB Kembang Ilung (Antaranews Kalsel/Hasan Zainuddin)

"Selain keterbatasan mesin, jumlah perajin yang berkualitas juga masih kurang sehingga banyak pesanan dari luar daerah terpaksa tidak bisa dipenuhi KUB Kembang Ilung," terangnya.

Dikatakan KUB Kembang Ilung merupakan KUB percontohan yang hasil produksi kerajinan anyaman purun dan ilung (eceng gondok) sudah mencapai manca negara, seperti Belanda, Jerman dan Jepang.

Redhani mengungkapkan jika pembinaan dan pelatihan perajin anyaman purun dan ilung terus dilakukan agar mutu desain dan motif meningkat, kendalanya banyak perajin lebih memilih keuntungan mingguan dengan memenuhi pesanan pengepul.

"Barang yang dijual ke pengepul dalam bentuk setengah jadi dan harganya sangat murah," kata Redhani.

Padahal sebanyak 42 KUB di Kabupaten HSU diharapkan bisa memperjuangan nasib perajin, misal dengan membentuk koperasi dan lainnya, namun kebanyakan KUB juga hanya dibentuk seremonial dan kurang berkembang.
 
Pelatihan perajin di HSU. (Antaranews Kalsel/Eddy Abdillah)

Kendala lainnya, kata Redhani lagi, bahan baku purun masih didatangkan dari Kalimantan Tengah, meski di wilayah HSU terdapat kawasan purun berupa hutan rawa produktif namun kualitas masih kurang bagus.

"Kedepan kami akan melakukan pembibitan purun yang berkualitas di kawasan tersebut," kata Redhani lagi.

Redhani memaparkan potensi dan kendala sektor UKM kerajinan ini saat menerima kunjungan studi banding dari Komisi II DPRX Kabupaten Banjar pada Selasa kemaren.

Redhani berharap terjalin kerja sama yang saling menguntungkan antar kabupaten/kota untuk meningkatkan sektor ekonomi kerakyatan inii, karena pemerintah pusat juga siap membantu dan mendorong ekonomi kerakyatan melalui UKM.
 

Pewarta: Eddy Abdillah

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2020