Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - Secara tak terduga sekelompok orang yang tergabung dalam komunitas pecinta lingkungan, Masyarakat Peduli Sungai (Melingai) Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, dinyatakan sebagai juara nasional dalam lomba masyarakat peduli sungai se-Indonesia.
Piagam dan piala tersebut diserahkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Dr Ir Mochamad Basoeki Hadimoeljono, M.Sc saat peringatan Hari Bakti PU yang berlangsung di halaman kantor Kementerian PUPR di Jakarta, Sabtu, 3 Desember 2016.
"Ini benar-benar tak terduga, kok kita bisa juara," kata Wakil Ketua Melingai Banjarmasin Mohammad Ary.
Pasalnya, dari awal dibentuknya organisasi tanggal 19 Agustus 2015 tak pernah mencari target, apalagi juara. Semua yang dilakukan hanyalah semata bekerja dan bekerja untuk membersihkan lingkungan, khususnya sungai, serta melakukan penghijauan di beberapa lokasi di kota ini.
"Kami ini bukan siapa-siapa, dan tak ingin menjadi siapa-siapa, niat kami melakukan ini semata karena Allah, dan ingin melestarikan lingkungan, makanya kami selalu aksi setiap Sabtu atau Minggu," katanya.
Melingai yang selalu aksi bersama Forum Komunitas Hijau di wilayah yang berjuluk "Kota Seribu Sungai" tersebut, sebagian besar anggotanya adalah kalangan anak muda tetapi digerakkan oleh para senior yang memang sudah tua.
Kelompok ini sudah menanam ribuan pohon penghijauan di beberapa ruang terbuka hijau di Kota Banjarmasin dan sekitarnya, serta aksi membersihkan sungai dan menanam pohon penahan abrasi di beberapa lokasi di pinggiran sungai.
Banjarmasin dikenal sebagai kota sungai lantaran terdapat 102 sungai dan yang terbesar adalah Sungai Barito dan Sungai Martapura.
Dalam aksi kelompok yang selalu menggunakan sepeda tua (ontel) dan menggunakan wadah non plastik yang disebut "butah" ini selalu mengajak masyarakat setempat untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan.
Tujuan aksi bukan saja ke kawasan permukiman padat penduduk, tetapi juga ke sekolah-sekolah mengingat ada sekitar 300 ribu anak pelajar yang harus ditanamkan kecintaan terhadap lingkungan, dan mereka diharapkan menjadi generasi emas ke depan.
Organisasi ini tidak memiliki kartu keanggotaan, tetapi dikatakan organisasi ini bagaikan sebuah kapal besar tanpa pagar yang terus berlayar, silakan masuk jika ingin ikut dan silakan keluar jika tak ingin ikut lagi, tak ada ajakan, apalagi pemaksaan, semuanya berdasarkan kerelaan hati.
Dalam setiap kali bekerja kelompok ini tidak ada yang menyuruh, tidak ada yang memberi upah, dan tidak mencari perhatian, serta tidak mencari penghargaan, semata karena ingin lingkungan baik saja. Kalau ada biaya seperti untuk makan dan minum atau peralatan semuanya gotong royong atau urunan dari kantong masing-masing anggota.
Sementara motto atau slogan kelompok ini adalah "bekerja, berkarya, bergembira, berbahagia, dan awet muda," makanya setiap kali ada aksi selalu ada perasaan gembira sehingga para anggota tak pernah malas untuk ikut berkiprah menjaga lingkungan.
Tetapi setelah melihat aksi yang selalu dilakukan kelompok ini setiap minggu maka selalu saja banyak masyarakat yang terpanggil hatinya untuk ikut berkiprah meletarikan sungai.
Bahkan belakangan masyarakat terlibat dalam lomba membersihkan sungai sekaligus membentuk pemangku sungai di 52 kelurahan yang ada di kota berpenduduk sekitar 800 ribu jiwa ini.
Lantaran keberadaan kelompok Melingai ini yang dinilai unik maka oleh Balai Wilayah Sungai Kementerian PUPR dilibatkan mewakili Provinsi Kalsel dalam lomba tingkat nasional pada tahun 2016.
