Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) sepakat mengembangkan desain infrastruktur lahan rawa.
Kedua belah pihak pun melakukan penandatanganan Nota kesepahaman (Memorandum of understanding/MoU) menuju infrastruktur implementatif
di lahan rawa tersebut.
"Setelah ini kami intensif dengan dosen-dosen Teknik Sipil dan juga mahasiswa untuk membuka pintu kerja sama penelitian di seluruh area binaan kami demi terciptanya desain infrastruktur yang implementatif untuk pengembangan lahan rawa berkelanjutan," kata Kepala Balittra
Hendri Sosiawan di Banjarbaru, Kamis.
Baca juga: Perajin HSU ekspor kerajinan khas daerah rawa
Diungkapkan Hendri, mulai tahun 2019 Kementerian Pertanian mencanangkan Program Serasi (Selamatkan rawa sejahterakan petani), sehingga ada banyak pembangunan infrastruktur yang harus implementatif di area Sumatera dan Kalimantan.
"Target dua tahun ini adalah 1 juta hektare lahan rawa yang harus dioptimalisasi," katanya.
Hendri menambahkan, selama ini Balittra biasanya hanya bekerjasama dengan Fakultas Pertanian saja. Namun baru kali ini Balittra akhirnya bekerjasama dengan Fakultas Teknik lebih spesifiknya Program Studi Teknik Sipil.
"Saya yakin kerja sama ini akan membawa dampak yang sangat besar karena kontribusi Teknik Sipil sangat dibutuhkan untuk pengembangan lahan rawa terutama dalam desain infrastruktur pendukung sistem pertanian," katanya.
Pada kesempatan itu, Hendri juga memberikan kuliah tamu yang mengangkat tema “Hidrologi dan Pengelolaan Infrastruktur Lahan Rawa”.
Lulusan Sarjana Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada ini berpesan kepada mahasiswa bahwa ilmu hidrologi rawa harus dipelajari dengan sungguh-sungguh.
"Jangan sekadar dihafal, namun harus dimengerti dan dipahami, dengan begitu masa depan rawa akan lebih bisa diandalkan," kata peraih gelar S2 Hidrologi dan Lingkungan dari Ecole Nationale Superieure Agronomique (ENSA) Montpellier, Prancis itu.
Sementara Dekan Fakultas Teknik ULM Dr Bani Noor Muchamad menuturkan, Balittra dan FT ULM memiliki satu visi yang sama yaitu menggaungkan lahan rawa. Namun pada implementasinya, pihaknya jauh masih kurang. Berbeda dengan Balittra yang memang terjun langsung untuk mengelola lahan rawa.
Baca juga: Distan Tabalong optimasi 3.200 hektare lahan rawa
"Saya harapkan teknologi rawa yang ada harus bisa diimplementasikan di lapangan bukan hanya sekadar menjadi bahan kajian saja," jelasnya.
Nantinya mahasiswa dan dosen yang risetnya tentang rawa, bisa melakukan penelitian di Balittra maupun area-area yang berada di bawah naungan atau binaan Balittra.
Baca juga: Petani nikmati hasil panen padi unggul dua kali setahun
Baca juga: Kembangkan teknologi tepat guna lahan rawa dukung swasembada pangan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Kedua belah pihak pun melakukan penandatanganan Nota kesepahaman (Memorandum of understanding/MoU) menuju infrastruktur implementatif
di lahan rawa tersebut.
"Setelah ini kami intensif dengan dosen-dosen Teknik Sipil dan juga mahasiswa untuk membuka pintu kerja sama penelitian di seluruh area binaan kami demi terciptanya desain infrastruktur yang implementatif untuk pengembangan lahan rawa berkelanjutan," kata Kepala Balittra
Hendri Sosiawan di Banjarbaru, Kamis.
Baca juga: Perajin HSU ekspor kerajinan khas daerah rawa
Diungkapkan Hendri, mulai tahun 2019 Kementerian Pertanian mencanangkan Program Serasi (Selamatkan rawa sejahterakan petani), sehingga ada banyak pembangunan infrastruktur yang harus implementatif di area Sumatera dan Kalimantan.
"Target dua tahun ini adalah 1 juta hektare lahan rawa yang harus dioptimalisasi," katanya.
Hendri menambahkan, selama ini Balittra biasanya hanya bekerjasama dengan Fakultas Pertanian saja. Namun baru kali ini Balittra akhirnya bekerjasama dengan Fakultas Teknik lebih spesifiknya Program Studi Teknik Sipil.
"Saya yakin kerja sama ini akan membawa dampak yang sangat besar karena kontribusi Teknik Sipil sangat dibutuhkan untuk pengembangan lahan rawa terutama dalam desain infrastruktur pendukung sistem pertanian," katanya.
Pada kesempatan itu, Hendri juga memberikan kuliah tamu yang mengangkat tema “Hidrologi dan Pengelolaan Infrastruktur Lahan Rawa”.
Lulusan Sarjana Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada ini berpesan kepada mahasiswa bahwa ilmu hidrologi rawa harus dipelajari dengan sungguh-sungguh.
"Jangan sekadar dihafal, namun harus dimengerti dan dipahami, dengan begitu masa depan rawa akan lebih bisa diandalkan," kata peraih gelar S2 Hidrologi dan Lingkungan dari Ecole Nationale Superieure Agronomique (ENSA) Montpellier, Prancis itu.
Sementara Dekan Fakultas Teknik ULM Dr Bani Noor Muchamad menuturkan, Balittra dan FT ULM memiliki satu visi yang sama yaitu menggaungkan lahan rawa. Namun pada implementasinya, pihaknya jauh masih kurang. Berbeda dengan Balittra yang memang terjun langsung untuk mengelola lahan rawa.
Baca juga: Distan Tabalong optimasi 3.200 hektare lahan rawa
"Saya harapkan teknologi rawa yang ada harus bisa diimplementasikan di lapangan bukan hanya sekadar menjadi bahan kajian saja," jelasnya.
Nantinya mahasiswa dan dosen yang risetnya tentang rawa, bisa melakukan penelitian di Balittra maupun area-area yang berada di bawah naungan atau binaan Balittra.
Baca juga: Petani nikmati hasil panen padi unggul dua kali setahun
Baca juga: Kembangkan teknologi tepat guna lahan rawa dukung swasembada pangan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019