Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) berhasil melakukan panen perdana di Demfarm Serasi di Desa Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Rabu (6/11).

Di lahan percontohan pertanian terpadu yang didukung beragam teknologi seperti drone dan traktor perahu tersebut, menunjukkan mekanisasi pertanian telah berhasil meningkatkan produktivitas petani.

"Jika pertanian konvensional hanya menghasilkan 1,5 sampai 3 ton GKP per hektare, maka di lahan ini hasilnya mencapai 6,4-7,9 ton GKP/hektare. Hasil ini sangat menjanjikan untuk peningkatan

kesejahteraan petani, terdapat peningkatan pendapatan 2-3 kali lipat," terang Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry saat menghadiri panen perdana mewakili Menteri Pertanian H Syahrul Yasin Limpo.

Desa Jejangkit Muara merupakan tuan rumah peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) tahun 2018 lalu. Di lokasi ini, Balitbangtan melalui para peneliti Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) terus memberikan edukasi sekaligus contoh nyata kepada petani agar mampu optimalisasi lahan sehingga meningkatkan produktivitas hasil panennya.

"Balittra sudah 20 tahun didedikasikan bagaimana menghasilkan teknologi yang terkait lahan rawa lebak dan pasang surut di Kalsel ini. Kita sudah mencontohkan bagaimana mengelola lahan rawa yang benar sesuai kaidah dan norma dipersyaratkan. Hasilnya terlihat nyata sekarang," kata Fadjry.

Pengolahan lahan rawa mulai penataan lahannya, penataan air termasuk inovasi teknologi yang ada di dalamnya, kata Fadjry, sudah dilakukan secara optimal di Desa Jejangkit Muara yang memiliki potensi lahan pertanian begitu luas.

Seperti penggunaan traktor perahu yang menjadi solusi mengolah tanah supaya lapisan piritnya tidak naik. Karena jika menggunakan traktor biasa kedalamannya sampai 30 centimeter. Sedangkan idealnya hanya dianjurkan maksimal 15 centimeter agar tidak mengganggu lapisan pirit yang ada di bawahnya.

"Traktor perahu juga sangat cocok dalam kondisi sawah berair. Jadi semakin dalam airnya, semakin kencang jalannya. Sehingga mempercepat pengolahan lahan yaitu satu hektare per jam," jelasnya.

Kemudian ada drone tanam yang bisa menebar benih satu jam perhektar. Keunggulannya dengan sistem GPS, sehingga drone bisa jalan sendiri mengikuti baris tanamnya secara otomatis.

Teknologi lain yang diterapkan yaitu benih gabah ditanam dikasih pemberat dan ada mikro organisme. Jadi pada saat masuk ke tanah bisa menyuburkan benih, sehingga daya tumbuhnya lebih bagus.

"Termasuk penggunaan varietas unggul baru kita punya Inpara atau singkatan dari Inbrida Padi Rawa, yakni varietas padi yang tahan terhadap genangan air untuk daerah rawa. Inpara 4 bagus potensinya bisa 6 ton perhektar. Sedangkan padi biasa maksimal 3 ton paling tinggi," papar Fadjry.
Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry bersama Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy memimpin panen perdana Demfarm Serasi. (antara/foto/firman)


Beberapa tahun terakhir, ungkap dia, partisipasi masyarakat petani sudah jauh lebih baik berkat kegigihan para peneliti dan penyuluh Balittra yang terus mendorong petani untuk bersama-sama mempraktekkan pertanian yang dianjurkan agar hasilnya lebih optimal.

"Harapan kita petani bisa menyiapkan sendiri apa yang menjadi kebutuhannya. Kita mencontohkan di sini ada paket lengkap semua teknologi diterapkan dan ada juga setengah teknologi sesuai kemampuan biaya dari petani itu sendiri. Karena jika tidak untung, petani pasti tidak mau," tandasnya.

Untuk itu, Fadjry juga mendorong kelembagaan petani agar bisa berkelompok guna mengatasi keterbatasan seperti biaya dan tenaga kerjanya.

Selain budidaya padi, di demfarm Serasi Muara Jejangkit tersebut, juga dilakukan budidaya itik Alabio. Untuk 1.000 ekor yang dipelihara selama 12 bulan menghasilkan telur dan daging afkir, mendatangkan keuntungan bagi petani lebih kurang Rp 70 juta per tahun. Budidaya ikan juga potensial meningkatkan pendapatan petani sekitar Rp 6 juta pertahun.

