Tim Pengabdi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) melakukan upaya pemberdayaan kader dan dukun bayi dalam deteksi dini dan pencegahan stunting, kekerdilan yang terjadi pada anak akibat kurang gizi kronis.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui pemberdayaan kader dan dukun bayi dalam deteksi dini dan pencegahan stunting di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, tersebut dilaksanakan selama lima bulan mulai Juli sampai November 2019.
"Diharapkan kegiatan pengmas ini dapat mendeteksi dan mencegah kejadian stunting pada anak serta meningkatkan pengetahuan kader dan dukun bayi dan menjadikan mereka sebagai agen perubahan yang mendukung upaya nasional penanganan stunting," kata Ketua Tim Pengabdi Masyarakat FKM UI Evita Martha di kampus UI Depok, Selasa.
Baca juga: Pemerintah daerah cegah kekerdilan melalui KRPL
Tim pimpinan Evita sudah memberikan pelatihan kepada 15 kader dan 15 dukun bayi agar bisa berperan sebagai promotor dalam pencegahan dan deteksi dini kasus kekerdilan anak di wilayah Kecamatan Bogor Utara.
Pelatihan kader dan dukun bayi diselenggarakan 17 sampai 19 Juli bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor dan Puskesmas Bogor Utara.
Pelatihan untuk kader dan dukun bayi mencakup pemaparan materi mengenai konsep seribu hari pertama kehidupan, definisi dan pengenalan masalah kekerdilan pada anak, serta cara mendeteksi masalah kekerdilan pada anak.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi anak balita yang mengalami kekerdilan di Kota Bogor sebesar 29,8 persen, lebih tinggi ketimbang wilayah Jawa Barat yang lain seperti Depok, yang prevalensi balita yang mengalami kekerdilan sebesar 25,7 persen.
Baca juga: Tanah Bumbu menjadi percontohan penanganan kekerdilan
Evita menjelaskan, pelibatan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerdilan pada anak sangat penting.
"Upaya melibatkan kader dan dukun bayi dalam deteksi dini stunting pada balita, tidak lepas dari peran mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Kader dan dukun bayi tersebut lebih sering berinteraksi dengan ibu hamil, ibu bayi dan balita di lingkungan sekitarnya," katanya.
Baca juga: Anisah kritik menu makanan tambahan Posyandu
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui pemberdayaan kader dan dukun bayi dalam deteksi dini dan pencegahan stunting di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, tersebut dilaksanakan selama lima bulan mulai Juli sampai November 2019.
"Diharapkan kegiatan pengmas ini dapat mendeteksi dan mencegah kejadian stunting pada anak serta meningkatkan pengetahuan kader dan dukun bayi dan menjadikan mereka sebagai agen perubahan yang mendukung upaya nasional penanganan stunting," kata Ketua Tim Pengabdi Masyarakat FKM UI Evita Martha di kampus UI Depok, Selasa.
Baca juga: Pemerintah daerah cegah kekerdilan melalui KRPL
Tim pimpinan Evita sudah memberikan pelatihan kepada 15 kader dan 15 dukun bayi agar bisa berperan sebagai promotor dalam pencegahan dan deteksi dini kasus kekerdilan anak di wilayah Kecamatan Bogor Utara.
Pelatihan kader dan dukun bayi diselenggarakan 17 sampai 19 Juli bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor dan Puskesmas Bogor Utara.
Pelatihan untuk kader dan dukun bayi mencakup pemaparan materi mengenai konsep seribu hari pertama kehidupan, definisi dan pengenalan masalah kekerdilan pada anak, serta cara mendeteksi masalah kekerdilan pada anak.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi anak balita yang mengalami kekerdilan di Kota Bogor sebesar 29,8 persen, lebih tinggi ketimbang wilayah Jawa Barat yang lain seperti Depok, yang prevalensi balita yang mengalami kekerdilan sebesar 25,7 persen.
Baca juga: Tanah Bumbu menjadi percontohan penanganan kekerdilan
Evita menjelaskan, pelibatan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerdilan pada anak sangat penting.
"Upaya melibatkan kader dan dukun bayi dalam deteksi dini stunting pada balita, tidak lepas dari peran mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Kader dan dukun bayi tersebut lebih sering berinteraksi dengan ibu hamil, ibu bayi dan balita di lingkungan sekitarnya," katanya.
Baca juga: Anisah kritik menu makanan tambahan Posyandu
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Selatan 2019