"Persoalan pupuk itu terungkap/menyeruak kembali saat saya kunjungan ke daerah pertanian pasang surut Batola tersebut baru-baru ini," ujar Karlie di Banjarmasin, Selasa.
Baca juga: Gubernur ungkap SILPA Kalsel 2023 Rp1,569 triliun lebih
Wakil rakyat asal daerah pemilihan (Dapil) Kalsel III/Batola melakukan reses atau menyerap aspirasi konstituennya, sejak 12 Mei lalu selama delapan hari dan berhasil mengunjungi 16 desa.
Menurut Karlie yang bergelar sarjana dan magister serta doktor ilmu hukum itu, persoalan pupuk bersubsidi merupakan masalah mendasar bagi petani "Bumi Selidsh" Batola atau kabupaten yang berada di wilayah barat Kalsel.
Di daerah pertanian pasang surut Batola atau yang juga merupakan lumbung padi Kalsel itu, Karlie reses di Kecamatan Rantau Badauh dan Kecamatan Jejangkit - sentra baru pertanian yang berbatasan Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah (Kalteng).
Dengan mengutip keterangan petani Batola, mantan aktivis mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin itu mengungkapkan, ketersediaan pupuk bersubsidi hanya sekitar 40 persen bisa terpenuhi kebutuhan petani Batola.
Mata pencaharian utama masyarakat Rantau Badauh dan Jejangkit tersebut bertani, karena minimnya ketersediaan pupuk bersubsidi menjadi masalah mendasar bagi mereka.
Baca juga: Gubernur ungkap SILPA Kalsel 2023 Rp1,569 triliun lebih
"Masalah pupuk ini selalu saja terjadi, bahkan menjadi masalah klasik yanga taerajadi dari waktu ke waktu atau musim tanam," ujar Karlie.
Padahal, lanjutnya, petani setempat sudah menerapkan pembelian pupuk dengan system aplikasi, namun masih belum juga tercukupi.
"Tentunya persoalan pupuk bersubsidi tersebut harus menjadi perhatian serius pihak terkait,” pinta Karlie Hanafi.
Sedangkan jenis padi yang petani tanam padi jenis lokal seperti siam , unus karang dukuh, dan sebagian varietas padi unggul.
"Selain bercocok tanam padi. Sebagian ada juga yang menanam jeruk, kelapa sawit, sayuran serta melakukan budidaya perikanan dan usaha peternakan,” ungkap Karlie.
Baca juga: Supian HK jadikan tema reses "Membangun Desa Menata Kota"
Dalam kegiatan reses itu juga terungkap bahwa kesehatan masyarakat sudah sangat baik, Begitu pula pendidikan serta kegiatan keagamaan dan pembinaan generasi muda cukup baik.
Sementara yang masih perlu peningkatan pembinaan terhadap generasi muda, khususnya di bidang seni budaya dan olahraga.
“Keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang berfungsi sebagai penggerak perekonomian desa juga masih kurang bahkan bisa dikatakan belum jalan,” demikian Karlie Hanafi.
Baca juga: Supian HK jadikan tema reses "Membangun Desa Menata Kota"