Pemberitahuan keikutsertaan itupun terlalu singkat, hanya 10 hari, sehingga para anggota Melingai bekerja keras mengumpulkan kliping dan data serta foto dan rekaman video sebagai bukti dalam setiap kegiatan sebelumnmya.
Sementara provinsi lain yang sudah terbiasa ikut lomba yang diselenggarakan Kementerian PUPR ini sudah mempersiapkan segala sesuatunya.
Semua data dan dokumen pendukung itu yang dipaparkan oleh Wakil Ketua Melingai Mohammad Ary di hadapan dewan yuri dari Kekenterian PUPR dan perguruan tinggi.
Dalam penilaian pertama lomba yang digelar Ditjen Sumberdaya Air Kementerian PUPR di Kota Banjarmasin itu, menempatkan Melingai selaku tuan rumah berada di urutan empat nilai 107 dari enam kelompok yang dinominasikan.
Pada lomba yang berlangsung tiga hari diikuti 18 kelompok masyarakat peduli sungai yang berasal dari 18 provinsi di tanah air tersebut, tiga dewan juri menempatkan nominasi pertama adalah Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) Yogyakarta dengan nilai 113.
Sementara kelompok masyarakat dari Peguyuban Pengendali dan Penanganan Air Pasang Panggung Lor (P5L) Kota Semarang sebagai nominasi kedua dengan nilai 110.
Sedangkan nominasi ketiga dari Jawa Barat dari kelompok masyarakat Ekolink dengan nilai 109. Nominasi kelima yakni Santri Jogo Kali dari Jawa Timur dengan nilai 102 dan nominasi terakhir berasal dari Komunitas Peduli Sungai Batu Bulan Maluku dengan nilai 102.
Dari enam nominator ini kemudian diuji lagi untuk menentukan juara setelah tim juri melakukan peninjauan lapangan ke lokasi kelompok masyarakat tersebut berada.
Setelah dewan juri meninjau dan menggodok apa yang dilakukan Melingai di Banjarmasin, hingga pada penilaian terakhir, kelompok ini dinyatakan sebagai juara pertama. Juara dua Forum Komunikasi Winongo Asri Yogyakaaarta dan juara III Peguyuban Pengendali dan Penanganan Air Pasang Panggung Kota Semarang.
Juara IV Ekoling Jawa Barat, Juara V Joko Kali Jawa Timur dan Juara VI Masyarakat Peduli Sungai Batu Bulan, Maluku.
Para juara ini lalu diundang ke Jakarta menerima piala dan penghargaan pada hari Bakti PUPR sekaligus bagi Melingai mengambil hadiah berupa kendaraan roda tiga dan seperangkat alat pengeras suara untuk aksi.
Setibanya di Jakarta, saat upacara hari Bakti PUPR, Menteri PUPR menyatakan apresiasinya terhadap keberadaan Melingai.
"Teruskan kerja kalian, dan kalian sudah berhasil mengajak warga untuk menciptakan lingkungan yang bersih, khususnya sungai, itu sesuatu yang perlu memperoleh dukungan," katanya saat berbincang dengan anggota Melingai, di Jakarta (3/12).
Menteri PUPR yang sedikit-sedikit pandai berbahasa Banjar, lantaran pernah tinggal di kawasan Kacapiring Banjarmasin itu mendatangi sendiri enam anggota Melingai yang berada di lokasi upacara.
Ketertarikan Menteri PUPR terhadap anggota Melingai tersebut, juga
menjadi perhatian banyak orang di lokasi peringatan hari Bakti PU. Rupanya
pemakaian topi kuning yang dikenakan anggota dan atribut yang dikenakan berupa
wadah ramah lingkungan non plastik yang disebut "butah"
Setibanya di
Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin dari Jakarta rombongan Melingai Juga
memperoleh sambutan hangat dari Gubernur Kalsel Sahbirin Noor atau Paman Birin
yang kala itu mengajak foto bersama dengan para anggota sekaligus berpesan
Melingai tetap berperan sebagai ujung tombak pemeliharaan sungai di wilayah ini.