Pada tahun 2008 sebagian besar warga Desa Kembang Kuning terserang penyakit diare. Tak terkecuali yang dialami oleh Mimin, sapaan akrab Mimin Hervina (34).
Anak pertama dari Ibu dua orang anak ini juga terserang penyakit yang sama dan mengharuskannya dilarikan ke puskesmas terdekat untuk diberikan perawatan serius tim medis.
Vonis tim kesehatan yang menyatakan sanitasi buruk di wilayah tersebut menyebabkan penyebaran wabah penyakit menyerang banyak warga di daerahnya.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Mimin ingin melakukan perubahan pada diri dan keluarganya untuk menerapkan pola hidup sehat, khususnya pada sanitasi.
Setali tiga uang dengan perubahan yang ingin ia lakukan, pada 2013 Yayasan Adaro Bangun Negeri melalui bidang Kesehatan melaksanakan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dan Desa Kembang Kuning menjadi salah satu desa sasaran.
Wanita yang saat masih berstatus tenaga honorer di salah satu sekolah TK di Desa Kembang Kuning kerap menghilang saat jam istirahatnya karena menyempatkan diri untuk mengikuti kegiatan pelatihan kader STBM yang diselenggarakan YABN.
Beberapa kali pelatihan yang diikutinya, Mimin memahami bahwa permasalahan utama dalam perilaku BABS adalah bukan karena tidak tersedianya fasilitas, melainkan kebiasaan masyarakat menggunakan sungai untuk aktivitas MCK sehari-hari.
Mengubah suatu kebiasaan di masyarakat adalah suatu hal yang sangat sulit dan butuh perjuangan yang besar.
Pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh, dia jadikan senjata untuk mengajak masyarakat di daerahnya untuk stop BAB sembarangan.
Beberapa pendekatan komunikasi dilakukan olehnya, tak jarang penolakan hingga adu argumen dilaluinya.
“Sulit mengajak warga kampung agar tidak BAB sembarangan lagi," ungkap Mimin.
Tak jarang Mimin pun kena marah warga yang menolak ajakannya untuk melaksanakan hidup sehat.
Sehari selembar benang, setahun selembar kain.
Sedikit demi sedikit masyarakat mulai memahami tentang bahaya penyebaran penyakit melalui aktivitas BABS, pendekatan demi pendekatan dilakukan untuk menjadikan daerahnya meningkat dalam taraf kesehatan.
Pada 2014 Desa Kembang Kuning akhirnya ditetapkan sebagai desa ODF (Open Defecation Free) atau bebas dari BAB sembarangan.
Tak berhenti hanya di Desa Kembang Kuning, Mimin juga aktif membatu memperjuangkan ODF bagi desa - desa lain, tercatat 2015 ia telah berkontribusi dalam pencapaian Desa Kinarum sebagai desa ODF dan 2016 mendampingi Desa Nawin hingga mencapai ODF.
“Layak disebut pejuang baru karena Mimin sosok perempuan yang mau bekerja keras secara suka rela, pantang menyerah," jelas Erma Hariatmi, Koordinator Bidang Kesehatan YABN.
Selain itu ia selalu bersemangat dan mampu mengajak orang lain melakukan perubahan dengan menciptakan lingkungan yang sehat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Anak pertama dari Ibu dua orang anak ini juga terserang penyakit yang sama dan mengharuskannya dilarikan ke puskesmas terdekat untuk diberikan perawatan serius tim medis.
Vonis tim kesehatan yang menyatakan sanitasi buruk di wilayah tersebut menyebabkan penyebaran wabah penyakit menyerang banyak warga di daerahnya.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Mimin ingin melakukan perubahan pada diri dan keluarganya untuk menerapkan pola hidup sehat, khususnya pada sanitasi.
Setali tiga uang dengan perubahan yang ingin ia lakukan, pada 2013 Yayasan Adaro Bangun Negeri melalui bidang Kesehatan melaksanakan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dan Desa Kembang Kuning menjadi salah satu desa sasaran.
Wanita yang saat masih berstatus tenaga honorer di salah satu sekolah TK di Desa Kembang Kuning kerap menghilang saat jam istirahatnya karena menyempatkan diri untuk mengikuti kegiatan pelatihan kader STBM yang diselenggarakan YABN.
Beberapa kali pelatihan yang diikutinya, Mimin memahami bahwa permasalahan utama dalam perilaku BABS adalah bukan karena tidak tersedianya fasilitas, melainkan kebiasaan masyarakat menggunakan sungai untuk aktivitas MCK sehari-hari.
Mengubah suatu kebiasaan di masyarakat adalah suatu hal yang sangat sulit dan butuh perjuangan yang besar.
Pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh, dia jadikan senjata untuk mengajak masyarakat di daerahnya untuk stop BAB sembarangan.
Beberapa pendekatan komunikasi dilakukan olehnya, tak jarang penolakan hingga adu argumen dilaluinya.
“Sulit mengajak warga kampung agar tidak BAB sembarangan lagi," ungkap Mimin.
Tak jarang Mimin pun kena marah warga yang menolak ajakannya untuk melaksanakan hidup sehat.
Sehari selembar benang, setahun selembar kain.
Sedikit demi sedikit masyarakat mulai memahami tentang bahaya penyebaran penyakit melalui aktivitas BABS, pendekatan demi pendekatan dilakukan untuk menjadikan daerahnya meningkat dalam taraf kesehatan.
Pada 2014 Desa Kembang Kuning akhirnya ditetapkan sebagai desa ODF (Open Defecation Free) atau bebas dari BAB sembarangan.
Tak berhenti hanya di Desa Kembang Kuning, Mimin juga aktif membatu memperjuangkan ODF bagi desa - desa lain, tercatat 2015 ia telah berkontribusi dalam pencapaian Desa Kinarum sebagai desa ODF dan 2016 mendampingi Desa Nawin hingga mencapai ODF.
“Layak disebut pejuang baru karena Mimin sosok perempuan yang mau bekerja keras secara suka rela, pantang menyerah," jelas Erma Hariatmi, Koordinator Bidang Kesehatan YABN.
Selain itu ia selalu bersemangat dan mampu mengajak orang lain melakukan perubahan dengan menciptakan lingkungan yang sehat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019