Seorang ibu rumah tangga muda yang bekerja sebagai tenaga penyuluh ahli gizi di desa pedalaman di wilayah Kabupaten Tanah Laut, Kalsel ternyata memiliki prestasi yang cemerlang.

Dia adalah Winda Pratiwi, statusnya  bukan seorang Pegawai Negara Sipil (PNS), tapi hanya sebagai Pekerja Tidak Tetap (PTT) di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.

Meski tidak dengan bayaran besar, namun pengabdiannya diacungi jempol bagi kesehatan gizi anak di tempat bertugasnya, yakni, di Puskesmas Tanjung Hambulu, termasuk desa Tanjung Kampung, desa Tanjung 1 dan desa tebing tinggi 3 masuk Kecamatan Bajuin, Tanah Laut.

Wanita kelahiran Banjarmasin 5 September 1991 ini pun dinobatkan menjadi penyuluh ahli gizi teladan di Kalsel, bahkan akan berkompetisi lagi di tingkat nasional pada 8--14 November 2019 di Jakarta untuk mendapatkan penghargaan tenaga kesehatan teladan nasional dari Kementerian Kesehatan RI.
Bukan tanpa alasan disematkannya prestasi ini kepada Winda Pratiwi yang sebenarnya baru mengenyam  pendidikan D3 di Poltikkes Banjarmasin jurusan Ahli Gizi.

Tapi dia menciptakan inovasi yang diberinya nama "Madu Asli" kepanjangan kata Mari Dukung Asi Eklusif untuk pencegahan stunting (Permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang yang cukup waktu lama).

Dengan inovasi dan kegigihannya untuk mengurangi permasalahan anak kurang gizi di daerah kerjanya dengan beragam tantangan, Winda Pratiwi akhirnya berhasil meningkatkan persentase ibu menyusui hingga 20 persen karena adanya inovasi "Madu Asli" tersebut.

Padahal sebelumnya itu, cakupan ibu menyesui anak hanya sekitar 45 persen di daerah kerjanya, di mana target diharuskan itu 60 persen, tapi pihaknya dapat melebihi target hingga 80 persen.
 
Winda Pratiwi saat bertugas sebagai penyuluh gizi.(istimewa)

Langkah yang dilakukannya adalah sosialisasi gencar dari rumah ke rumah, bahkan sampai ke pasar-pasar. Yakni, dengan pendekatan rasa kekeluargaan.

Menurut dia, ada tiga hal sosialisasi dalam inovasi "Madu Asli" tersebut, yakni, ayah asi, nenek asi dan kelas madu asli.

Adapun ayah asi dijabarkannya sebagai bentuk perhatian suami kepada istrinya yang sedang menyusi anak mereka, diantaranya mendukung pemberian asi hingga anak berusia dua tahun, tidak meroko di rumah, membantu istrinya malam-malam mengasuh anak dan menyusui, termasuk memberikan makan sehat bagi istri.

Sedangkan nenek asi, dinyatakannya sebagai tantangan bagi orangtua bayi yang tinggal bersama neneknya, di mana sang nenek harus diberi edukasi untuk tidak memberikan makanan yang harusnya bayi itu hanya mendapat asi eksklusif hingga usianya 6 bulan.

"Biasanya kan neneknya sangat sayang, bila bayi nangis dikira kelaparan, hingga sang nenek beri makanan, padahal itu salah, sebab bayi nangis itu bisa saja minta gendong atau ingin ganti baju dan sebagainya, jadi jangan diberi makanan, kecuali asi," terangnya.

Karena sejatinya, ungkap Winda Pratiwi, bayi itu sudah cukup mendapatkan asi sekitar setengah sendok teh sehari untuk usia 1-3 hari.

Sementara itu untuk kelas madu asli, diungkapkan dia adakah memberikan edukasi terhadap ibu-ibu hamil, demikian juga ibu yang memiliki anak di bawah enam bulan, diantaranya bagaimana cara menyusi, asi terus ada, menjaga kesehatan ibu dan sebagainya.

Menurut dia, selama empat tahun sudah mengabdikan diri sebagai tenaga ahli gizi di desa pedalaman, cukup banyak pengalaman yang didapatnya, meski harus jauh dari suami dan anak pertamanya, karena dia hanya tinggal dengan anak bungsunya yang masih belum setahun usianya, tetap semangatnya tinggi.

"Karena suami saya juga sangat mendukung, saya juga termotivasi ingin seperti ibu dan tante saya yang juga ahli gizi, jiwa saya memang ingin berkarir sendiri terjun kemasyarakat," ujarnya.

Dia memang berharap suatu hari nanti dapat melanjutkan pendidikan lagi hingga jenjang S1 bahkan lebih tinggi lagi, termasuk dapat menjadi apdi negara akhirnya.

"Untuk saat ini saya mensyukuri apa yang sudah didapat, termasuk kerja di pedesaan, sebab saya menganggapnya warga di sana sebagai bagian keluarga saya sudah, mereka pun menerima saya dengan baik, termasuk mengikuti program kita dengan baik," pungkasnya.
 
Winda Pratiwi saat bertugas sebagai penyuluh gizi.(istimewa)



 

Pewarta: Sukarli

Editor : Imam Hanafi


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019