Sementara Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengungkapkan, Indonesia mempunyai raksasa tidur yang disebut rawa lebak mencapai luas 34 juta hektar, dengan lahan potensial pertanian 17 juta hektare.

Pada tahun 2019, Kementan menargetkan projek percontohan lebih kurang 500 ribu hektar, terdiri dari Kalimantan Selatan 200 ribu hektar dan Sumatera Selatan 250 ribu serta Sulawesi Selatan 50 ribu hektare.

Namun hasil validasi terakhir, Kalsel hanya mampu 120 ribu hektar, Sumsel 200 ribu hektar dan Sulsel 33.200 hektar. Sehingga kekurangannya ditawarkan ke provinsi lain yaitu Kalimantan Tengah 25 ribu hektare dan Lampung 25.600 hektar agar total alokasinya tetap lebih kurang 500 ribu hektare.

Diungkapkan Sarwo Edhy, hasil optimalisasi rawa yang meningkatkan Indeks Pertanaman dari tanam satu kali setahun menjadi dua kali bahkan tiga kali sudah banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di Kalimantan Selatan dan daerah lainnya di Indonesia.

"Tujuan pemerintah hanya satu yaitu meningkatkan kesejahteraan petani dan harapannya anak-anaknya bisa sekolah lebih tinggi dari ayahnya.

Pendapatan petani dalam program Serasi ini bisa dikali sendiri jika rata-rata harga gabah Rp 4.000 dikali 5 ton atau lebih per hektare, hasilnya sangat besar. Belum lagi hasil dari ternak itik dan budidaya ikan di lokasi yang sama tentu sangat menjanjikan," jelasnya.

Sarwo Edhy menegaskan, rawa menjadi satu-satunya harapan untuk lumbung pangan nasional, sehingga rawa adalah masa depan bangsa Indonesia.

Di sisi lain, Kepala Balitra Hendri Sosiawan menyatakan, Demfarm Serasi merupakan pembuktian kepada masyarakat luas bahwa dengan mengelola lahan rawa yang baik dan benar bisa membudidayakan pertanian tanaman padi dan hortikultura terus juga peternakan dan budidaya ikan.

Hendri menambahkan, kuncinya adalah budidaya padi menggunakan Teknologi Panca Kelola Lahan Rawa yang dikemas dalam paket Teknologi Raisa (Rawa Intensif, Super, dan Aktual), meliputi teknologi pengelolaan air, penyiapan dan penataan lahan, ameliorasi dan pemupukan, varietas unggul, pengendalian organisme pengganggu tanaman terpadu, dan ditunjang penggunaan alat dan mesin pertanian.

"Sasaran utama pengembangan Demfarm Serasi adalah percepatan dan efektivitas adopsi teknologi oleh petani dalam upaya meningkatkan produksi pertanian dan kesejahteraan petani di lahan rawa," tandasnya.

Pada kegiatan itu dilaksanakan juga Temu Wicara yang mengusung tema “Implementasi Teknologi Pengelolaan Lahan Rawa Balitbangtan".

Dilanjutkan penyerahan secara simbolis Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR) sebanyak 25 unit dan bibit jeruk siam Banjar sebanyak 5.000 pohon kepada perwakilan petani.

Bimbingan Teknis (Bimtek) dilakukan di lokasi demfarm dengan materi pengenalan inovasi teknologi pengelolaan lahan rawa meliputi Budidaya Padi dan Pengendalian Hama Penyakit, Budidaya Itik, Budidaya Ikan, Budidaya Jeruk, Rekomendasi Pemupukan dan Pengapuran.

Program Serasi adalah program pengelolaan lahan rawa pasang surut/lebak melalui optimalisasi pemanfaatan lahan rawa, peningkatan peran petani dan kelompok tani atau gabungan kelompok tani, penumbuhan dan pengembangan kelompok tani untuk melaksanakan usaha tani, dan pengembangan kawasan.

Menteri Pertanian H Syahrul Yasin Limpo dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry berharap panen perdana padi di Kalsel tersebut mampu memberikan tauladan terbaik implementasi inovasi teknologi pada stakeholder untuk pengembangan rawa
mendukung ketahanan pangan nasional dan menuju lumbung pangan dunia 2045.  

Pewarta: Firman

Editor : Ulul Maskuriah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019