Padang (AntaraNews Kalsel) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat menyampaikan pengeluaran untuk membeli rokok masih menjadi salah satu penyumbang kemiskinan di provinsi itu dengan andil 13,16 persen di perkotaan dan 15,87 persen di perdesaan.
"Pada Maret 2018 komoditas yang menjadi penyumbang garis kemiskinan pertama di Sumbar adalah beras dan yang kedua rokok," kata Kepala BPS Sumatera Barat, Sukardi, di Padang, Senin.
Ia menjelaskan pada Maret 2018 garis kemiskinan makanan menjadi penyumbang terbesar terhadap garis kemiskinan dengan andil 76,43 persen.
Untuk beras masih bisa dipahami karena merupakan kebutuhan pokok, sedangkan rokok berarti perlu dilakukan edukasi agar keluarga miskin tidak mengonsumsi sehingga pengeluaran bisa dialihkan untuk membeli hal lain yang lebih bermanfaat, katanya.
Ia menilai jika kebijakan menaikkan harga rokok lebih mahal maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu masyarakat beralih tidak merokok lagi atau malah menjadi penyumbang kemiskinan nomor satu.
Sukardi merinci penyumbang kemiskinan terbesar di perkotaan pada Maret 2018 adalah pengeluaran untuk membeli beras dengan andil 20,10 persen, rokok 13,16 persen, cabai merah 6,36 persen, telur ayam ras 3,54 persen, tongkol 3,10 persen, daging ayam ras 2,71 persen, roti 2,16 persen, gula pasir 2,12 persen, bawang merah 1,75 persen, kue kering 1,46 persen, dan kue basah 1,35 persen.
Sementara di perdesaan penyumbang garis kemiskinan beras dengan andil 25,90 persen, rokok 15,87 persen, cabai merah 6,19 persen, telur ayam ras 2,94 persen, tongkol 2,34 persen, gula 2,51 persen, kelapa 2,03 persen, daging ayam ras 1,93 persen, tahu 1,28 persen.
Ia menyampaikan penduduk miskin di provinsi itu mengalami pengurangan sebanyak 2.086 jiwa dari 359.099 ribu pada September 2017 menjadi 357.013 jiwa pada Maret 2018.
Selama satu dasawarsa terakhir jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat mampu ditekan cukup signifikan?dari 529.200 orang pada 2017 menjadi 357.012 orang pada Maret 2018, kata dia.
Menurut dia, pada September 2017 penduduk miskin di perkotaan mencapai 5,11 persen, Maret 2018 turun menjadi 4,86 persen,
Sebaliknya, menurut dia, di perdesaan penduduk miskin Sumbar pada September 2017 mencapai 7,94 persen dan pada Maret 2018 naik menjadi 8,07 persen.
"Pada Maret 2018 komoditas yang menjadi penyumbang garis kemiskinan pertama di Sumbar adalah beras dan yang kedua rokok," kata Kepala BPS Sumatera Barat, Sukardi, di Padang, Senin.
Ia menjelaskan pada Maret 2018 garis kemiskinan makanan menjadi penyumbang terbesar terhadap garis kemiskinan dengan andil 76,43 persen.
Untuk beras masih bisa dipahami karena merupakan kebutuhan pokok, sedangkan rokok berarti perlu dilakukan edukasi agar keluarga miskin tidak mengonsumsi sehingga pengeluaran bisa dialihkan untuk membeli hal lain yang lebih bermanfaat, katanya.
Ia menilai jika kebijakan menaikkan harga rokok lebih mahal maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu masyarakat beralih tidak merokok lagi atau malah menjadi penyumbang kemiskinan nomor satu.
Sukardi merinci penyumbang kemiskinan terbesar di perkotaan pada Maret 2018 adalah pengeluaran untuk membeli beras dengan andil 20,10 persen, rokok 13,16 persen, cabai merah 6,36 persen, telur ayam ras 3,54 persen, tongkol 3,10 persen, daging ayam ras 2,71 persen, roti 2,16 persen, gula pasir 2,12 persen, bawang merah 1,75 persen, kue kering 1,46 persen, dan kue basah 1,35 persen.
Sementara di perdesaan penyumbang garis kemiskinan beras dengan andil 25,90 persen, rokok 15,87 persen, cabai merah 6,19 persen, telur ayam ras 2,94 persen, tongkol 2,34 persen, gula 2,51 persen, kelapa 2,03 persen, daging ayam ras 1,93 persen, tahu 1,28 persen.
Ia menyampaikan penduduk miskin di provinsi itu mengalami pengurangan sebanyak 2.086 jiwa dari 359.099 ribu pada September 2017 menjadi 357.013 jiwa pada Maret 2018.
Selama satu dasawarsa terakhir jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat mampu ditekan cukup signifikan?dari 529.200 orang pada 2017 menjadi 357.012 orang pada Maret 2018, kata dia.
Menurut dia, pada September 2017 penduduk miskin di perkotaan mencapai 5,11 persen, Maret 2018 turun menjadi 4,86 persen,
Sebaliknya, menurut dia, di perdesaan penduduk miskin Sumbar pada September 2017 mencapai 7,94 persen dan pada Maret 2018 naik menjadi 8,07 persen.
Editor: Ade P Marboen