“Mundurnya masa tanam, yang diikuti masa panen, berdampak pada pola pembentukan harga beras,” ucap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Senin.
Jika dibandingkan pada awal tahun 2023, harga beras sempat tiga kali mengalami inflasi MoM yang cukup tinggi pada bulan Januari, Februari, dan Maret.
Selanjutnya, selama periode April 2023 hingga Maret 2024, inflasi beras sempat naik tinggi di bulan September 2023 saat terjadi El Nino dan juga pembatasan ekspor beras di pasar global oleh beberapa negara lain.
“Ini juga menyebabkan tekanan harga di tingkat global,” kata dia.
Kemudian, secara bertahap terlihat inflasi beras mulai mereda dan kembali naik cukup tinggi di bulan Februari 2024 sebelum terjadinya panen raya.
Pada Maret 2024, tekanan inflasi beras disebut mulai melemah seiring dengan mulainya panen raya, yang berarti terjadi peningkatan produksi beras di domestik.
Dalam kesempatan tersebut, Amalia turut menyatakan bahwa telur ayam ras dan daging ayam ras menjadi komoditas penyumbang andil inflasi terbesar pada Maret 2024.
Harga daging ayam ras dan telur ayam ras masih mengalami inflasi yang relatif tinggi, bahkan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya karena disebabkan antara lain peningkatan permintaan pada bulan Ramadhan.
“Namun, seiring dengan peningkatan potensi produksi jagung pada Maret 2024, di mana produksi jagung terlihat cukup tinggi di bulan Maret 2024, artinya dari sisi supply untuk harga pakan beras (dan) harga jagung pakan sudah mengalami penurunan, dan selanjutnya diharapkan nantinya akan berdampak pada harga pakan ternak, dan juga terhadap harga daging ayam ras maupun telur ayam ras di bulan-bulan berikutnya,” ungkap Plt Kepala BPS.
Baca juga: Bapanas perkuat konsolidasi pengembangan RSNI beras fortifikasi
Baca juga: Presiden Jokowi upayakan bantuan beras dilanjutkan hingga akhir tahun
Baca juga: Bapanas minta pedagang tak mengoplos beras SPHP dan jual di atas HET
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto