Banjarmasin (ANTARA) - Komisi II Bidang Ekonomi dan Keuangan DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) yang membidangi peternakan mengharapkan Kabupaten Tanah Laut (Tala) mengoptimalkan sebagai lumbung sapi di Kalimantan Selatan atau "Banua".
"Harapan itu saat kami mengunjungi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Tala di Pelaihari (65 kilometer tenggara Banjarmasin) Ibu Kota kabupaten tersebut," ujar Ketua Komisi II Imam Suprastowo di Banjarmasin, Sabtu.
Baca juga: Pemprov Kalsel dukung program penggemukan sapi di Kabupaten Tabalong
Imam juga menuturkan DPRD Kalsel akan memperjuangkan bantuan untuk mengatasi permasalahan ternak dan kesehatan hewan di Kalsel, terutama Tala berkoordinasi dengan pemerintah provinsi (Pemprov) dan pemerintah pusat.
DPRD Kalsel juga berusaha mencarikan solusi untuk mengatasi harga sapi di Kabupaten Tala yang lebih mahal dibanding daerah lain, seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Madura.
"Harga sapi NTB murah wajar karena padang penggembalaan luas. Kalau Madura daerahnya tandus, tapi harga sapinya bisa relatif lebih murah daripada Kalsel, ini yang harus kita cari solusinya bersama, apa yang menjadi kendala di Kalsel,” ujar Imam.
Imam menambahkan DPRD Kalsel akan menindaklanjuti pelaksanaan program Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma (Siska Kuintip) yang merupakan program Provinsi Kalsel.
Untuk percepatan program Siska Kuintip tersebut, Komisi II mengunjungi Disnak Keswan Tala dengan harapan dapat mengoptimalkan sebagai lumbung sapi Banua.
Sebagai catatan, Bumi Tuntung Pandang Tala pada tahun 1970-an terdapat sejumlah "ranch" (ladang ternak) antara lain "Soebardjo Ranch' dan "Ranch Sadjoko" tapi kini tinggal ceritera.
Saat menerima kunjungan Komisi II DPRD Kalsel tersebut, Kepala Disnak Keswan Kabupaten Tala Iwan Persada menyampaikan beberapa masalah terkait ternak dan kesehatan hewan di kabupaten tersebut.
Baca juga: Bupati Banjar sumbang satu sapi kurban jenis Limousin
Beberapa terakhir ini, ia mengungkapkan terjadi fluktuasi harga sapi yang berdampak terhadap peternak sapi lokal karena harga sapi dari luar daerah lebih murah, seperti Madura dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Selain itu, Iwan menyebutkan lalu lintas masuk sapi dari luar tidak hanya melalui pelabuhan, namun terdapat sejumlah pintu di sepanjang pantai "Bumi Tuntung Pandang" Tala.
"Padahal kita tahu lalu lintas hewan antar daerah merupakan pintu masuk penyakit, yang masuknya tidak lewat pelabuhan. Sebab kalau lewat pelabuhan belum tentu lulus persyaratan ternak untuk masuk ke Kalsel,” ujar Iwan.
Ia menyebutkan pula stok vaksin Penyakit Mulut Kuku (PMK) bagi sapi cukup tersedia atau lebih dari 27.000 dosis terdiri dari empat jenis, sedangkan pelaksanaan vaksin sudah mencapai 3.000 dosis.
"Hanya saja PMK penularannya sangat cepat, namun tak mematikan, yang lebih berbahaya justru penyakit Jembrana yang bersifat menular pada sapi Bali yang banyak dibudidayakan di Tala," katanya .
Menurut Kepala Disnak Keswan Tala tersebut, tingkat penularan Jembrana mencapai 10-70 persen dengan tingkat kematian 10-50 persen, sedangkan harga vaksin cukup mahal, yakni Rp1,7 juta untuk 50 ekor sapi.
Baca juga: Bebas PMK, harga sapi kurban di Tapin kembali normal