Banjarmasin (ANTARA) - Mantan Wakil Perdana Menteri (Waperdam) II RI asal Kalimantan Selatan (Kalsel) KH. Idham Chalid telah meninggal dunia sejak 15 tahun silam atau tepatnya 11 Juli 2010, kemudian mendapat gelar pahlawan nasional.
"Idham Chalid seorang tokoh Banua atau Kalimantan Selatan (Kalsel) yang dalam karir beliau menasional dan internasional," ujar Tuan Guru Haji Madyan Noor Mar'ie yang selama 30 tahun khadam dari almarhum ketika dikonfirmasi di Banjarmasin, Ahad malam atau malam Senin.
Baca juga: Bupati HSU : Hari Kartini dapat dorong perempuan berkarya
Menurut Tuan Guru Madyan, banyak hal yang bisa menjadi panutan bagi generasi muda dari sifat kebapakan almarhum yang selalu tawadhu dan tak pernah marah kepada bawahan maupun keluarga, namun tetap tegas.
Diketahui, Idham Chalid lahir di Satui Kabupaten Kotabaru Kalsel pada 27 Agustus 1921 merupakan zuriat atau keturunan dari seorang tokoh ulama di Amuntai (185 km utara Banjarmasin) Ibu Kota Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Provinsi Kalsel.
"Kiai Idham yang memegang rekor paling lama menduduki kursi kekuasaan politik negeri ini sejak 1956," kutip Madyan.
Baca juga: "Darul Ma'arif" didirikan almarhum H Idham Chalid cetak Muslim intelektual
Selain itu, paling lama pula menjabat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (NU) dan almarhum Idham Chalid memiliki kelincahan serta logika tinggi, lanjut Tuan Guru Madyan mengutip pendapat Mahbub Djunaedi.
Keterkaitan dengan NU, almarhum Idham Chalid ketika aktif pada Gerakan Pemuda Ansor, organisasi kepemudaan di bawah NU pada 1952.
Dua tahun kemudian dipercaya memegang jabatan Sekretaris Jenderal PBNU, lalu menjadi Ketua Umum PBNU.
Mulai mengemban amanat tersebut, Idham otomatis sebagai tokoh termuda saat berusia 34 tahun yang pernah memimpin PBNU pada 1956-1984.
Baca juga: KH Idham Chalid ajarkan kemandirian dan upaya meningkatkan perekonomian umat
