New York (ANTARA) - Dolar AS menguat menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena imbal hasil obligasi pemerintah AS terus meningkat di tengah kekhawatiran penutupan pemerintah federal AS.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, meningkat 0,41 persen menjadi 106,6639 pada akhir perdagangan.
"Setelah naik selama 10 minggu berturut-turut, indeks dolar berada di jalur untuk menambah satu kenaikan mingguan lagi di minggu ini. Tidak ada berita baru di balik kenaikan terbarunya. Namun juga tidak ada alasan makro untuk mengakhiri reli dolar, terlepas dari kenyataan bahwa prospek jangka pendeknya terlalu berlebihan,” kata Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan Forex.com.
Presiden Fed Minneapolis Neil Kashkari mencatat pada Rabu (27/9/2023) bahwa dia tidak yakin apakah Federal Reserve cukup restriktif dan menyatakan bahwa diperlukan kenaikan suku bunga lagi.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS sebagian besar naik, dengan imbal hasil obligasi sepuluh tahun yang menjadi acuan naik lima basis poin menjadi 4,607 persen, tingkat tertinggi dalam sepuluh tahun.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0508 dolar AS dari 1,0566 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2137 dolar AS dari 1,2157 dolar AS.
Dolar AS dibeli 149,5950 yen Jepang, lebih tinggi dari 149,0710 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9208 franc Swiss dari 0,9152 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3510 dolar Kanada dari 1,3521 dolar Kanada. Dolar AS menguat menjadi 11,0471 krona Swedia dari 11,0285 krona Swedia.
Baca juga: Dolar AS menguat dengan indeks tertinggi 10 bulan
Baca juga: Emas anjlok, reli dolar tak terbendung
Baca juga: Minyak melonjak, penurunan stok AS picu kekhawatiran
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Evi Ratnawati