Polda Kalimantan Selatan (Kalsel) bertanggung jawab sepenuhnya atas kerusakan yang ditimbulkan akibat pemusnahan bahan peledak atau disposal yang dilakukan Satuan Brimob. Sehari setelah ledakan yang menghebohkan warga itu, polisi langsung melakukan perbaikan.
"Hari ini anggota Brimob bersama masyarakat melakukan perbaikan bangunan rumah dan lainnya, kami ingin semua yang rusak bisa segera kembali seperti semula," ujar Kabid Humas Polda Kalsel Kombes Mochamad Rifa'i, di Banjarmasin, Kamis.
Akibat ledakan besar yang terjadi Rabu (27/11) sore sekitar pukul 15.40 WITA itu, tercatat sekitar 20 rumah warga rusak. Kemudian ada juga sebuah mushala "Langgar Darul Ilham" dan SMPN 2 Gambut.
"Rata-rata kaca pecah, ada juga tembok dan lantai retak serta jendela lepas. Untuk korban ada tiga warga sempat pingsan, namun alhamdulilah segera pulih juga waktu itu," kata Rifa'i.
Tak hanya dari masyarakat, personel Brimob turut menjadi korban atas insiden di luar perhitungan tersebut. Tiga anggota yang bertugas di lokasi peledakan mengalami luka terkena serpihan di wajah. Kemudian empat unit kendaraan operasional di lokasi juga mengalami kerusakan.
Terkait kegiatan disposal, Rifa'i menjelaskan, sebenarnya sudah berjalan selama tiga hari sejak Senin (25/11) di area lahan kosong di Kecamatan Beruntung Baru, Kabupaten Banjar itu.
Namun ledakan terakhir pada Rabu siang menjelang sore itu, terjadi lebih besar dari sebelumnya. Alhasil, suara dentuman yang begitu keras terdengar hingga radius 3 hingga 5 kilometer.
"Disposal ini dilaksanakan Direktorat Intelkam dibantu Brimob dalam rangka pemusnahan bahan peledak sisa dari perusahaan NMK yang sudah tidak digunakan. Ini sudah menjadi prosedur yang telah mendapat persetujuan dari Baintelkam Polri," katanya pula.
Efek ledakan yang di luar perkiraan, diakui Rifa'i terjadi kemungkinan adanya sisa-sisa bahan peledak yang sebelumnya tidak meledak, sehingga pada saat ledakan terakhir, ada tambahan daya ledak yang menimbulkan besarnya efek ledakan.
"Jenisnya ada dinamit, detonator dan ada juga jenis sumbu-sumbu. Yang pasti Brimob telah melakukannya sesuai SOP. Namun karena insiden mengakibatkan ekses di masyarakat, jadi pasti dilakukan evaluasi agar tak terulang," katanya lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
"Hari ini anggota Brimob bersama masyarakat melakukan perbaikan bangunan rumah dan lainnya, kami ingin semua yang rusak bisa segera kembali seperti semula," ujar Kabid Humas Polda Kalsel Kombes Mochamad Rifa'i, di Banjarmasin, Kamis.
Akibat ledakan besar yang terjadi Rabu (27/11) sore sekitar pukul 15.40 WITA itu, tercatat sekitar 20 rumah warga rusak. Kemudian ada juga sebuah mushala "Langgar Darul Ilham" dan SMPN 2 Gambut.
"Rata-rata kaca pecah, ada juga tembok dan lantai retak serta jendela lepas. Untuk korban ada tiga warga sempat pingsan, namun alhamdulilah segera pulih juga waktu itu," kata Rifa'i.
Tak hanya dari masyarakat, personel Brimob turut menjadi korban atas insiden di luar perhitungan tersebut. Tiga anggota yang bertugas di lokasi peledakan mengalami luka terkena serpihan di wajah. Kemudian empat unit kendaraan operasional di lokasi juga mengalami kerusakan.
Terkait kegiatan disposal, Rifa'i menjelaskan, sebenarnya sudah berjalan selama tiga hari sejak Senin (25/11) di area lahan kosong di Kecamatan Beruntung Baru, Kabupaten Banjar itu.
Namun ledakan terakhir pada Rabu siang menjelang sore itu, terjadi lebih besar dari sebelumnya. Alhasil, suara dentuman yang begitu keras terdengar hingga radius 3 hingga 5 kilometer.
"Disposal ini dilaksanakan Direktorat Intelkam dibantu Brimob dalam rangka pemusnahan bahan peledak sisa dari perusahaan NMK yang sudah tidak digunakan. Ini sudah menjadi prosedur yang telah mendapat persetujuan dari Baintelkam Polri," katanya pula.
Efek ledakan yang di luar perkiraan, diakui Rifa'i terjadi kemungkinan adanya sisa-sisa bahan peledak yang sebelumnya tidak meledak, sehingga pada saat ledakan terakhir, ada tambahan daya ledak yang menimbulkan besarnya efek ledakan.
"Jenisnya ada dinamit, detonator dan ada juga jenis sumbu-sumbu. Yang pasti Brimob telah melakukannya sesuai SOP. Namun karena insiden mengakibatkan ekses di masyarakat, jadi pasti dilakukan evaluasi agar tak terulang," katanya lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019